Bab 14

19.1K 1.3K 44
                                    

Kejutan buat para readers🤭
Mood aku lagi bagus banget malam ini. Dan juga pengen berbagi mood bagus aku ke para readers. Jadinya aku double update cerita untuk kalian❤️❤️ Silahkan menikmati :)

****

Sejak tadi Sarah tak fokus pada revisian naskah di laptopnya. Terus melirik kearah Ben yang duduk di sofa sampingnya. Fokus dengan kertas-kertas di hadapannya.

Dahi Ben terkadang mengerut, lalu kembali mencoret-coret di kertas. Sesekali pula Ben memandang kearah luar jendela. Semua kegiatan itu tak luput dari pengamatan Sarah.

Sarah berdehem pelan. Ia beranjak ke dapur untuk mengambil minuman. Meninggalkan Ben yang masih berkutat dengan kertas dan pensil.

"Minum dulu," ujar Sarah seraya menghampiri Ben. Meletakkan sebuah jus di samping kertas-kertas.

"Makasih mbak." Ben tersenyum setelahnya meminum jus pemberian Sarah.

"Kerjaan mbak udah selesai?" tanya Ben melirik sekilas kearah laptop Sarah.

"Mau selesai satu naskah."

Ben mengangguk mendengar jawaban Sarah. Ia kembali memusatkan perhatian pada kertas gambarnya.

"Berapa lama?"

Ben mengangkat pandangan kearah Sarah. Menaikkan satu alis meminta kejelasan hal apa yang di tanyakan Sarah.

"Itu gambarnya. Biasa selesai berapa lama?" Sarah memperjelas maksud dari pertanyaan sebelumnya.

"Tergantung besar dan luasnya bangunan yang mau dibangun Mbak. Belum lagi setiap detail sesuai keinginan klien. Jadi kira-kira paling cepet tuh 2-5 bulan, nah paling lama biasanya 6-12 bulan Mbak."

Sarah mengangguk mengerti. Lumayan lama juga, kalau dia di posisi Ben akan jenuh. Apalagi berlama-lama di hadapkan dengan kertas-kertas itu. Pusing.

Seorang arsitek tak semudah kelihatannya. Walaupun hanya menggambar desain, tapi itu tak hanya sekedar menggambar. Perlu detail-detail kecil yang mempengaruhi proses selanjutnya, bahkan kesalahan kecil dapat berakibat fatal untuk pembangunan.

Perlu ketelitian serta konsentrasi yang akurat untuk seorang arsitek dapat menghasilkan desain yang memuaskan bagi klien dan tidak menimbulkan kendala untuk proses selanjutnya.

Sarah pernah melihat di berita televisi, bangunan yang rapuh akibat kesalahan desain seorang arsitek. Bahkan sampai merugi ratusan juta. Membayangkan hal itu terjadi pada Ben membuat Sarah bergidik ngeri. Apalagi harus membayar ganti rugi sebesar itu sebagai tanggung jawab dari kesalahannya.

"Trus itu udah rampung?"

"Belum mbak, masih harus ketemu klien lagi buat nanya detail lainnya," jelas Ben tanpa mengalihkan fokusnya dari kertas di atas meja.

"Capek?"

Ben mendongak menatap Sarah ketika mendengar pertanyaan yang terlontar. Mengerjapkan mata, memahami arti pertanyaan Sarah.

"Kalau saya bilang nggak capek, keliatan banget bohongnya. Tapi ini kan udah kerjaan saya Mbak, jadi walaupun capek ya tetap di selesaikan." Ben tersenyum menjawab pertanyaan Sarah. Rasanya menyenangkan saat Sarah dalam mode seperti ini. Mengajaknya berbincang walau seputar pekerjaannya. Ocehan wanita itu entah kenapa tidak mengganggu fokusnya. Terdengar pas di telinganya.

"Kenapa nggak pake media aja?" Ben mengernyit tak mengerti maksud Sarah.

"Kan sekarang udah ada tuh yang pake media buat gambar desain kayak gitu," sambung Sarah.

Ketemu Berondong (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang