DETIK-03

288 26 0
                                    

Vote-nya jangan lupa yaa!

***

Kay mengikat tali sneakers putihnya. Hari minggu ini ia telah berjanji pada Lyla dan Sasha untuk berkumpul di rumah Sasha.

Ia membuka ponselnya lalu membuka chat dari kontak seseorang yang telah ia sematkan di aplikasi WhatsApp nya selama 3 tahun belakangan ini. Siapa lagi kalau bukan...

Arshaka Delvan❤️

Pagi Shaka|
Udah sarapan?|
Cepetan sarapan!|
Semangat ya untuk hari ini|

Kay mengetik semua pesan tersebut dengan senyum yang merekah di bibirnya. Walaupun ia tahu bahwa Shaka tidak akan membalas pesan tidak penting yang itu, tapi Kay tetap tak menyerah.

Setelah semua pesannya terkirim, Kay langsung bergegas menuju mobilnya dan berangkat ke rumah Sasha.

***

"SASHA!" pekik dua orang gadis yang tak lain dan tak bukan adalah Kay dan Lyla.

Hari ini Kay dan Lyla telah sepakat untuk pergi ke rumah Sasha yang ada di Jakarta setelah mereka mendapat pesan dari Sasha kalau dirinya sudah ada di Jakarta.

"Kay, Lyla! Gue kangen banget sama kalian!" mereka bertiga berpelukan melepas rindu.

"Masuk, yuk!" ajak Sasha agar Kay dan Lyla masuk.

Dulu sewaktu masih SMP mereka bertiga sering sekali berkumpul di rumah Sasha. Rumah elegant bernuansa cream dengan dua lantai itu, seperti sudah menjadi tempat tongkrongan untuk mereka bertiga. Namun setelah Sasha pindah, Kay dan Lyla tidak pernah lagi mengunjungi rumah ini.

"Duh, gue kangen banget sama kamar ini!" ucap Kay menjatuhkan tubuhnya diatas kasur yang berada di kamar itu.

"Gue juga! Udah lama banget kita nggak ke sini,"

"Oh, jadi cuma kangen sama kamar gue nih?" sindir Sasha.

"Eh enggak Sha, kita juga kangen banget sama yang punya kamar ini," ucap Lyla dramatis dan disusul tawa ketiganya.

"Tante Irene sama Om Fredy kemana, Sha?" tanya Kay. Irene dan Fredy adalah orang tua Sasha.

"Biasalah. Kencan." jawab Sasha terkekeh dan hanya dibalas anggukan oleh kedua sahabatnya itu.

"Eh iya gue punya oleh-oleh buat kalian," Sasha berdiri untuk mengambil lapis kukus khas Surabaya yang di bawanya untuk Kay dan Lyla.

Mereka menyantap lapis itu sambil mengobrol santai. Entah itu gosip, tentang cowok, masa-masa SMP, hingga hari-hari yang tidak mereka lewati bersama.

"Jadi gimana nih kemajuan lo sama Shaka?" tanya Sasha pada Kay.

"Ya gitu deh,"

"Gitu gimana?"

"Bukannya kemajuan tapi malah kemunduran tuh. Gak ada capeknya ngejar Shaka." adu Lyla pada Sasha.

"Udahlah, Kay. Move on aja dari Shaka. Aneh lo. Cowok yang suka sama lo itu banyak banget, Kay. Tapi lo malah pilih yang nggak suka sama lo." ujar Sasha. "Atau mau gue cariin cowok di Surabaya?" tanyanya bercanda.

"Ya kalo gue bisa, udah dari dulu kali gue move on. Tapi masalahnya, gue nggak bisa."

Sejujurnya Kay juga sudah lelah mendengar nasihat-nasihat kedua sahabatnya itu. Jika disuruh memilih, Kay sendiri pun tak ingin menyukai Shaka sampai sejauh ini. Andai saja bisa, Kay akan lebih memilih untuk menyukai seseorang yang lebih tampan, lebih kaya, lebih, lebih, lebih baik dari manusia kutub itu dan tentunya yang mempunyai perasaan yang sama dengan Kay. Namun ini semua masalah hati. Kita sendiri pun tak bisa mengendalikan hati.

DETIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang