Bab 15

18.3K 1.2K 16
                                    

Tandai typo ya readers. Happy reading ❤️❤️

Mengerjapkan mata perlahan, Sarah meneliti ruang tempat ia berada sekarang ini. Melihat sekeliling, ternyata ia ketiduran di sofa ruang tv.

"Udah bangun mbak?" Suara Ben terdengar dari arah belakang Sarah. Ia baru selesai membersihkan dirinya di kamar mandi apartemen. "Saya numpang kamar mandi," sambung Ben.

Sarah hanya mengangguk sebagai jawaban. Melihat jam, ternyata cukup lama ia tertidur, sekarang sudah maghrib.

"Kenapa nggak bangunin saya?"

"Mbak tidurnya pules banget, saya nggak tega."

Sarah menghembuskan napas, kebiasaan kalau tidur seperti orang mati. Tidak terganggu dengan suara seperti apapun.

Beranjak dari sofa, Sarah menyentuh lehernya yang terasa sedikit tak nyaman.

"Pekerjaan kamu?" Tanya Sarah ketika tak melihat lagi kertas-kertas tadi di atas meja.

"Hari ini cukup dulu Mbak," jawab Ben tak lupa dengan senyum manisnya.

Sarah manggut-manggut mengerti. Ia beranjak ke kamar untuk membersihkan diri.

****

 "Mau makan malam apa Mbak?" Ben bertanya dari arah dapur. Ia berdiri di depan kulkas untuk melihat persediaan bahan makanan di apartemen Sarah. 

"Mau masak?" Sarah tak menanggapi pertanyaan Ben, ia lebih tertarik bertanya apa yang ingin di lakukan pria itu. 

"Iya Mbak." Ben melemparkan senyum manis kearah Sarah. 

"Bisa?" Sarah terkekeh pelan. 

Ben ikut terkekeh tapi kemudian senyuman sombong muncul di bibirnya. "Aku jago masak loh, Mbak. Sebut aja mbak mau apa, biar aku masakin." 

"Apa ya?" Sarah memikirkan beberapa masakan yang mungkin bisa membuat kesombongan Ben jatuh. 

"Ayam bumbu kecap aja gimana Mbak?" Ben bertanya sambil mengeluarkan beberapa bahan makanan yang ia temukan di kulkas Sarah. "Bahannya cuma bisa buat itu aja."

"Oh iya, lupa belum belanja keperluan dapur," ucap Sarah meringis pelan. 

Ben tertawa pelan. Menggulung lengan kemejanya lalu mulai melancarkan aksinya mengolah bahan makanan yang ada. Dengan pandangan fokusnya pada apa yang ia kerjakan berhasil membuat Sarah terpesona akan ketampanan lelaki itu yang semakin meningkat. 

Sarah tak mengalihkan pandangan sedikit pun, entah kenapa pemandangan Ben yang sedang memasak berhasil membuat matanya terpaku. Di usianya yang hampir mencapai kepala tiga ini Sarah tak akan berbohong kalau ia tak pernah pacaran ataupun dekat laki-laki. Mungkin sudah tak terhitung lagi sebanyak apa laki-laki yang pernah mampir atau sekedar singgah dalam hidupnya. 

Semua laki-laki yang dekat dengannya akan mundur perlahan jika Sarah memberi tahu prinsip seperti apa yang ia terapkan dalam menjalin hubungan. Tak ada sentuhan berlebih selain hanya berpegangan tangan, cium pipi dan skinship wajar lainnya. Ben adalah pria pertama yang berani mencium Sarah tepat di bibirnya pada pertemuan pertama bahkan saat mereka belum saling mengenal. Jadi bisa di bilang Ben lebih unggul dari pria yang pernah singgah di hidup Sarah sebelumnya ataupun mantannya. 

"Mbak, suka pedes nggak?" Pertanyaan Ben berhasil membuyarkan lamunan Sarah. 

"Iya." Sarah beranjak mendekati Ben. "Ada yang bisa saya bantu nggak?" 

"Nggak ada Mbak. Duduk aja lagi disana, ini tinggal di tunggu matengnya aja." Sarah mengangguk tapi tak beranjak dari samping Ben yang sedang fokus mencicipi masakan, memastikan tidak ada yang kurang. 

Ketemu Berondong (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang