6. Pincang

1.9K 25 0
                                    



" Mau ke supermarket dulu atau langsung pulang? Mumpung kita lagi diluar! " tanya Enzy saat mereka berada diperjalanan pulang setelah puas makan di salah satu caffe ternama yang ada didaerah sana.

" Pulang 'aja, gue capek! " tungkas Disha tidak bisa membayangkan jika nantinya dia kesulitan untuk berjalan saat berada di supermarket.

Untuk jalan memasuki caffe tadi saja ia sudah menahan sakit yang lumayan hebat. Kenapa Enzy tidak menyadarinya? Argh dipikir-pikir lebih baik juga jika lelaki tersebut tidak mengetahuinya. Apalagi mengetahui si dalang dari semua perkara yang menimpanya.

Sesampainya dirumah, Disha meminta Enzy terlebih dahulu memasuki rumah. Ia baru memasuki rumah tersebut saat Enzy sudah memasuki kamarnya.

Bagaimana ia tahu jika lelaki tersebut sudah memasuki kamarnya? Sebelum masuk kerumah Disha menyuruh Enzi memberi tahunya jika lelaki tersebut sudah memasuki kamarnya.

Dan beruntungnya lagi lelaki tersebut tidak banyak bertanya dan melakukan permintaan Disha tersebut. Benar-benar polos bukan?

Sedari tadi setelah pulang dari caffe, Disha mengurung dirinya didalam kamar. Bosan dan bingung mau berbuat apa.

Karena menumpang, ia tidak bisa bersikap leluasa walaupun Enzy menyuruhnya menganggap seperti berada dirumah sendiri. Bagaimanapun juga, penumpang harus tetap sopan kepada pemilik.

Karena sering mengurung diri didalam kamar, Disha melakukan aktivitas seperti biasa yaitu menonton film komedi. Ia sangat suka dengan film komedi yang bisa membuatnya tertawa terbahak-bahak walaupun berbeda dengan suasana hatinya.

Baginya, tidak hanya teman ataupun orang lain yang bisa membuatnya tertawa. Buktinya hanya dengan menonton film komedi bisa membuatnya tertawa terbahak-bahak tanpa adanya orang yang mengkritiknya.

" Sha, makanan 'dah siap! " teriak Enzy yang berada dilantai bawah.

Tetap dengan langkah pelan dan pincang, Disha menghentikan aktivitasnya melangkah keluar kamar. Dilihatnya dari atas Enzy sedang bolak-balik ke dapur mengambil masakan menaruhnya dimeja makan.

Tak terasa sudut bibirnya terangkat keatas melihat lelaki dibawah sana yang berkutat dengan alat dapur.

Dengan sangat berhati-hati, ia melangkahkan kaki menghampiri Enzy yang masih sibuk menyiapkan makan malam mereka. Tak henti-hentinya ia mengulum senyum memandangi Enzy dengan lamat.

" Banyak banget? " tanyanya melihat seluruh masakan yang sudah dibuatkan oleh Enzy.

" Gue nggak tau lo suka apa, jadi gue masak banyak! " balas Enzy dengan cengiran khasnya.

" Katanya 'apa sih yang nggak gue tau tentang, lo? ' dasar babs! " ejek Disha sebelum memakan seluruh masakan yang dihidangkan oleh Enzy.

Beruntungnya dari semua makanan yang dimasak oleh Enzy, tidak ada satu pun yang tidak Disha sukai. Alhasil seluruh makanan habis bersih ludes dimakan Disha juga Enzy.

" Gue 'aja yang nyuci! Lo kan 'dah masak tadi, " ucap Disha mengumpulkan piring kotor bekas makanannya tadi.

Ia sangat tidak enak jika harus diperlakukan seperti anak sutan yang serba ada. Ia juga ingin membuktikan kalau ia sendiri tidak hanya bermalas-malasan untuk hidup.

" gue 'aja sekalian. Lo, nonton Tv sana! Nanti gue nyusul kok, " tungkas Enzy merebut piring kotor yang sudah berada ditangan Disha.

Disha yang tak mau kalah dengan Enzy berusaha merebutnya, namun dengan sigap lelaki tersebut menjauhkan piring kotornya dari jangkauannya sehingga ia tidak bisa mengambil kembali piring kotor tersebut.

EksibisionismeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang