Setelah lelah berlari Yasmin kini pulang dengan sedikit lelah. Baru kali ini ia merasa sangat lelah seperti ini, entah karena lelah berlari atau lelah karena melihat Juna bersama Audry. Entahlah hati Yasmin sedang bimbang sekarang.
Tiba-tiba Bi Wati datang membawa handuk bersih di tangannya "non, ini handuknya"
Yasmin mengambil handuk yang Bi Wati berikan " makasih bi"
Bi Wati melihat Yasmin hari ini sedang tidak semangat, padahal selama ini Yasmin yang ia kenal selalu saja ceriah saat pulang, mengajaknya bercanda dan selalu menjahili Bi Wati "Non kenapa ? Mukanya ko sedih gitu ? Gak biasanya ini loh"
"Bi Yasmin boleh cerita gak sih ?"
"Boleh dong non, bibi malah senang non Yasmin terbuka sama bibi"
"Sebenarnya...." Ucapan Yasmin terhenti saat handphonenya berbunyi. Ia melihat nomor yang tidak di kenal.
"Tunggu ya bi" bi Wati yang mengerti pun hanya bisa mengangguk membiarkan Yasmin mengangkat telpon.Segera Yasmin mengangkatnya meletakkan benda pipih itu di telinganya.
"Halo"
"Ini dengan keluarga dari Maya Perwira ?"
Tanya seseorang di sebrang sana."Iya"
"Kami dari pihak rumah sakit mengabarkan bahwa bu Maya sekarang kritis akibat kecelakaan"
"Mama kecelakaan?"
Gadis itu terduduk di lantai setelah mendengar kabar bahwa sang ibu kecelakaan. Beberapa bulan Maya tak pernah pulang, bahkan memberi kabar pun tidak pernah, namun sekali memberi kabar membuat Yasmin syok.
"Ada apa non, kenapa menagis ?" Tanya bi Wati dengan cemas
Setelah tadi lari pagi dan pulang dengan hati yang terluka Yasmin mendapatkan telpon dari seseorang yang mengatakan sang ibu kecelakaan.
"Mama kecelakaan, bi. Hiks..." gadis itu menangis di pelukan Bi Wati
"Inalilahi... Ayok non kita ke rumah sakit sekarang"
***
Sepanjang perjalanan Yasmin terus saja diam, ia takut terjadi apa-apa pada Maya. Ia hanya punya Maya walaupun Maya jarang pulang karena sibuk dengan pekerjaannya.
Setelah beberapa menit kini Yasmin berada di rumah sakit di temani oleh bi Wati, dengan tergesa-gesa Yasmin menghampiri resepsionis menanyakan di mana ruangan sang ibu "Sus, korban kecelakaan atas nama Maya Indrawan di mana ?"
"Tunggu sebentar, saya cek dulu ya "
"Baik sus"
"Ada di ruang UGD sebelah sana"
"Terimakasih suster"
Setelah mengatakan itu Yasmin da bi Wati segera pergi ke ruangan yang telah di beri tahukan oleh suster.
Saat sampai di ruangan Yasmin dapat melihat Maya sedang terbaring lemah dengan luka yang sangat parah.
Mungkin selama ini hubungan Yasmin dan Maya tidak terlalu baik, selalu saja berdebat dan tidak pernah akur, entah itu masalah sekolah Yasmin atau tentang Maya yang tidak pernah pulang ke rumah karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Tapi sekarang saat melihat Maya yang terbaring lemah membuat Yasmin sedih, walaupun hubungannya tak baik tapi ia hanya punya Maya sekarang tak ada yang lain, ibu yang telah melahirkannya terbaring lemah, hatinya hancur dan terluka.
"Ma, ini Yasmin" ucap Yasmin dengan menahan air mata yang sudah sedari tadi tidak berhenti mengalir di pipi gadis itu.
"Yasmin"
"Maafin Mama, gak pernah ada di saat kamu butuh"
"Jangan gitu Ma, Yasmin sayang sama Mama biar bagaimanapun Mama adalah Mama yang terbaik untuk Yasmin, hiks... hiks...."
"Jang-an nangis sayang, Mama ga-k kuat lagi. Tapi anak Mama jangan nangis"
"MAMA MAU KE KAMA ? APA MAMA GAK SAYANG SAMA YASMIN, SELAMA INI MAMA PERGI TERUS. CUKUP MA, YASMIN GAK MAU SENDIRI" Yasmin berteriak di depan Maya.
"Maafin Mama, tapi Mama gak bisa bertahan lagi, sakit"
"Bertahan Ma, Yasmin panggilin dokter dulu ya"
"Tidak usah sayang, maaf selama ini Mama gak punya waktu untuk kamu, maaf Mama gak bisa selalu ada untuk kamu, Mama pergi ya sayang"
"Mama gak boleh pergi"
Tin tin tin
Suara monitor EKG memperlihatkan aktivitas jantung yang berhenti, itu tandanya jantung seseorang sudah tidak berdetak lagi. Yasmin yang melihat itu menangis pilu, sang ibu telah meninggalkan dirinya sendiri.
"Ini gak mungkin......"
***
Sedari tadi Yasmin hanya bisa diam dan terus menangis, kepergian Maya membuatnya terpukul. Di dalam lubuk hatinya ia sangat mencintai Maya walaupun wanita itu selalu mementingkan pekerjaan dari pada dirinya, tapi ia juga tau Maya melakukan itu untuk dirinya. Sang ayah yang sudah lepas tanggung jawab akan Yasmin membuat Maya gila akan kerjaan, membiayai sekolah Yasmin dan semua keperluan gadis itu.
Yasmin menatap gundukan tanah di depannya, berharap ini adalah mimpi baginya, tapi tidak ia bisa melihat jelas ini adalah nyata.
"Ma, jangan tinggalin Yasmin" isakan Yasmin membuat orang-orang yang hadir di pemakaman meneteskan air mata.
Penampilan gadis itu yang sangat berantakan, terus memeluk gundukan tanah.
"Bangun non, jangan seperti ini. Semuanya sudah takdir" ucap Bi Wati yang mencoba membujuk Yasmin agar tidak menangis lagi.
Yasmin bangkit ia menatap bi Wati dengan mata yang sudah membengkak.
"Mama Bi, Mama pergi ninggalin aku"
"Semuanya sudah takdir non, ayok bangun"
Bi Wati membantu Yasmin untuk bangun, gadis itu hancur.
"Semua yang bernyawa pasti akan meninggal, non. Jangan menangis lagi, ada bibi yang selalu sayang sama non Yasmin"
Yasmin langsung memeluk bi Wati dengan erat, kini sandarannya hanya wanita lanjut usia yang berdiri di hadapannya, tak ada teman, sahabat, maupun keluarga yang mau meminjamkan bahunya untuk Yasmin yang sedang rapuh.
"Maafkan Yasmin Ma, maaf selama ini Yasmin belum bisa jadi anak yang baik, anak yang selalu nurut sama Mama. Yasmin selalu nyalahin Mama karena Mama yang mementingkan pekerjaan dari pada Yasmin, tapi hari ini Yasmin tau Mama sayang sama Yasmin. Kita akan bertemu di surga, tunggu Yasmin ya Ma"
***
Kalau kalian jadi Yasmin gimana ?
Kehilangan orang yang paling kita sayang
Apalagi seorang ibu😭😌Jangan lupa vote dan komen 🦋❤️

KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Yasmin
FantasyPersahabatan dan cinta merupakan hal yang selalu ada di dalam kehidupan manusia. Tapi bagaimana persahabatan dan cinta itu malah yang membuat dirimu hancur. Dia yang kau anggap sahabat selama belasan tahun namun pergi hanya karena ia sudah mendapatk...