Intermezzo #2

1.2K 124 47
                                    

Seperti janjiku. Ku bakal ngebahas soal art of forgiving atau seni memaafkan
Aku kasih disclaimer ya, apapun yang ku tulis dan ku jelaskan, jika tidak sesuai atau kalian tidak setuju, itu bukan masalah.
Semua orang berhak untuk memiliki pemahaman dan sudut pandang mereka masing masing. Disini, aku cuma share apa yang aku dapat selama aku berkuliah, bertemu beberapa klien dan pengalam pribadiku tentang proses memaafkan ini.
Jadi... jangan full percaya sama apa yang ku tulis ya 😂😂 aku berharap setelah kalian membaca tulisan ini, kalian tergugah setidaknya untuk mencari tau perihal hal yang sedang kita bahas jauh lebih dalam.

_________________________

Okay.. sekarang..
Sebelum masuk the art of forgiving, ada yang harus kita samakan dulu, yaitu apa sih luka psikologis?

Aku beri 2 analogi ya.Aku bakal mulai dari sebuah analogi,

Pertama,
Kita tau, Ketika luka dan luka itu kotor sekali sampai bernanah. Sakit kan pasti? Tidak nyaman kan pasti? Salah pengobatan pun bisa malah ngerembet kemana-mana.
Itu engak bisa sembuh dengan sendirinya.. Malah yg ada.. dia ngerembet dan basah terus..

Sama halnya seperti luka psikologis, jika luka itu dalam.. jika luka itu lama tertahan.. lama-lama yaa makin rusak dan merusak jaringan disekitar luka. Makin parah lah itu.

Atau gini, jika analogi diatas terlalu berat.

Kedua,
Analogi sederhananya mungkin, memegang gelas berisi air. Gelas berisi air itu adalah luka psikologis. Nah gelas itu pada awalnya tidak begitu berasa lah beratnya, tapi jika semisal gelas itu kamu pegang bertahun-tahun tanpa melepasnya, apa tidak keram? Apa tidak capek?

Begitulah cara seseorang memiliki luka psikologi, bahwa sebenarnya luka psikologis itu akan berkembang terus menerus seiring berjalannya waktu. Walau penyebab lukanya sudah tidak ada, lukanya terus berkembang dan berkembang yang kemudian membuat kita merasa terbebani atau ya makin sakit.

Sampai sini paham lah ya tentang konsep luka psikologis?

________________________

Okay, next ya..

Lalu baru kita masuk ni ke bagaimana 'berdamai' dengan si luka ini?

kenapa aku pake kata berdamai karena sebenarnya luka psikologis itu tidak benar-benar 'sembuh', mereka berbekas gitu dan luka itu berpengaruh terhadap perilaku dan tindakan individu. Cuma.. sudah tidak sakit lagi seperti dulu

Tapi kyu, kalo 'masalahnya kecil' masa minta bantuan profesional? Perlu diingat ya.. tidak ada masalah yang 'kecil'. Semua masalah itu adalah beban yang dihadapi individu. Hal tersebut tidak bisa dibanding-bandingkan ya..

Toh luka apapun itu, yang baru beset atau yang sudah sampai bernanah pun tetap luka.
Cuma ni... cuma.. luka psikologis kalo beset pun tidak seperti luka fisik yang bisa sembuh sendiri ya.. tetep bisa merembet dia mah kalo luka psikologis, kalo tidak "segera" diatasin atau disadari.

Anyway, balik lagi. Nah gimana sih cara "berdamai"nya. Nah salah satu caranya ya dengan seni memaafkan ini. Seni memaafkan ini bisa dilakukan sendiri ataupun dibantu oleh profesional.

Kita pake analogi lagi ya? Hehe analogi lanjutan dari yang dua diatas (ini jelasinnya emang ribet, euy 😅)

Kalo dengan analogi yang pertama,
Tau cara dokter buat sembuhi luka nanah engak kalian?

Caranya itu, nanahnya di kuret.

Tujuannya, dibuat 'luka' baru. Lalu di bersihkan, Jadi 'penyembuhannya' lebih bagus. Lebih terawat. Ada bekasnya? ya tentu ada. Tapi nggak sakit kan? Engak ngerembet lg kan?

Atau bisa nih pelan pelan di fokuskan untuk kita rawat sendiri lukanya. Kita cari tau obat apa yang bagus untuk itu dan cari tau nih cara bersihin yang bener gimana sih? Bisa engak dokternya cuma ngawasin tanpa harus ikut bersihkan? Ya bisa asal ya ada pengawasan dan diberikan caranya.

Jingan Jingga ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang