03. Nyala

2.3K 239 13
                                    

Halo! Sumpah ni ff kok ya berat buat di tulis 🤣🤣🤣

Silahkan baca chap ni sambil mendengar lagu Sal Priadi - Nyalak. Versi instrumentnya nyala. Biar engak terganggu bacanya.

Anyway, My fav lyrics di nyala itu,

Aku ingin jadi jantungmu
Dan berhenti semauku
Agar kau tahu
Rasanya hampir mati ditikam
Patah hati

Deep, ey 😅
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca

Sudah hampir setahun lebih seulgi tinggal di Leipzig. Disertasi sudah selesai sebulan yang lalu dan keprofesiannya tinggal menunggu sumpah saja dan tahun sudah berganti. Dia masih memiliki waktu beberapa bulan lagi sebelum kelulusan masa beasiswanya habis.

Selama keprofesiannya tidak sedikit klien wanitanya mengajak dia tidur bersama (ya walau hanya sekedar petting, HJ, dan BJ saja) atau menawarkan untuk menjalani hubungan serius. Sebagaimana seulgi yang mendadak menjadi casanova setelah penolakan dari joohyun, tentu saja melayani dan "menikmati" perhatian yang diberikan. Sejujurnya dia hampir gagal menyelesaikan keprofesiannya karena masalah kode etik yaitu tidak boleh memiliki hubungan lebih dengan klien.

Seperti sekarang, dia sedang duduk di ruang terapi yang khusus diberikan fakultas untuk melakukan prakteknya. Janet, klienya, sudah pada sesi akhir. Setelah itu akan banyak laporan untuk direkap. Tapi seulgi berniat untuk kabur beberapa waktu ke Vienna. Dia rindu untuk melihat karya-karya seni dan mungkin sedikit menghabiskan waktu untuk mengambil gambar atau menggambar lagi selama perjalanannya.

(Percakapan dalam bahasa jerman)

"Seul! Seulgi!" Panggilan janet membuyarkan pikiran seulgi.

"Kamu medengarkanku atau tidak?"

"Maaf tadi aku sedikit hilang, lanjutkan ceritamu.. jadi setelah beberapa kali paparan terapi apa yang kau rasakan? Ada perubahan?" Ucap seulgi mencoba untuk memberi atensi pada sesi terapi dan konseling janet.

"Tentu aja, seul. Aku banyak mendapatkan insight. Hubunganku dengan suamiku memang sangatlah toxic, ya itu sebabnya aku mengalami gaslighting effect sekarang. Merasa bersalah, merasa tak pernah cukup, menitikberatkan semua hal yang terjadi karena ulahku."

"Lalu apa yang bisa kamu maknai janet?"

"Aku tidak perlu merasakan hal negatif tersebut. Ya memang hubungan kami sudah tidak diselamatkan ditambah dengan perkataan kasarnya yang sangat mengangguku. Tapi aku belajar banyak hal, bahwa proses pendewasaan itu berawal dari aku sendiri. Aku yang mau melangkah dan berproses untuk menerima kondisi ku sekarang. Aku tidak malu dengan masa lalu ku dan rumah tanggaku yang gagal. Setidaknya aku bisa berdiri untuk diriku sendiri bukan karena ketakutanku akan dia"

"Good.. bagus sekali janet. Bagus sekali.. aku bangga padamu" ucap seulgi sambil melanjutkan sesi konseling.

2 jam setelahnya, sesi konseling dan terapi telah selesai. Seulgi masih terduduk di ruang kerjanya. Sesi konseling dengan janet membuat dirinya mendapatkan insight.

"Ah.. proses menerima kegagalan ya.."

Seulgi terdiam beberapa saat sebelum mengelah nafas panjang

"Ah.. aku butuh liburan"

--------

Kini seulgi sudah berada di stasiun Leipzig hauptbahnhof, tiket kereta menuju vienna sudah ditangannya. Hal yang butuh dia lakukan hanyalah menikmati perjalanan kereta selama kurang lebih 7 jam itu.

Ransel yang berisi barang-barangnya selama 3 hari untuk berkelana di vienna sudah di punggungnya. Tak lupa kamera analog yang sudah dia berapa kali di bidik tadi. Mengingat Leipzig hauptbahnhof merupakan stasiun kereta yang memiliki design yang menarik dan klasik.

Jingan Jingga ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang