19. Kejar-kejaran

501 7 0
                                    


" Terlambat 10 menit. Kamu tahu, 10 menit tanpa kamu itu bagaikan 10 tahun, sayang!" kesal Arcell dengan mulut cemberut bak anak kecil.

" Alay. Cuma 10 menit doang, nggak usah lebay. "

Arcell menatap Disha dengan tatapan intens. Lelaki itu meneliti setiap inci pada wajah Disha yang membuat cewek di hadapannya itu marah.

Disha berdecak. "Apa yang kamu lihat? "

Arcell tetap pada kegiatannya, tidak menjawab pertanyaan Disha barusan.

Disha geram menghentakkan kakinya di lantai. "Sayang, kamu liatin apa sih?! "

"Kiss me! " pinta Arcell yang membuat Disha antusias menjitak kepalanya.

Arcell mengerucutkan bibirnya, mengelus-elus kepalanya yang terkena jitakan sayang dari Disha tadi. "Atit, " cicitnya.

Cup!

Disha mengecup bibir monyong itu sekilas tanpa melumatnya.Sontak Arcell membelalakkan matanya kaget bukan main. First kiss untuknya tepat di bibir,pasalnya biasanya Disha mengecupnya hanya di kening atau pipi,namun kali ini berbeda.

"Udah nggak sakit? " tanya Disha melipat kedua tangannya di dada.

"Yang sakit kepala, yang di cium bibir. Bisa ae calon isitriku ini. " Arcell mencubit pipi Disha gemas.

Satu kalimat untuk hari ini, " Arcell makin sayang kepada Disha!"

" Mancing ya?" goda Arcell mendekatkan bibirnya dengan bibir Disha.

Disha memundurkan langkahnya selangkah demi selangkah. Arcell tak mau kalah terus melangkah mendekati wanita yang sedang menjauhinya itu.

Dugh!

Sampai pada akhirnya tubuh Disha terbentur kaca yang membuatnya tak bisa kemana - mana.Kedua tangan Arcell langsung mengunci tubuh mungil Disha yang tak bisa berkutik itu.Senyuman smirk muncul begitu saja.

Disha menggeleng-gelengkan kepalanya saat wajah Arcell semakin dekat dengan wajahnya. Kini jarak mereka hanya 1 cm yang membuat hembusan nafas Arcell menerpa wajah Disha tanpa aling-aling .

Arcell semakin menepis jarak tersebut dengan memonyongkan bibirnya yang langsung bersentuhan dengan bibir ranum Disha.Disha sengaja memencet hidung Arcell agar lelaki itu tidak bisa bernafas,sontak Arcell menjauh darinya.

Huftt

Ia telah berhasil keluar dari perangkap kuda yang haus akan mangsanya itu.

" Ini itu di kantor bukan di rumah! " tutur Disha mengusap bibirnya dengan kasar.

" Ooo berarti kalau di rumah boleh? " tanya Arcell bermaksud menggoda.

" Mesum! " hardik Disha melipat kedua tangannya di dada.



°°°°


Arcell senantiasa menggandeng tangan mungil Disha saat mereka jalan berdua.Saat ini mereka sedang menyusuri sebuah mall.

Disha hendak membelikan sesuatu untuk Aira karena ia akan berjumpa dengan sahabat sekaligus kakaknya yang sudah lama tidak bertemu. Setelah menikah,Aira jarang ada waktu bersama Disha,begitupun juga Disha yang sibuk dengan Arcell si kuda putih itu.

Walaupun mereka saling sibuk,namun mereka membuat perjanjian untuk bertemu setidak-tidaknya 3 bulan sekali. Sangat erat bukan hubungan mereka?

" Ayang, capek, gendong! " pinta Disha menjahili Arcell.

" Tubuh besar kek gini minta gendong? " canda Arcell langsung duduk di depan Disha.

" Lebih besaran mana sama dia? " tanyanya menunjuk ibu-ibu yang badannya lebih berisi darinya.

" Heh, dasar! Nggak boleh gitu sayang! Apapun pemberian tuhan itu kita syukuri! " tutur Arcell tetap pada tempatnya saat ini.

" Jadi gendong nggak, katanya capek? " lanjutnya.

" Canda gendong! " jawab Disha berlari meninggalkan Arcell yang masih setia duduk di tempatnya tadi.

" Kucing belang! " umpat Arcell mengejar Disha yang tengah berlarian di sekitar orang banyak pengunjung mall itu.

Disha mempercepat langkahnya agar Arcell tidak bisa menangkapnya. Bak anak kecil yang bermain kejar-kejaran,Disha sangat asik berlarian kesana-kemari menghindari Arcell. Arcell yang tak mau kalah terus mengejar Disha tanpa ada kata menyerah.

Tbc...









EksibisionismeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang