Bab 1

61.6K 2.3K 54
                                    

"JAMBRET, WOY ITU TAS GUE DI BAWA LARI."

"Mana Mbak?"

"BAPAK LAMBAT."

Bapak-bapak yang diteriaki hanya bisa mengelus dada, udah syukur mau di tolongin.

"BAPAK KOK MALAH BENGONG, BANTUIN SAYA DONG!!!"

Bapak-bapak beserta pengunjung pasar ikut membantu menangkap jambret, keadaan pasar yang tadinya cukup ribut sekarang semakin ribut dan ricuh dengan adanya aksi kejar-kejaran layaknya di film action.

"WOY, ITU TAS GUE NGGAK ADA UANG, ATM ATAU EMASNYA. BALIKIN SINI, KERTAS GANTENG GUE ADA DI DALAM DOMPET," teriak Sarah. Itu kertas ganteng nggak boleh sampe lecet, belinya mahal.

"GUE AMBIL DULU KERTAS GANTENGNYA, SETELAH ITU TERSERAH LO MAU NGEJAMBRET TAS GUE LAGI."

Bapak-bapak yang ikut mengejar saling berpandangan. Ini sebenarnya yang di tolongin manusia bukan. Kalau emang mau di jambret lagi ya nggak usah kejar.

"Pak, udah pak. Saya capek lari-lari."

"Tasnya belum di dapet mbak."

"Biarin aja deh, saya beneran capek nggak kuat lagi."

"Tasnya berisi apa aja mbak?"

"Barang berharga buat saya pak."

"Kartu kredit, ATM, HP, Uang Tunai, paspor, kartu KTP, dan identitas lainnya mbak?"

"Semua yang bapak sebutin ada dirumah, dikamar saya, trus ini hp saya."

"Loh trus apa?" tanya bapak penjual sayur heran.

"PC."

"Loh emang komputer muat di tas sekecil itu mbak?"

"Photo Card pak, kertas ganteng saya."

Bapak-bapak tadi hanya bisa melongo seperti orang bodoh. Jadi dari tadi mereka mengejar jambret hanya demi sebuah kertas ganteng yang tak mereka mengerti apa?

Sarah menatap nanar kearah menghilangnya jambret tadi. Kasian suami halunya, dibawa pergi orang.

****

"Kenapa muka lo? Kusut amat kayak pakaian belum di setrika."

"Kertas ganteng gue di jambret," jawab Sarah lesu.

"Aelah cuma sebiji doang."

Sarah menatap kesal kearah sahabatnya. "Heh, itu harganya mahal. Mana limited edition lagi."

"Ikhlasin aja," ucap Lody.

Sarah menunduk lesu. Ia sudah rela begadang demi mengumpulkan uang membeli kertas ganteng limited edition. Sekarang malah raib entah dimana.

"Pesen gih, gue traktir."

"Tumben baik lo sama gue. Mau apa lo dari gue?" tanya Sarah tepat sasaran.

Lody tersenyum salah tingkah. "Temenin sepupu gue ke nikahan mantannya ya? Dia pengen kelihatan udah move on di depan mantannya tapi nggak ada yang bisa bantu jadi gandengan."

"Lo aja yang nemenin."

"Mantan tau kalau gue sepupunya. Gagal dong rencana dia kalau ngajak gue. Ini si mantan sepupu gue udah kenal semua kelurga sepupu gue, jadi susah kalau mau kibulin pake sesama saudara." Lody menjelaskan dengan seksama agar Sarah berminat membantu.

"Bukannya sepupu lo rata-rata masih dibawah umur?"

Lody mengangguk, "tolongin ya sekali ini aja. Setelahnya nggak lagi deh." Lody mengerjapkan mata sok imut, memasang wajah paling mengenaskan supaya Sarah tergerak mau membantunya.

"Nggak. Apa kata orang kalau tau gue lebih tua dari sepupu lo. Yang ada gue dibilang tante girang," ujar Sarah bergidik. Mana mau dia disebut tante-tante yang suka berondong.

"Please...."

Sarah menatap seakan-akan jijik kearah Lody. Wajah yang sok imut dengan mulut yang maju maju seperti ikan.

"Ish, Lody geli gue ngeliat muka lo."

Lody menghela napas lelah. Susah sekali meyakinkan sahabatnya ini. Kalau bukan karena di iming-imingi mobil sports oleh sepupunya, ia juga malas bertingkah menggelikan seperti ini. Sahabat perempuan yang masih jomblo hanya Sarah, ia harus bisa membujuk Sarah. Menurunkan sedikit harga diri pun tak apa, mobil sports menanti dirinya.

"Sekalian juga lo nyari jodoh disana Sar. Nikahan si mantan pacar sepupu gue itu tergolong mewah, suaminya tajir pasti banyak kenalannya yang tajir juga. Lo kan udah sering tuh di tanyain kapan nikah, gas sekalian disana nyari calon suami." Lody mengeluarkan semua tipu muslihatnya sampai Sarah setuju membantunya.

"Gue happy aja jomblo gini. Nggak peduli sama omongan orang," jawab Sarah seraya menyeruput minuman rasa taro dihadapannya.

Lody mendengus. Harus pakai cara lain.

"Heh, Lo ngapain?"

Sarah terkejut melihat Lody bersimpuh di samping kursinya.
"Bantuin sepupu gue, please..."

"Lody malu, diliatin banyak orang. Bangun Lo."

Lody menggeleng mantap. "Kalau lo setuju baru gue bangun."

Sarah menatap sekeliling kafe, ia tersenyum salah tingkah. Sahabatnya memang kampret, mempermalukan dirinya di depan umum. Dari sudut pandang pengunjung kafe, Sarah terlihat seperti si antagonis dan Lody seperti si protagonis yang teraniaya.

"Iya, gue mau bantu. Bangun cepet, malu di liat sama pengunjung lain."

Senyum Lody merekah bahkan matanya sangat berbinar cerah. Kalau di komik biasanya ada bintang di kedua bola matanya.

"Thank you. Lo emang sahabat terbaik gue." Lody mencium pipi Sarah yang membuat sang empunya menatap kesal kearahnya.

Sahabat kayak gini halal buat di tenggelamkan.

Tbc

Gimana? Gimana?
Tes ombak dulu deh, kalau pada suka aku lanjut lagi. Tenang guys cerita ini nggak kayak cerita aku sebelumnya. Cerita ini udah aku tulis sampe beberapa part jadi bakalan sering update.
Sebenarnya udah lama pengen bikin ceritanya si Sarah yang jomblo ngenes ini😁
Aku posting karena ngeliat ada beberapa yang pengen cerita Sarah di post.
Oke segitu aja cuap-cuapnya

Jangan lupa vote dan komen

See you next chapter😘😘

IG: skjysh__

Ketemu Berondong (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang