Yes, This is Business Man
________________________________Senin kembali.
Sama seperti yang dirasakan anak sekolah atau pekerja kantoran pada umumnya, hari Senin pun mengerikan bagi pekerja medis yang sebenarnya sangat jarang mendapat waktu weekend. Alasannya simple, pergantian jadwal kerja atau shift.
Berutunglah Kim Jisoo yang minggu ini masih dapat giliran masuk pagi, dan malanglah ia minggu depan yang mau tak mau harus masuk shift malam.
Seminggu terakhir, sampai hari ini ia belum pernah bercengkrama akrab lagi dengan sahabatnya Nayeon. Sebenarnya bukan karena masing-masing terlalu sibuk, lebih tepatnya karena Jisoo sendiri yang menghindar.
Sempat beberapa kali Nayeon menghubunginya atau secara tiba-tiba menghampirinya kala bekerja. Namun dengan menyamai kecepatan implus yang mempengaruhi saraf sensorik menghampiri tulang belakang melewati bukannya otak yang mengakibatkan gerak reflex, ia pun selalu punya cara agar lekas menghindar dengan sahabatnya itu.
Tak ada masalah, sekali lagi tak ada masalah antara mereka. Masih sama seperti dulu ketika mereka bisa saling merasakan kesulitan satu sama lain hanya dengan satu kata dan tatapan mata. Dan itu adalah sebab Jisoo takut kelinci rewelnya ini tahu ia tak jadi melanjutkan program spesialis yang susah payah mereka rencanakan. Walau ia sadar suatu saat Nayeon pasti dan harus tahu, tapi setidaknya bukan sekarang. Ia ingin memastikan Nayeon tetap lanjut tanpa memikirkannya.
Pagi itu matahari belum seutuhnya memancarkan cahaya beserta energy panas ke bumi. Jam dinding masih menunjukkan pukul delapan, mendekati pukul sembilan waktu korea selatan. Kim Jisoo bersama seorang teman jaganya sedang melakukan tindakan pertama pada seorang pasien kecelakaan sebelum dokter spesialis yang dibutuhkan hadir disana.
Sangat sengit.
Berbekal pengetahuan yang ada, mereka berdua berusaha keras melakukan tindakan pertama dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kekacauan lebih mendalam pada lima belas menit pertama.
Sebenarnya kejadian seperti ini sangat jarang terjadi di rumah sakit. Namun, pagi ini para dokter spesialis sedang menghadiri rapat dadakan yang entah membahas apa hingga UGD terpaksa hanya dijaga oleh dokter magang dan dokter umum biasa seperti Jisoo dan teman-temannya. Jadilah suasana se-mengerikan ini.
Jisoo menarik nafas lega kala seniornya dokter Yoon hadir dan langsung andil menangani pasien tersebut. Ia dan temannya senantiasa mendampingi senior mereka yang mungkin saja perlu bantuan. Hingga kemudian datanglah pasien lain yang mengharuskan salah satu dari mereka pergi membagi tugas.
Sirine ambulance yang hampitr tiba di pintu depan UGD memekikkan telinga. Beberapa perawat ikut bersamanya membawa tempat tidur dorong menjemput pasien dari dalam mobil berisik yang buat tegang itu.
Pintu ambulance terbuka menampilkan seorang perawat yang ikut menjemput dan keluarga pasien dibelakangnya.
"Soobin?" Jantung Jisoo berhenti bekerja.
Saraf-saraf otaknya tak bisa merespon apapun selain mengintruksi matanya untuk mengeluarkan air. Sikap cekatan yang selama ini melekat dalam dirinya seketika hilang entah kemana. Tubuhnya memaku melihat jelas wajah sang ibu yang pucat pasi tak sadarkan diri.
Soobin yang melihatnya tak melakukan apa-apa pun merasa geram. "Nuna, selamatkan Omma jeball~!" Teriak Soobin frustasi sambil menarik tangannya.
Jisoo langsung menghapus jejak air mata yang sempat menetes, kemudian melangkah cepat menyusul rombongan yang sudah berjarak sekitar lima meter darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[UN] REAL
FanfictionHow to know if something is real or not? There is evidence. -13.06.21-