Sehari setelah kedatangan teman-temannya dan juga Deka, sehabis makan malam, Agam, Naira, dan Pian tiba-tiba ikut menjenguknya juga. Cukup hangat karena terjalinnya suatu hubungan persahabatan yang tidak pernah putus namun semakin erat tersebut. Orang tua dari Jenessa mau pun Saga juga sering video call karena jarak mereka yang cukup jauh dan karena sibuk bekerja juga. Mereka rutin memberi kabar atau sekedar mengobrol dengan cucu-cucunya tersebut.
Hari ini adalah hari kamis, Saga sebenarnya sangat sibuk saat Ayah Ciko memberinya tanggung jawab dibeberapa cabang yang sudah di dirikan oleh keluarga turun temurun dari Jenessa tersebut. Namun sebisa mungkin dia memberi waktu luang dan menggantikan sesekali pekerjaan itu kepada Asistennya. Dan hari ini, dia memilih untuk cuti dan memberi beberapa pekerjaan kepada Rendi selaku Asistennya untuk bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut.
Bukan tanpa sebab, Jenessa bercerita bahwa Davychi terus memintanya untuk bercerita tentang dirinya dan bagaimana dengan orang tua kandungnya. Jujur saja, sebenarnya Jenessa bisa-bisa saja secara sendiri memberitahu hal tersebut. Namun bagaimana pun hati seorang Ibu walaupun bukan Ibu kandung, tapi jika seseorang itu sudah terbiasa mengurus nya dari kecil, maka sisi menjadi Ibu akan muncul dengan sendirinya.
"Kamu mau tau tentang hal apa?" tanya Saga yang kini mereka bertiga berada diruang keluarga. Saga duduk disofa single, sedangkan Jenessa dan Davychi duduk bersampingan, dan untuk Kheylin, anak tersebut tengah pergi les siang tadi.
"Semuanya," jawab Davychi sedikit dengan nada ragunya.
Saga melirik kearah Jenessa, dia terus menampakkan wajah khawatir, entah untuk apa. Namun ada sisi rasa takut akan reaksi Davychi nanti.
Lelaki itu tersenyum setelah menyeruput kopi hitamnya, dia menyenderkan tubuhnya di sofa dan langsung menjelaskan sedikit demi sedikit.
"Kamu udah tau kan kalo Papa sama Mama nemuin kamu di dorm kampus, tepatnya kamu udah masuk di ruangan yang kita tempati sambil nangis. Awalnya, Papa sama Mama gak suka sama kehadiran kamu, karena kami pikir kamu akan menjadi penggangu. Tapi karena tingkah kamu yang bikin kita mau ngurus kamu dengan baik sampe sekarang," penjelasan Saga terhenti sejenak.
"Seiring berjalannya waktu, kami semakin takut buat kehilangan kamu. Temen-temen Papa juga ngerasain hal itu. Di umur kamu yang menginjak usia 3 tahun, kamu ngalamin trauma, dimana kamu ketemu sama Ibu kandung kamu di rest area, kamu inget?" kata Saga lagi.
Davychi menggelengkan kepalanya. Bagaimana dia bisa ingat, diumur 3 tahun bukan menjadi penyimpan memori hidup yang jelas.
"Kita panik pas tau kamu kaya gitu. Hingga akhirnya kita bawa kamu ke psikolog, dan soal kekhawatiran kamu terhadap sifat asli orang tua kamu. Tenang aja, mereka baik banget." ucap Saga dengan senyum diwajah nya.
"Aku gak khawatir soal bagaimana sifat orang tua asli aku, Pa. Yang aku khawatirin, aku takut suatu hari nanti orang tua asli aku minta balik aku ke kalian." kata Davychi dengan suara sangat pelan diakhir. Kepalanya menunduk, seolah dia sangat jelas membayangkan bagaimana hal mengerikan menurut dia akan terjadi nyata dikehidupannya.
Jenessa mendekat dan memeluk tubuh gadis yang sudah dia rawat selama 14 tahun tersebut dengan sangat hangat dan penuh dengan ketenangan.
"Orang tua kandung kamu gak akan minta balik hak asuh, karena dari dua belah pihak, kita sudah sepakat kalo hak asuh anak dan adopsi sudah resmi jadi milik kita. Kalo suatu saat orang tua kamu meminta balik kamu dari kita, prosesnya gak akan mudah. Butuh jalur pengadilan, dan bagaimana pun juga kita yang akan tetap menang." kini Jenessa dengan berani membuka suaranya, walau pun berusaha agar suaranya tak bergetar menahan tangis.
Davychi membalas pelukan tersebut, isakkannya tak bisa lagi dia tahan. "Aku gak mau jauh dari Mama atau Papa, apa lagi sama Kheylin. Kalo aku boleh egois, aku pengen orang tua satu-satunya aku adalah kalian. Gak peduli dari rahim siapa aku dilahirkan, Ma." ucap Davychi yang terus terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lil Girl [COMPLETED]
Acakspin-off ROOMMATE 212 "Ada masanya, apa yang kita mulai akan berakhir. Entah itu pertemanan, cinta, atau pertemanan yang diam-diam menyimpan rasa." Aku pernah baca sepenggal kata itu. Dan benar, apa yang kita mulai, suatu hari akan berakhir. Apa yan...