[ Dimana? ] ucap Disha bertelefon dengan seseorang saat berada didalam taksi.[ .... ]
[ Gue kesana. ]
Disha menyuruh sopir taksi tersebut menyepatkan kecepatan mobil yang di kendarainya. Berkali-kali panggilan masuk dari Enzy yang tidak direspon sama sekali olehnya. Seolah tidak tahu apa-apa ataupun tidak mendengar apa-apa , ia memasukkan kembali handphonenya ke tas yang dibawanya.
°°°°
Bangunan tinggi nan banyak ruangan dilewati beberapa orang yang berpakaian putih jernih bak hati yang suci. Sesampainya di rumah sakit , Disha bergegas menuju ruangan temannya yang berprofesi sebagai salah satu dokter disana.
" Ra , gue mau konsultan! " ucap Disha memasuki ruangan kecil bernuansa putih dengan bau ciri khas yaitu obat-obatan. Walaupun bukan apotik yang didatanginya , namun tetap saja bau obat tersebar mencemari udara disekitar rumah sakit tersebut.
" Kenapa? Lo sakit? " tanya dokter yang ber - name tag Dr. Aira Catriln Sp. KK .
" Teman gue , dia alergi udang . Tangannya bengkak kemerahan kayak blush on gitu. Gue minta resep dong buat dia ! " jelas Disha.
" Alergi udang saja atau semua makanan laut? " tanya dokter Aira yang juga teman Disha. Jadi, wajar saja jika mereka berbicara menggunakan bahasa santai.
Disha menepuk jidatnya sendiri. "' Duh kalau itu gue nggak tau! Emang bisa ya kalau alergi udang saja? "
Sambil tertawa renyah, dokter Aira berkata. " Bisa dong, Sha! Seperti gue yang cuma alergi cumi, makanan laut lainnya nggak papa juga gue makan. Alergi udang itu bisa menyerang tergantung kekebalan tubuhnya. Kalau kekebalan tubuhnya nggak stabil, pelepasan bahan kimia histamin akan menyerang tropomiosinnya. Jadilah gatal, memar, ataupun bengkak seperti yang teman lo alami, "
Disha yang tidak faham dengan penjelasan temannya, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. " Tropomiosin? "
Dokter Aira menghembuskan nafas panjang membuat cengiran Disha keluar dengan sendirinya. " Tropomiosin adalah respon sistem kekebalan tubuh terhadap protein makanan laut, "
Seketika mulut Disha membeo sambil mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda sudah faham tentang penjelasan dokter Aira tentang alergi. Entah sudah faham ataupun belum Disha sendiri masih bingung tentang fikirannya yang berkeliaran dimana-mana.
Menenteng sekantong kresek hitam berisikan beberapa obat-obatan yang baru dibelinya di apotek dekat rumah sakit tadi. Kembali menaiki taksi yang yang di pesannya lewat online.
Lagi-lagi nada dering di handphonenya berbunyi pertanda ada yang menelfon. Menggeser tombol hijau untuk bisa berbicara lewat handphone, dilakukan Disha karena Enzy lagi-lagi menelfonnya.
[ Otw pulang, lo tunggu gue dirumah 'aja! ] ucap Disha kembali menyimpan handphonenya di tas.
Melihat kendaraan yang berlalu lintas kesana kemari, melihat betapa sibuknya orang lain terhadap dunia. Ada yang menaiki motor, ada yang menaiki mobil, bahkan ada juga yang masih berjalan kaki. Mereka semua rela berjuang untuk mempertahankan hidup.
Lagi-lagi Disha merasakan gatal di payudaranya. Tanpa menoleh ke sopir yang juga berada di mobil tersebut, ia kembali mengeluarkan payudaranya dan menggaruknya tanpa adanya rasa malu. Dilihatnya mobil yang ia tumpangi menepi dipinggir jalan yang dekat dengan rumahnya.
Disha memasukkan kembali payudaranya yang dirasa sudah tidak gatal. Karena tidak ada Enzy yang menghalanginya, terpaksa ia harus melakukan tindakan tak senonoh itu. " Kenapa berhenti, pak? Rumah saya tinggal 'dikit lagi, "
KAMU SEDANG MEMBACA
Eksibisionisme
Random•Cerita ini semi dewasa, harap bijak dalam membaca ya:))) " ANJING! BANGSAT! BAJINGAN LO BANGKE!" Disha yang mempunyai kesepakatan rela harus tinggal bersama lelaki yang tidak dikenalinya demi penyakit yang di deritanya. Penyakit yang membuatnya di...