DETIK-18

203 29 2
                                    

PENCET BINTANG DULU BIAR GA BOLONG, HEHE..

DAH YUK,

HAPPY READING!!

***

"Kay, gue nggak ikut ke kantin, ya?" ujar Lyla pada Kay saat jam istirahat berbunyi.

"Kenapa?" Kay sedikit curiga pada Lyla karena sedari tadi pagi, gadis itu mengenakan sweater di kelas. Saat ia tanya, Lyla hanya menjawab karena kedinginan saja. Ya memang sih, udara hari ini terasa cukup dingin. Tapi tidak menggunakan jaket pun menurutnya, Lyla tidak akan kedinginan.

Lyla belum menjawab. Gadis itu mengedarkan pandangannya pada anak-anak kelas yang belum keluar. Dan saat mereka semua sudah keluar kelas, Lyla menatap Kay dengan tatapan yang sulit diartikan. Lalu pandangannya turun pada tangan kirinya. Ia menyingkap lengan sweaternya ke atas.

Kay mengikuti pandangannya. Dan betapa terkejutnya dia ketika melihat lebam memanjang tercetak jelas di lengan bawah gadis itu.

"Lyla, ini kenapa?" tanya Kay khawatir.

Lyla terisak. Dan itu terdengar pedih dipendengaran Kay.

"Papa pukul gue." ucapnya di sela-sela isakannya.

Kay terkejut. Ia membawa Lyla untuk duduk. Lalu mengusap-usap pundak Lyla agar lebih tenang. "Tenang, La."

"Kay, tolong lo ke kantin, ya."

Kay menggeleng. "Gue temenin lo." Ia tak tega melihat sahabatnya seperti ini. Matanya turut berkaca-kaca.

"Kay, tolong! Cegah Gilang buat ketemu sama gue dulu."

Lyla memang tidak pernah memberitahu tentang masalah keluarganya pada Gilang. Yang tahu masalah ini hanya Kay dan Sasha.

"Lyla, gue nggak mungkin ninggalin lo dalam kondisi kayak gini."

"Gue baik-baik aja, Kay. Tolong, jangan sampe Gilang curiga." gadis itu mengusap air matanya.

"Kalo Gilang tanya, bilang gue lagi ada urusan sama guru." pesannya.

"La-"

"Please, Kay."

Dengan berat hati, Kay mengusap air matanya lalu meninggalkan Lyla di kelas sendiri. Mungkin gadis itu butuh waktu sendiri.

Saat tiba di kantin, Kay langsung menghampiri Gilang, Rega, dan-

"Shaka mana?" tanya Kay karena di sana hanya ada Gilang dan Rega.

"Sakit." jawab Rega. "Nggak masuk, tuh. Padahal tadi ada ulangan Fisika lagi. Asem banget! Nggak ada contekan, deh," gerutunya. Lelaki itu sibuk dengan game di ponselnya.

Kay menginjak kaki cowok itu hingga membuat sang empu meringis kesakitan. "Temen sakit malah masih mikirin contekan! Nggak ada akhlak emang!" sarkasnya.

"Pacar gue nggak ikut?" tanya Gilang pada Kay.

Agak sungkan untuk berbohong, tapi mau bagaimana lagi? "Ada urusan sama guru,"

"Belum makan, dong?"

"Bawa bekal dia," bohongnya lagi. Kenapa keadaan selalu membuatnya berbohong, sih?

"Yah, padahal gue kangen."

"Alay, lo!"

"Ngaca!"

"Shaka sakit apa?" tanya Kay mengalihkan pembicaraan.

"Kecapean palingan." jawab Gilang sembari memakan batagornya. Lalu menyalakan ponselnya untuk menghubungi Lyla.

"Gue pengen jenguk, deh. Minta alamat rumahnya, dong."

DETIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang