Kalau boleh jujur, Minju tentu saja kaget dengan pengakuan tidak langsung dari dua adik kelasnya yang sudah ia kenal dari mulai mereka masuk SMA. Jadi ini alasan kenapa waktu itu Wonyoung mati-matian untuk bisa gak clash dan dapat jobdesk yang bersamaan dengan Yujin, lalu Yujin yang secara terang-terangan nolak ambil foto Wonyoung padahal dia adalah panitia dokumentasi.
"Kak....." Yujin memanggilnya dengan suara yang lirih.
Minju rasanya ingin tertawa tapi kata Yuri dia harus tegas sama Yujin dan Wonyoung, dia juga gak ngerti sih kenapa. Tapi dia nurut-nurut aja dan mereka berdua kini duduk di bangku taman lagi, bedanya ada Wonyoung dan Yujin di depan mereka dengan wajah panik dan ketakutan.
"Kak, ngomong sesuatu dong. Apa kita harus keluar OSIS gara-gara ini?" Sahut Wonyoung.
"Kita.... Kita rela deh keluar OSIS." Yujin menyambung.
Enak aja pikir Minju.
"Duh kalian berdua tuh, kalo kalian keluar OSIS dikira gampang cari penggantinya? Yang bener-bener tau dan ngerti jobdesk itu?" Ucapnya dengan cepat, untuk berpikir atau membayangkan Wonyoung dan Yujin benar-benar angkat kaki dari Organisasi.
Sukses membuat Minju merasakan pusing di kepalanya. Bagaimana pun juga, dua adik kelasnya ini punya peran penting di Organisasi dan Minju tahu kok mereka berdua juga gak pernah main-main kalau sudah menyangkut tentang tugas OSIS.
Wonyoung dan Yujin bukan tipe-tipe anak yang ikutan OSIS untuk numpang tenar doang.
"Lagian, Kakak gak masalah kok tentang apapun yang ada diantara kalian. Lagipula Kakak sama Yuri jug-" Lanjut Minju dengan tenang sebelum Yuri tiba-tiba memotong kalimatnya.
"Ssst! Mending kalian berdua pulang, udah malem. Kalian bawa kendaraan?" Ujar Yuri menggunakan nada yang lebih keras dibandingkan oleh Minju, membuat Minju sedikit kaget.
"Yujin bawa motor, Kak." Wonyoung menjawab, wajahnya sekarang tidak lagi panik seperti tadi dan Yuri mengangguk pelan.
"Yaudah hati-hati ya dijalan." Yuri melambaikan tangannya dan menunggu hingga dua gadis itu meninggalkan ia dan Minju.
Yuri menolehkan kepalanya untuk menatap Minju, kemudian menggeleng sembari menghembuskan nafas dengan kasar.
"Lo hampir keceplosan." Cibirnya dan Minju mengangguk pelan, tidak membantah apa yang sudah dikatakan oleh Yuri.
"Yuk pulang juga? Udah malem, nanti tambah dingin."
***
Stress, adalah satu kata yang cukup mendeskripsikan hari Senin yang dihadapi oleh Minju. Setelah ia mendapat sedikit teguran dari Pak Prapto, guru Matematika yang terkenal pelit dengan nilai. Hanya karena nilai ulangan Minju turun dari Semester 1 dan guru itu menceramahinya selama berjam-jam di ruang guru.
Menurut Minju itu berlebihan, ia tahu saat ini yang menyandang nilai terbaik di Sekolah ini adalah dirinya. Tapi komplain hanya karena nilai yang turun dari semester lalu, benar-benar membuat kepala Minju ingin meledak.
Ketika jam istirahat berlangsung dan Minju dengan terburu mencari Pak Wardiman untuk membukakan pintu kantin bekas. Hanya berakhir dengan penolakan dari Pak Wardiman, katanya amanat Kepala Sekolah. Jadi lah suasana hati Minju semakin kacau, ia ingin sekali pergi keluar Sekolah hanya untuk sekedar menghisap satu batang rokok.
Di tambah pulang Sekolah nanti, masih ada rapat OSIS untuk menjadi panitia dokumentasi acara Pidato Walikota di Sekolah mereka.
Ia juga sudah menghubungi Yuri hanya untuk sekedar mengobrol atau menemuinya, karena rasanya Minju ingin merengek jika ia lelah dan baru saja kena omel Pak Prapto.
KAMU SEDANG MEMBACA
DINAMIKA | MINYUL
Teen FictionJo Yuri - "Gue pengen narik lo keluar dari lubang masalah ini." Kim Minju - "Gue pengen kita berdua bahagia." Sepenggal cerita dari hubungan yang terbentuk di antara dua remaja dengan rahasia dan kisah kelam mereka. Tertutup rapih di balik topeng...