Sacrifice ⚠️

614 66 10
                                    

[TW : Manipulative, homophobic, implied and mentions of Sexual assault.

* Jadilah pembaca yang bijak, jika merasa uncomfortable dengan Trigger Warning di atas. Kalian bisa skip chapter ini :) ]







Entah sejak kapan suasana Sekolah menjadi tempat yang cukup mencekam setidaknya bagi Minju, dimulai sejak ia menyelesaikan hukuman skors yang diberikan dan kembali ke Sekolah.

Bagaimana tidak?

Setelah kejadian dengan Kevin, banyak murid yang menatapnya berbeda, bukan lagi menatap Minju seperti Kim Minju yang mereka elu-elukan sebelumnya.

Ia lebih sering mendengar cemooh dan ejekan yang menurutnya di luar batas, bahkan ia sudah berhari-hari tidak menghadiri Rapat OSIS.

Membiarkan Wakil Ketua OSIS mengambil alih tugasnya, pilihan itu sudah bulat ia pikirkan dan Minju benar-benar sudah siap untuk mengundurkan diri dari Organisasi.

Di awal Minju masih bisa membela dirinya sendiri, dengan cara mengelak atau sekedar menghiraukan cemooh itu. Namun lama kelamaan, nampaknya hal itu berpengaruh juga untuk Minju.

Kini ia lebih sering berdiam diri saat beberapa murid mulai mengejeknya, Minju memilih untuk menyendiri. Dia akan pergi ke depan kantin bekas, berharap jika ia bertemu dengan Pak Wardiman, ia bisa memelas untuk dibukakan pintu itu.

Minju menyendiri artinya ia juga menjauh dari Yuri bahkan Wonyoung, dia memilih menutup diri daripada jika ia berinteraksi dengan mereka secara intens. Rumor lain akan muncul dan menyeret mereka, bukan keinginan Minju tentunya, lagipula ia juga sudah berjanji untuk tidak membuat Yuri terbebani.

"Non, mau masuk?"

Minju menolehkan kepala melihat Pak Wardiman, orang yang tengah dipikirkan olehnya, muncul dengan senyum tipis dan membawa sapu juga pengki. Aksesoris ciri khas yang selalu ada tiap kali Pak Wardiman muncul, kayaknya kalo Pak Wardiman muncul tanpa sapu dan pengki. Ada sesuatu yang hilang.

"Ya kalau boleh, Pak. Saya gak ngapa-ngapain kok." Minju menghela nafasnya dan tersenyum.

Pak Wardiman juga ikut tersenyum, kali ini lebih lebar dari senyum yang sebelumnya. Minju melihat pria paruh baya itu menaruh sapu dan juga pengki, disandarkan ke dinding dan ia menarik bangku kayu untuk duduk di hadapan Minju.

"Ada yang saya mau omongin sama non." Ujarnya dengan suara yang lembut dan raut wajahnya berubah.

Mendengar itu Minju mengernyitkan alisnya kemudian merespon kalimat itu dengan santai.

"Ada apa, Pak?"

"Bapak gak pernah bilang apa-apa sama Pak Kepsek, takutnya non ada salah paham sama saya. Waktu itu saya yo kaget ngeliat Bapake udah marah-marah sama temennya non itu." Jelas Pak Wardiman.

Dari kalimat singkat itu Minju bisa menangkap apa yang dimaksud oleh Pak Wardiman.

"Enggak kok, Pak. Saya bahkan sama sekali gak curiga sama Bapak, lagian udah lama juga kejadiannya Pak." Jawab Minju dengan jujur.

Memang dia gak punya rasa curiga meskipun kejadian waktu itu sedikit janggal bahkan Wonyoung pernah menyinggungnya beberapa waktu lalu. Namun ia masih berpikir positif dan mungkin memang hari itu adalah hari sial bagi Minju lalu Yuri yang menyelamatkannya.

"Bapak cuman ngeliat aden Kevin pagi-pagi waktu hari kejadian, sama pas non sore ada di sini, aden Kevin juga ada."

Pernyataan dari Pak Wardiman membuat Minju tertegun dan mengedipkan matanya beberapa kali, seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar.

DINAMIKA | MINYUL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang