DETIK-11

212 27 0
                                    

HAPPY READING!!

Bintangnya jangan sampai bolong, yaa...

***

"Kantin, kuy! Udah nggak sabar gue ketemu abang pacar," ajak Lyla pada Kay setelah membereskan buku-bukunya di meja namun tak ada respons. Bel akan berbunyi tiga menit lagi. Tadi gurunya lagi dapat hidayah. Jadi keluar sebelum bel berbunyi.

Lyla menoleh dan melihat Kay yang sedang melamun. Bahkan saat pelajaran berlangsung tadi, Lyla diam-diam memperhatikan Kay. Dan yang ia dapati adalah Kay yang bertopang dagu, tangan kanan mencoret-coret abstrak buku di lembar terakhir dengan tatapan kosong. Sesekali ia merasakan Kay menghela nafas berat.

Lyla menyenggol lengan Kay hingga membuat Kay langsung menegakkan badannya terkejut. Respon yang benar-benar berlebihan di mata Lyla karena Lyla hanya menyenggolnya pelan. "Apa sih, La? Ngagetin deh."

"Padahal gue cuma nyenggol dikit. Lo masih sakit?"

Kay menggeleng sambil tersenyum, "Gue udah sembuh, Lyla sayang," ia melihat sekeliling kelas yang sudah hampir kosong. Guru yang mengajarpun sudah menghilang entah kemana. "Pada kemana? Emang udah istirahat?"

"Lo daritadi ngelamunin apa, sih, Kay?"

Kay terdiam sejenak. "Enggak. Gue cuman kurang tidur aja tadi malem jadi kurang fokus."

Lyla hanya mengangguk walaupun sedikit curiga. "Ya udah ayo ke kantin."

"Nggak dulu, deh. Gue nggak laper. Gue mau ke toilet aja." tolak Kay dan mengundang tatapan aneh dari Lyla.

"Emang nggak mau ketemu Shaka?"

Benar. Shaka. Nama 'Shaka' seolah tertutupi oleh nama 'Leukimia' di pikirannya. Namun Kay sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun saat ini.

Kay menggeleng, "Gue mau ke toilet,"

"Mau gue temenin? Terus kita ke kantin bareng."

"Nggak usah. Gue lagi males ke kantin."

"Beneran?"

Kay hanya mengangguk meyakinkan.

"Ya udah, kalo lo butuh apa-apa, lo telpon gue aja."

Kay hanya mengangguk sebagai tanggapan dan setelah Lyla keluar kelas, barulah Kay melunturkan senyumannya.

Kay berjalan keluar kelas untuk pergi ke toilet. Membasuh wajahnya agar tidak terlihat pucat dan lelah. Setelah selesai, Kay segera keluar dari toilet itu.

Kay memutuskan untuk duduk sebentar di gazebo di taman yang menghadap ke lapangan. Hanya dibatasi jaring-jaring besi yang dipasang antara taman dan lapangan. Jadi Kay dapat melihat beberapa siswa berbaju olahraga khas sekolahnya sedang bermain basket di lapangan itu.

Beberapa menit duduk di sana hanya berdiam diri sambil melamun, sampai Kay merasakan benda dingin menyentuh punggung tangannya. Kay refleks menjauhkan tangannya dari benda itu, mengangkat pandang ke arah tangannya sebelum tatapannya jatuh pada orang yang telah menempelkan benda dingin itu ke tangannya. Orang itu memakai seragam olahraga yang sama seperti beberapa siswa di lapangan yang Kay lihat. Terlihat juga keringat membasahi keningnya. "Arya?"

Orang yang dipanggil Arya itu terkekeh geli lalu duduk di samping Kay, menyodorkan sekotak susu rasa strawberry yang tadi ia tempelkan pada tangan Kay. "Buat lo."

Arya Damanta. Anak kelas 11 IPS 1. Dengar kabar dari Lyla, cowok tampan berkulit kuning langsat itu katanya menyukai Kay. Ah, jika saja hati Kay tidak dipenuhi oleh makhluk bernama Shaka itu pasti ia sudah menerima Arya dari dulu.

DETIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang