SL - 37 #Ngidam

3.9K 159 1
                                    

Haloo!

Milly kembali lagi🤗

Maaf yaa, Milly telat publish-nya.
Si kak bel lagi luka ini jari jempolnya, jadi agak lambat ngetiknya.

Yuk langsung aja, jangan lupa bintang pojok kiri bawah🤗

Yuk langsung aja, jangan lupa bintang pojok kiri bawah🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◦•●◉✿ мιℓℓу ✿◉●•◦

Aku terbangun saat perutku mengeluarkan suara aneh, tapi tentu bukan berasal dari bayiku. Ini adalah kebiasaan ku beberapa bulan terakhir.

Saat ini usia kandunganku memasuki trisemester kedua, atau lebih tepatnya dua puluh minggu. Di fase ini aku sudah mulai merasakan pergerakannya, kadang dia juga menendang --ya walaupun terkadang tidak terlalu kuat

Hasil USG nya juga tidak kalah melegakan, pertumbuhannya baik, ukurannya pun normal. Plasenta juga dalam keadaan yang baik, tidak turun ataupun rusak. Dan kalau tidak ada yang mengganggu, aku akan melahirkan secara normal.

Jenis kelamin? Kami tidak mengizinkan dokter membocorkannya. Kami akan mengetahuinya nanti saat dia lahir, dan ternyata itu juga disetujui oleh bayi dalam kandunganku. Dia menutupinya agar tidak ketahuan.

"Anak mama mau makan apa malam ini?" Aku mulai mengajak calon bayi yang ada di dalam kandunganku berbicara. Aku senang, karena sekarang bayiku ini bisa merespon obrolan dengan gerakannya.

Ku elus perutku memutar, aku sudah tidak sabar menanti dia hadir di dunia ini.

Sebuah tangan besar ikut mengelus perutku yang sudah mulai membuncit, tangan kokohnya mengelus dengan lembut.

"Anak papa mau apa?" Suaranya serak khas bangun tidur, tapi tidak cukup menutupi pesonanya.

Kak Ando seperti sudah hafal dengan kebiasaan istri dan calon anaknya, tapi memang harus aku akui kalau kak Ando sedikit banyak berubah setelah aku mengandung.

Dia jadi lebih lembut dan perhatian, dia bahkan tidak segan menunjukan perhatiannya di depan umum. Mengundang tatapan orang dan tentunya julitan dari kedua kakakku.

Dia juga tidak pernah absen menemaniku ke dokter untuk melihat pertumbuhan bayi kami. Menggenggam tanganku dan menyemangatiku. Bahkan ngidaku pun terpenuhi, dia selalu mengabulkannya dengan cepat.

Kak Ando juga jadi lebih manja, mengundang decakan kesal dari dua pria yang merasa tersaingi.

Pernah satu ketika kak Ando dengan tidak tahu malunya memangku aku dalam duduknya, kalau berdua sih nggak masalah. Lah ini di ruang keluarga di rumah mama saat semua keluarga sedang berkumpul. Mana ayah, bunda dan saudaranya kak Ando juga ada. Kan malunya berkali lipat.

Tapi dasarnya kak Ando yang urat malunya sudah putus, dia sama sekali tidak memperdulikannya. Malahan semakin memelukku erat dari belakang dan sesekali mencium pipiku.

𝐌𝐢𝐥𝐥𝐲 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang