CHAPTER 6

2.4K 142 0
                                    


Dengan pergerakan lambat, lelaki itu akhirnya sampai tepat di depanku. Aku sempat terkejut dengan keberadaannya yang tiba-tiba ada tepat didepan lututku. Ku pikir dia ingin memesan sesuatu kepada bartender. Aku sama sekali tak menatapnya, lebih tepatnya berpura-pura tidak menyadari kedatangannya. Aku melihat dari ekor mataku, lelaki bertato ini menatapku secara lekat.

Oh ada apa ini?....

"Hmm, memandangiku eh?" Sapaku sambil menoleh kearah lelaki ini dengan nada meremehkan.

Dia hanya berdehem lebut dan terkekeh. Oh, wajahnya tampak lebih sempurna jika dilihat lebih dekat. Aksen Timur tengahnya menambah kadar manis pada lelaki ini. Sudahlah lupakan.

"Pria bisu, permisi." Kataku cepat melangkah pergi meninggalkan lelaki aneh ini, tetapi belum sempat aku melesat jauh tanganku sudah ditahan olehnya.

"Terlalu terburu-buru. Duduklah dulu temani aku." Katanya santai menarik pergelangan tanganku.

"Kau pikir aku jalang? No, I'm exactly not. Fuck off." Balas ku tajam seraya menghempaskan tanganku darinya.

"Oh well, bukan maksudku seperti itu. Kita bisa mengobrol sebentar, aku yakin kau kesepian ya begitu pula denganku. Mari bersantai, mungkin kita bisa jadi teman." Terangnya dengan tatapan tulus.

Menimang-nimang tawarannya. Benar juga yang dikatakan, aku butuh refreshing dan kurasa lelaki ini tak sepenuhnya salah.

"Oke, hang on dude!" Aku menerima ajakannya dan menarik cepat jaket kulitnya memberi kode agar dia mengikutiku.

Sebaiknya kita mengobrol di sofa pojok club ini saja, bukan apa-apa hanya saja jika mengobrol ditengah keramaian seperti ini hanya buang-buang waktu tak mendengar apapun. Kami pun duduk di sofa pojok club ini.

"Oke, pilihan tempat yang bagus. Aku Zayn, Zayn Letto." Dia membuka pembicaraan dengan sedikit senyuman.

"Nice, aku Becca. Rebecca Simpson. Now what?" Jawabku seraya menyenderkan kepalaku disofa yang nyaman ini.

"Kau tak ingin memesan sesuatu? Aku yang traktir." Tawarnya sambil menaikkan kakinya menjadi posisi santai.

"Nope, I'm enough." Balas ku

"So, kau kesini sendirian?"

"As you can see." Jawabku

Kami pun berbincang ringan dengan sedikit tawa. Selang beberapa menit minuman pesana Zayn tiba. Dan dia meneguknya secara acak dan cepat.

"Jadi kau model? Wow" tanya Zayn sambil menyesuaikan bentuk mulutnya saat berkata wow. Menyodorkan ponsel miliknya kearahku.

"Yeah, kau?" Aku menerima ponsel Zayn dan mengetik nomor ponselku di sana. Zayn memintaku mencatat nomor ponselku.

"Aku CEO di suatu perusahaan tambang"

"Wow, good boy eh? Aku tak menyangka kau seorang CEO, lebih tepatnya hot CEO." Sial, aku keceplosan mengatakan tambahan kata hot.

"Kau bahkan lebih hot dariku, pusarmu saja sudah membuatku boner." FUCK! apa yang barusan dia katakan? SANGAT JUJUR YEAH SANGAT JUJUR.

Seketika kurasa pipiku memanas, blushing tak beraturan. Sial Zayn ternyata kind of damn pervert.

"Blushing eh? Kau memang hot. Sangat." Katanya

Sial.sial.sial aku lagi-lagi blushing tak karuan. Aku hanya tersenyum mendengar pujiannya, yang belum aku tau merupakan pujian atau candaan.

"Baiklah mari kita pulang hottest. Udara malam sangat tak baik untuk gadis semanis kau." Oh dia memanggilku hottest. Lama-lama bisa gila aku berada didekat Zayn, seperti banyak kupu-kupu berterbangan di perutku.

DAMAGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang