CHAPTER 13

2.1K 123 4
                                    


Aku terbangun tepat saat ponselku bergetar di meja samping tempat tidurku. Dengan kesadaran seadanya, aku bangkit dan mengecek ponselku, ternyata hanya sebuah pesan dari justin.

Sudah dua hari ini aku berusaha menghindar dari justin dengan tidak membalas ataupun mengangkat panggilannya. Tetapi jauh didalam hati, batinku menjerit merindukan justin yang mungkin bisa membuatku tersenyum lagi.

Aku membuka pesan darinya.

Where are you, Becc? I know that was all my fault but let me explain to you. I didnt mean to being a jerk. I love you Becca. -Justin

Oh, pesannya seketika menyentuh tepat ke hatiku. Betapa manisnya dia, dari kalimat pesan singkatnya justin terlihat begitu bersalah dan rapuh. But no baby, that wasnt your fault. Ingin sekali rasanya aku berlari sekencang- kencangnya dan melompat kedalam pelukannya. Dia tak bersalah, sama sekali tidak.

Aku mencoba membalas pesannya dengan memberi clue, be smart baby.

Im in where i belong. -Justin

Dan menekan tanda send di ponsel, ku harap dia tau maksud dari pesan yang aku kirimkan. Tak butuh waktu lama, justin sudah membalas pesanku.

Oh baby, finally you text me back. I got you, dont move becca. -Justin

Bola mataku hampir saja mencuat melihat balasannya, sepintar itukah dia? Atau dia berpikir jika aku berada di apartementku. Well see

I wont, Bieber. -Justin

.

Kakiku melangkah bebas menuruni anak tangga. Rumah yang terkesan tua dan penuh kenangan; tetapi disinilah aku berasal, di kota kecil bernama Darwin, Australia.

Aku mencium aroma sarapan yang selama ini ku rindukan. Aku melihat mama dan papa yang sedang berada di meja makan; senyum seketika menghiasi wajahku.

"Papa." Aku memeluk leher papa dari arah belakang, sejak kemarin aku tiba disini, aku baru melihatnya sekarang.

"Oh honey, bagaimana tidurmu?" Tanyanya tak pernah lupa tersenyum.

"Nice, aku sangat merindukan kamarku." Jawabku; segera mengambil tempat persis di samping papa dan mengambil beberapa potong roti.

"Great, aku sangat merindukanmu my little rebecca." Katanya.

Aku hanya terseyum padanya.

"Ya, dia selalu berkata 'andai saja rebecca disini, dia pasti akan bla bla bla' kau tau becca kami hanya memilikimu." Sambung mama.

Oh, yatuhan.

"Oh, you did Papa?" Tanyaku terkejut kepada papa yang ada disampingku.

Tak ada sahutan darinya, hanya anggukan karena papa sedang membaca koran pagi.

Setelah bercakap-cakap ringan, papa harus pergi untuk bekerja.

"See you at dinner, ladies." Kata Papa dan ia pun beranjak dari rumah ke arah garasi untuk mengambil mobil.

Hanya tinggal aku dan mama dirumah; grandma berada di rumahnya; dia tak tinggal disini, hanya beberapa waktu saja dia datang ke rumah ini.

"So, do you need some girls talk Becca?" Tanya mama setelah selesai merapikan meja makan yang digunakan untuk sarapan tadi.

Pikiranku langsung berlarian, berlari karena tak ingin terkena luka itu lagi; tak ingin disentuh oleh luka itu lagi.

"Umm, i just need you Mama." Jawabku seraya menarik perlahan tangan mama dan mengajaknya ke ruang televisi.

Setelah mengambil posisi yang kami rasa nyaman aku mulai bercerita kepada mama tentang hubunganku dengan nash yang sudah kurang lebih tiga tahun. Nash sudah pernah aku ajak ke Australia saat natal; jadi Mama dan Papa sudah tau hubunganku dengan Nash.

Aku menceritakan juga awal pertemuanku yang konyol dengan justin.

"Oh god, Austin is a boxer? I cant deal with that." Mama terkejut saat tau jika austin adalah petinju.

"Yes, he is. I know Mama, this should be illegal." Jawabku mengangguk.

"Yeah, you know Becca he is so cute. Dia sangat polos dan bertanggung jawab, aku pikir dia memiliki perkerjaan yang logis di Vegas." Lontar mama.

Aku hanya mengangguk setuju dan melanjutkan ceritaku tentang justin. Awal perkenalan yang tak etis sampai kini kami berhubungan baik; juga bagian saat aku putus dengan nash dengan alasan yang kurang jelas.

Tapi ada beberapa bagian yang aku lewati, if you know what i mean.

"Oh im so sorry for that, honey." Prihatinnya padaku sambil memeluk tubuhku. Aku tak bisa menyembunyikan air mata, hubunganku dengan Nash bukanlah hubungan dengan jangka waktu singkat. Aku dan Nash saling mengenal; membangun karir di Vegas bersama dan saling menjadi tameng satu sama lain. Tak mudah untuk melupakannya, tak mudah melupakan kenangannya dan tak mudah untuk berpura-pura tidak mengenalinya.

"Sstt honey dont cry." Tenangnya.

"I-i just cant.." Sahutku terisak.

"Did you give him a time to explain?" Tanyanya.

"No, he just didnt give me a time to explain." Sahutku.

"Oh, okay honey. I got it, just breathing and this will be okay." Papar Mama, tangannya yang setengah keriput sedari tadi sudah mengelus puncak kepalaku.

Aku tak membalasnya, hanya isak tangisan yang bisa aku keluarkan. Seketika semua bayangan, semua kenangan aku dan nash berkejar-kejaran saling berebut melintasi pikiranku. Semua kenangan itu kini mungkin tak akan bisa kembali.

Setelah kejadian bodoh itu, Nash tak pernah menghubungiku lagi. Jangankan menghubungiku; mengirim pesan singkat pun tidak. Disana aku mulain berpikir jika ia sudah benar-benar menyerah padaku.

He doesnt even trying to hold me, he is just giving up on me easily.

Itu yang membuatku tak ingin mempertahankan kenangan tiga tahunku bersamanya; semuanya hanya omong kosong.

"Okay honey, you dont have to cry. Your tears are my weakness." Kata Mama, oh yatuhan i adore her.

"Ohh, thank you Mama. I love you so much Mama." Kataku seraya memeluk mama seerat yang ku bisa.

"I do love you too, my little Rebecca."

Oh, tidakkah ini indah? Mama adalah segalanya yang terbaik.

.

Vote and comment are fave!😋😘
#KeepStunning

DAMAGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang