Bab 26

14K 842 35
                                    

Happy Reading
Jangan lupa tandai typo Readers
***

Dengan santai Sarah rebahan di kasurnya. Ia menggulir postingan-postingan beranda Instagram, sesekali berdecak kagum melihat beberapa temannya mengunggah foto liburan mereka. Ada yang berlibur bersama pacar, tunangan, suami bahkan sampai keluarga kecil mereka. Iri? Tentu saja tidak. Malah dia ikut merasakan kebahagian dari unggahan teman-temannya itu.

Kebahagian setiap orang mempunyai porsi yang berbeda. Jangan pernah membandingkan hal yang kamu punya dengan orang lain di luar sana. Karena hal itu bisa menjadi penyakit untuk diri sendiri, menjadikan kita orang yang akan selalu merasa iri pada orang lain dan tak puas dengan pencapaian yang diri kita lakukan. Mari ubah pikiran kita tentang hal ini.

Untuk apa sang pencipta, menciptakan kita berbeda-beda. Karena setiap orang punya keunikan dan ciri khas masing-masing, kebahagian pun seperti itu, punya porsinya masing-masing. Kalau sama semua, nggak menarik dong.

"Geser dong, ntar kaki lo kena tangan gue nih" pinta Lody.

Sarah melirik sekilas apa yang sedang dilakukan sahabatnya itu. Perempuan itu sedang mempraktekkan tutorial menggambar alis ala-ala Korea yang sedang terputar dari tablet di hadapannya.

"Make up tuh disana. Meja rias gue kan kosong itu, malah make up di kasur."

"Nggak bisa rebahan," ucap Lody.

Sarah hanya geleng-geleng kepala tak habis pikir. Ada gitu orang belajar make up sambil rebahan. Baru Lody ini yang ia lihat seperti itu. Ada-ada saja kelakuannya.

"Btw, Lo di undang kan ya ke acara anniversary pernikahan Budhe gue?" tanya Lody, ia meletakkan pensil alis di dekat tablet dan sepenuhnya berbalik menghadap Sarah.

Sarah mengangguk sebagai jawaban. "Nanti di jemput Ben kesini."

"Gue juga ikut kalian dong. Males kalau harus bareng nyokap."

"Emang kenapa?" tanya Sarah.

"Males deh. Ntar di tanyain gandengan," jawab Lody lengkap dengan gerutuan kesalnya.

"Semenjak nyokap tau Lo udah punya pacar, gantian gue nih yang di cecar sama pertanyaan kapan punya pacar," sambung Lody.

"Loh itu bos Lo, emang nggak niat ajak dia aja."

Lody memukul lengan Sarah. Ia menatap horor sahabatnya itu. "Udah gila gue kalau bawa dia."

Sarah hanya tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Lody. "Hati-hati nelen ludah sendiri."

"Jadi boleh nggak nih gue ikut kalian?"

"Tanya Ben gih, kan dia yang jemput," suruh Sarah.

"Itu anak kan udah cinta mati nih sama Lo, jadi kalau lo setuju ya dia pasti setuju juga."

"Nggak enak Lody, kan dia yang jemput."

Lody berdecak, ia mengambil ponselnya lalu mencari nama Ben di kontaknya. Menunggu hingga dering ketiga panggilannya di jawab.

"Ben, lagi dimana?"

"Lagi di mall Mbak. Nemenin Mama yang mau nyari kado buat Papa."

"Besok kamu jemput Sarah kan?" Tanya Lody to the point.

"Iya Mbak," jawab Ben.

"Mbak boleh ikut nebeng nggak? Kan sekalian juga mau ke acara Budhe."

"Udah tanya Sarah, Mbak?" Ben terdengar sedikit tak enak pada Lody. Kenyamanan Sarah harus dia pastikan dulu.

"Udah. Dia bilang suruh tanya sama kamu."

Ketemu Berondong (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang