Gadis itu terus mengecek ponselnya. Tak ada notifikasi yang dia tunggu selama 2 hari lamanya. Pagi ini adalah hari minggu, sejak selesai sarapan, Davychi kembali ke kamarnya tak berniat bermain dengan Kheylin seperti biasanya.
Davychi merasa aneh, semenjak kejadian di halte tadi. Deka tak pernah menanyakan kabar atau sekedar berbincang di chat. Jangan kan chat, lelaki itu juga tidak pernah berkunjung dirumahnya lagi.
Pernah saat itu Davychi meminta kepada Saga dan Jenessa agar mereka mencoba menghubungi Deka agar mau bermain dirumahnya. Namun jawaban Deka dengan alasan sibuk bekerja menjadi jawaban tak terelakkan, hal itu membuat wajah Davychi yang berharap-harap cemas seketika menjadi kecewa dan langsung masuk kedalam kamar.
Saga dan Jenessa menjadi bingung, kenapa anak gadisnya menjadi uring-uringan setelah di ghosting oleh Deka? Hal itu menjadi sebuah pertanyaan besar untuk Saga sendiri tentang perasaan Davychi terhadap temannya tersebut seperti apa.
Karena merasa kesal, gadis itu membanting ponselnya keatas kasur dan keluar dari kamar untuk turun kebawah.
"Kheylin," panggil gadis tersebut mengetuk pintu kamar adiknya.
Tak lama, pintu tersebut terbuka dengan wajah Kheylin yang amburadul.
"Kenapa kak?" tanyanya sembari berusaha melepaskan ikatan rambutnya yang acak-acakkan.
"Ayo main sepatu roda di taman depan," ajaknya.
"Tumben kak?"
"Bosen aja dirumah, kamu emang gak bosen? Hari weekend loh, besok malah masuk sekolah lagi. Ayo!" katanya lagi dengan semangat.
"Em, oke. Aku ganti baju dulu, kakak juga siap-siap ya?" ujar Kheylin pada akhirnya.
Davychi menganggukkan kepalanya dengan semangat, lalu dia berbalik badan dan kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap.
Selang beberapa menit kemudian, mereka sudah siap dengan sepatu roda yang sudah terpasang dikaki mereka masing-masing.
"Kalian bener mau pake sepatu rodanya dari rumah ketaman?" tanya Jenessa merasa tak yakin.
Kedua anaknya menganggukkan kepalanya secara serempak.
"Kalo gitu hati-hati mainnya. Pas mau jam makan siang kalian udah balik lagi kerumah, paham?" kata Jenessa.
Lagi-lagi kedua anak tersebut mengangguk serempak. Davychi dan Kheylin mencium punggung tangan Jenessa sebelum mereka pergi dari rumah.
Sebenarnya Davychi bisa saja mengajak Kheylin untuk bersepeda, namun mood nya hari ini ingin memakai sepatu roda. Dan untungnya, Kheylin juga sudah pandai menggunakan sepatu roda, hal ini sangat disenangi Davychi karena adiknya bisa diajak bermain apa pun dengannya.
Tepat didepan gerbang masuk taman, Kheylin berkata. "Ayo kita lomba muterin taman ini terus balik lagi kesini. Jangan curang ya? Nanti yang kalah traktir es krim? Gimana Kak?"
Davychi nampak berpikir karena tantangan yang diberikan adiknya tersebut, namun setelahnya dia menganggukkan kepalanya.
"Kakak sih gak yakin kalo kamu menang, siap-siap aja ya duit jajan kamu kepotong buat beli es krim nanti," ujar Davychi sudah percaya diri.
"Atau pun sebaliknya." timpal Kheylin, keduanya sama-sama memiliki ambisi untuk memenangkan dan mendapat es krim gratis.
Davychi berhitung dan dengan serempak mereka berjalan dengan sepatu roda mengelilingi taman tersebut. Kheylin berada dibelakang Davychi dan membuat Davychi tersenyum puas. Namun dorongan kakinya semakin memelan saat tak sengaja mendapat pemandangan yang membuat hati Davychi tiba-tiba mencetus.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lil Girl [COMPLETED]
Randomspin-off ROOMMATE 212 "Ada masanya, apa yang kita mulai akan berakhir. Entah itu pertemanan, cinta, atau pertemanan yang diam-diam menyimpan rasa." Aku pernah baca sepenggal kata itu. Dan benar, apa yang kita mulai, suatu hari akan berakhir. Apa yan...