orang sabar disayang tuhan

127 10 1
                                    

Iqbaal telah tiba diparkiran sekolah , ia benar-benar bersyukur karna suara mengerikan yg biasanya merusak mood paginya tidak terdengar , setidaknya izinkan telinganya beristirahat sejenak sampai siang nanti , kalau bisa selamanya .

  Pemuda itu melangkahkan kakinya menuju kelas , terlihat disana beberapa murid telah memasuki kelas , kecuali Salsha , mungkin dia telat , fikir Iqbaal , lagi-lagi ia bersyukur karena ketidak hadiran Salsha dikelas membuat gendang telinganya akan lebih baik .

“ woy .. baal , si Salsha mana ?” Iqbaal menempelkan bokongnya pada kursi yg tertera namanya disana , ia menoleh pada Rio yg berada dibelakangnya , memang nya siapa Salsha ? , Mengapa menanyakan pada Iqbaal ?

“ gak tau ” jawabnya ketus , bukan Salsha malah Rio yg merusak paginya dg menanyakan keberadaan Salsha . Entahlah segala yg berbau Salsha bisa merusak mood Iqbaal seketika.

“ yaelaah tanya doang gue , judes amat jawabnya ”

“ emang gue siapa nya si Salsha ? Ngapain tanya tu anak ama gue” Iqbaal kesal sekarang , entah lah ia benar-benar tak mau tau tentang gadis itu .

“ eh tu anak nya.” Iqbaal menatap gadis bersweater abu-abu didepan pintu , dia datang , batin Iqbaal mulai tak tenang , hal konyol apa lagi yg akan ia lakukan pagi ini .

Salsha dg langkah gontai memasuki kelasnya , senyum tipis ia suguhkan sebelum akhirnya ia duduk di bangku miliknya .

“ kenapa si Salsha baal ? , Tumben dia kagak gangguin lu ?”

“ lu nanya dia lagi leher lu gue tebas ” Iqbaal melirik ke arah gadis yg duduk di sampingnya , tidak ia tak satu meja dg Salsha tapi salsha memang ada disampingnya .

  Mata Iqbaal tak lepas dari Salsha , kenapa gadis itu ? , Apa dia sudah lelah mengejar Iqbaal ? , Atau .. ? Kenapa ? . Itulah kiranya gumaman hati Iqbaal yg tak akan mungkin ia utarakan .

“ Iqbaal liatin aku ya ?” Iqbaal tersentak , ternyata gadis itu tengah menatap nya dg senyum tipis dibibir pucatnya .

“ aku gak apa-apa ko , cuman lagi gak enak badan sedikit doang makannya aku gak deketin Iqbaal , nanti kamu ketularan .” Iqbaal acuh , ia tak peduli atas ucapan Salsha , ya walaupun memang tadi ia sedang memperhatikan Salsha , entah mengapa saat ia mengetahui alasan Salsha hatinya sedikit tersenyum , setidaknya Salsha tidak lelah mengejarnya .

“ tadi liatin aku , sekarang dicuekin , gimana sih Iqbaal ?”

“brisik sal ” Salsha tersenyum , satu kalimat akhirnya ia dengar dari mulut lelaki itu .

“ ya udah deh , Salsha tidur aja. ” Salsha menumpukan kedua tangannya dan menenggelamkan wajahnya disana , ia masih merasa pening dan sesak di dadanya belum begitu reda , kejadian lupa minum obat tadi malam nampaknya berdampak panjang , pasalnya jam 1 dini hari dadanya kembali nyeri , sehingga ia terpaksa dibawa kerumah sakit untuk segera ditangani .

  Namun Salsha tetaplah Salsha , si gadis keras kepala dengan ribuan ide diotaknya , pagi tadi ia kabur dari rumah sakit saat ayahnya berangkat bekerja , jadilah ia terlambat sedikit , untung saja gerbang belum tertutup .

  Iqbaal menatap Salsha yg tengah tertidur menghadap kan wajahnya ke arah Iqbaal , ya Iqbaal akui Salsha memang cantik , tapi entah lah ia belum bisa membuka hatinya untuk gadis berparas ayu itu . Iqbaal terenyuh saat melihat wajah pucat Salsha yg semakin menjadi , bahkan sesekali rintihan kecil terdengar oleh nya , rasanya ingin membawanya ke UKS saja , namun niatan Iqbaal sangat lah telat , kini pak Handoko si guru killer telah ada di depan kelas , Salsha juga telah bangun dari tidurnya .

“ hari ini bapak akan adakan ulangan dadakan , kita akan adakan tanya jawab , siswa dg jawaban tersedikit akan saya kenakan ulangan tambahan ”

“ baik pak " jawab semua siswa serentak

“ tutup buku kalian ” dengan terburu-buru semua siswa menyembunyikan bukunya , dan berdoa agar pertanyaan yg dilontarkan guru fisika ini mudah untuk di jawab .

“ soal pertama ” Handoko menuliskan angka - angka dipapan tulis , dan memberikan kesempatan bagi siswa yg mengangkat tangan .

Tak ada yg mengangkat tangannya , bahkan Salsha yg biasanya dg cekatan mengangkat tangan hanya diam menatap papan tulis dg tatapan kosongnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak ada yg mengangkat tangannya , bahkan Salsha yg biasanya dg cekatan mengangkat tangan hanya diam menatap papan tulis dg tatapan kosongnya .

“ ayo jawab ” gertak Handoko

“ saya hitung sampai tiga jika tidak ada yg menjawab maka akan saya tunjuk” jantung para siswa kini berdegup kencang , mereka bahkan tak mengerti angka apa yg ada di depan , harapannya hanya Salsha , mengapa gadis itu mematung ?.

“ oke saya hitung , satu ... Dua ... Ti .. tiga , oke , Iqbaal maju ” Iqbaal hanya pasrah dan mulai membuka tutup spidol yg pak Handoko berikan padanya , namun tiba-tiba suara dentuman cukup keras terdengar ditelinga Iqbaal

Braak ..

Semua siswa menjadi gaduh , keadaan kelaspun sudah tak kondusif , Iqbaal yg tertoleh akhirnya membulatkan matanya saat ia mengetahui Salsha telah tersungkur di lantai kelas nya .

“ Salsha .. ” pekik Iqbaal dan segera menggotong tubuh jenjang gadis itu ke dalam UKS , ia tak peduli jika nanti akan dihukum pak Handoko karna keluar kelas tanpa izin , yg terpenting sekarang adalah gadis yg ada dalam gendongannya ini .

Sesampainya di UKS , Iqbaal meletakan Salsha di banker dan segera memanggil petugas UKS , karna dia sendiri tak tau cara nya menangani hal seperti ini .

  2 orang siswi dg seragam abu abu membalurkan minyak kayu putih di dada Salsha , telapak tangan dan kakinya juga tak lupa mereka baluri, kemudian salah satu dari mereka meletakan minyak kayu putih dihidung Salsha berharap Salsha segera membuka matanya .

  “ ka , kayaknya Kaka ini demam tinggi deh , ini juga telapak tangannya dingin banget , Kaka kompresin ya , kita ada jam nya Bu Mega , kalo sekali ngak ikut bisa berabe ka , tolong ya ka. ” pinta gadis dg pita merah di rambutnya . Iqbaal hanya terdiam menatap ke 2 bocah itu pergi menyisakan nya dan Salsha .

“ kompres ?” Iqbaal mendekati banker Salsha , ia menyentuh kening salsha dengan punggung tangannya , ya benar, tubuh Salsha sangat panas , pantas saja ia tak memberanikan diri menjawab soal yg diberikan pak Handoko , fikir Iqbaal .

Iqbaal meletakan handuk kecil yg telah ia celupkan dalam mangkuk berisi air dikening Salsha , ia melakukan nya secara berulang hingga suhu badan Salsha tak sepanas sebelumnya .

“ ko lu gak bangun- bangun sih ?”

Salsha menmbuka matanya perlahan , terlalu lama ia terpejam membuatnya sedikit sulit menetralkan cahaya yg akan masuk ke pupil-nya . Kini matanya terbuka sempurna , ia juga melihat dg mata kepalanya sendiri ada ciptaan tuhan yg sempurna disampingnya .

“ Iqbaal ?” gumam Salsha dg suara yg sedikit serak , Iqbaal hanya tersenyum tipis , hatinya yg sedari tadi tak tenang akhirnya bisa bernafas lega .

“ udah bangun? ” salsha mengangguk, ia tersenyum manis pada pria yg sedari dulu ia sukai ini .

“ mau minum ?” Salsha kembali tersenyum sembari memandangi wajah tampan milik Iqbaal .

“ emang bener ya orang sabar disayang Allah , akhirnya buah kerja keras aku sedikit demi sedikit bisa aku rasain ” Iqbaal terkekeh kecil , manusia dihadapannya memang tidak mengerti situasi  disaat dirinya masih lemah saja ia masih ngoceh tak karuan , pantas saja jika sedang sehat gendang telinga akan rusak . Sedang sakit saja bisa dilihat saat sakit saja ia masih sempat membeo .

“ minum ”

Detak Jantung Terakhir ( IDR ×SA )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang