21. Baju apa

1.4K 11 0
                                    

Pagi hari Disha keluar dari kamar mandi dengan kondisi pincang. Arcell yang melihat itu langsung menghampirinya membantu Disha untuk berjalan.

" Emang sepagi ini mau ketemu Aira nya? " tanya Arcell.

" Enggak sih sebenernya, kan aku harus prepare dulu biar perfect! "

" Hallah, kamu makai apapun juga tetap perfect. Jangan perfect perfect, ntar laki lain tertarik! " pinta Arcell mengeringkan rambut Disha yang basah habis mandi.

" Ya bagus dong, buat simpanan! " canda Disha langsung mendapat jitakan dari Arcell.

" Awh, sakit sayang ya ampun! " rintih nya.

" Lagian kenapa sih aku harus punya simpanan kalau ada kamu? Nggak guna tau nggak! " lanjutnya.

" Ohh terus kalau nggak ada aku mau cari simpanan, gitu? "

" Ya iya lah, kalau nggak ada kamu ya cari yang lain dong, sayang!!! " gemas Disha mencubit perut Arcell.



Meskipun hanya memakai handuk mandi, Disha tetaplah cantik dimata Arcell. Wanita itu sangat sempurna untuk dijadikannya istri. Menurutnya, ia adalah lelaki paling beruntung bisa mendapatkan Disha. Bukan mendapatkan, tetapi bersama karena Disha bukan benda yang bisa di dapatkan.

" Nanti aku antar aja ya sayang, soalnya ada meeting! " ucap Arcell melihat Disha memilih-milih baju yang bertengger rapi di lemari.

" Nggak kamu antar juga nggak papa kok  sayang, kan ada taksi, "

" Nggak boleh! Harus aku yang nganter! " kekeh Arcell yang hanya dibalas deheman oleh Disha.

" Aku bingung mau makai apa? Review bajunya dong, ganteng! " pintanya memohon kepada Arcell. Tak lupa ia keluarkan puppy eyes andalan nya saat sedang meminta sesuatu.

Padahal tanpa mengeluarkan puppy eyes nya, Arcell sudah pasti menurutinya. Dasar Disha suka menggoda!

" Apapun yang kamu pakai, tetap cantik kok! "

Bukan itu yang ingin Disha dengar dari mulut Arcell. Ia ingin lelaki itu yang memilihkan baju untuknya. Disha berdecak kesal, mengambil beberapa baju kembali memasuki kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Tak lama ia mendekam di kamar mandi,Disha keluar menggunakan kemeja lilac yang tidak di benarkan kancingnya, dengan perpaduan hotpants hitam serta manset putih yang terlihat cocok dengan paduan kemeja tadi.

Namun, dilihat-lihat ia kurang suka dengan penampilan nya yang menurutnya aneh bin khayal itu. Lagi-lagi ia berdecih memasuki kamar mandi yang ke dua kalinya.

Kali ini bukan kemeja, melainkan set baju kotak-kotak yang terlihat feminim namun berkelas. Lagi-lagi ia merasa aneh dengan penampilan nya itu.

" Aku kan bukan piknik, kenapa makai baju ini, Disha?! " kesalnya pada diri sendiri pasalnya sedari tadi yang dipakainya tidak cocok.

Seperti ingin bertemu siapa saja sampai harus memikirkan penampilan. Rutinitas cewek kalau keluar harus menggunakan fashion yang tepat dengan acara nya. Bukan cewek pada umumnya jika keluar main asal memilih fashion.



" Ya ampun kek mau ke kondangan aja aku ini! " racaunya frustasi.

" Sayang, aku bingung ini! Kasih rekomendasi kek, jangan diam mulu! " kesalnya yang melihat Arcell hanya tertawa cekikikan melihatnya bolak-balik ke kamar mandi.

" Cewek siapa sih ini gemesh banget? Kamu itu mau ketemu Aira, perasaan kamu sering deh ke rumah dia dulu, kamu mikirin fashion kamu? Nggak kan, terus kenapa sekarang kamu bingung?! Pakai yang buat kamu nyaman aja! " ujar Arcell mengambil kan sepasang baju agar dikenakan oleh Disha.

" Karena yang kali ini pertemuan nya berbeda! "

" Nanti juga hasilnya sama, topik cewek kan cuma itu itu aja. Nih! "

Arcell memberikan baju kepada Disha yang ia ambilkan tadi lemari. Disha mengerutkan keningnya sebentar sebelum menerimanya. Pasalnya ia tidak merasa punya baju yang dipilihkan Arcell tadi.

" Kamu beli lagi? Baju aku kan sudah banyak sayang! "

" Siapa yang bilang itu beli? Itu punya sekretaris ku, ketinggalan di kantor,  ya udah aku bawa pulang. Lumayan bisa buat kamu, kan?! " jawab Arcell asal.

" Suka ngadi-ngadi kalau ngomong! " kesal Disha kembali memasuki kamar mandi.

" Makasiii, sayang! " teriak Disha menghampiri Arcell dengan kaki pincang langsung memeluknya.

Bukan lagi memeluk namanya, lebih tepatnya Disha melompat menaiki punggung Arcell langsung mengalungkan tangannya pada leher Arcell agar tidak jatuh.

" Sama-sama, cinta, " jawab Arcell tidak marah dengan kelakuan Disha.

" Kiss me! " pinta Arcell niat bercanda. Namun, siapa sangka jika Disha langsung menurutinya tanpa protes sepatah kata.

Cup!

Tentu saja Arcell tersenyum menanggapi nya.

Cup!

Cup!

Cup! Cup! Cup!

Disha terus menciumi pipi kanan Arcell tanpa henti. Bahkan Disha tak kunjung turun dari punggung Arcell.

Arcell yang sedikit risih langsung menurunkan Disha di ranjang. Mencondongkan tubuhnya mendekati Disha. Tentunya Disha menutup kedua matanya mengerti maksud Arcell.

Arcell mengusap lembut pipi Disha, menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya, dan mencium pipinya pelan. Ciuman itu hanya sekejap, lalu beralih menuju hidung Disha yang begitu mancung.

Sesaat Disha merasa bergetar begitu bibir Arcell menempel sempurna dengan bibirnya. Arcell benar-benar mengikis jarak diantara mereka. Disha mengikuti alur Arcell yang dengan lihai menjelajahi bibir ranum nya itu.

Arcell menyudahi aksinya itu kala Disha kehabisan nafasnya. Senyuman mengembang,mereka saling berbalas senyum sebelum semuanya terasa canggung.

 

EksibisionismeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang