CHAPTER 12

2.2K 126 1
                                    


Membuka mata perlahan, apakah kejadian semalam hanya mimpi buruk? Sayangnya tidak. Kini aku telah berada di apartemenku, tepat setelah Nash pergi aku segera kembali le apartementku.

Menggerakkan kedua kakiku perlahan menyentuh lantai, aku tak boleh lemah. Pun aku bangun dan ingin membasuh wajahku, mengikat rambutku perlahan aku berjalan menuju wastafel.

Ku lihat di pantulan cermin, wajah yang semrawut tak beraturan, kantung mata dimana-mana. Aku menangis semalaman, ya, menangisi orang yang mensia-siakan ku.

Aku mungkin butuh penyegaran yang instant, tak berpikir panjang aku memutuskan untuk berendam. Ku harap bisa sedikit merefresh pagi ku. Sekitar empat puluh lima menit ku habiskan untuk berendam dan mandi. Im feeling better than i deserve.

Ponselku bergetar

Aku mengecek siapa yang menghubungiku pagi hari seperti ini. Apa mereka tidak tau kalau aku sedang berada pada posisi mood yang bisa dikatakan dengan "sentuh sedikit bacok" lol.

Dahiku mengernyit pertanda kurang menyenangkan, ada sekitar 37 pesan dan 13 missed call. Hey, am i kinda Obama or someone? Aku merasa seperti orang yang sangat penting.

You know who did that?

Absolutely, justin. Ku perjelas lagi j - u - s - t - i - n

Tidak bisa kah dia tak se-berlebihan itu? Aku malas menghiraukannya. Tetapi aku sempat membuka salah satu pesannya, sepertinya cepat atau lambat dia akan datang menemuiku. Aku harus melakukan sesuatu, aku sedang tak ingin melihat wajahnya.

Ponselku berdering, aku mengambilnya dan melihat nama "mama" di layar ponsel. Seketika senyum merekah di bibir ku, menggeser tanda hijau dan mengangkatnya.

"Hey mama"

"Hey honey, congratulations, I'm so proud of you!" Ku dengar suara mama yang sangat bahagia, bibirku seketika menerima rangsangan bahagia itu.

"Thanks mama, I miss you."

"Me too Becca, how's your day?"

"Fine mama." Aku menggigit bibir bawahku, menahan rasa sakitnya membohongi mama.

"Nice. Oh, about your boo. I wish you kids come visit us, kau tau kami sangat merindukanmu dan mungkin Nash." Seketika bibirku membeku, sial kata itu lagi. Tetapi mama terdengar sangat excited.

Aku tak bisa menahan air mata yang sudah menetes melewati pipiku. Pun bibirku ikut ikutan membeku sulit untuk berbicara. Aku terdiam.

"Honey? Becca? You there?" Aku yang terdiam selama beberapa detik ampuh membuat mama kebingungan.

"Y-ya mama." Aku tak mampu merubah tangisanku, aku bukanlah seorang pemain film atau sejenisnya.

"Becca? What's the matter? Are you okay?" Tanya mama menyerbu.

"N..Nash mama." Sial, mengapa aku harus menangis. Bodohnya aku.

"Oh, honey aku tak akan memaksamu untuk bercerita but i'd love if you want come here, I'm sure you must be need some girls talk. I always here my lil butterfly." Aku selalu menyukai mama, dia selalu bisa mengerti keadaanku.

"Hmm, im going to Australia as fast as i can mama. I love you, thank you so much mama."

"Yes darling, see you soon. Don't wasted your time for doing nothing, becca."

"I do mama, is always nice to talk to you. Bye."

"Bye."

Pembicaraan pun selesai, terbesit dalam pikiranku keinginan untuk pergi ke Australia. Mungkin untuk beberapa waktu, merefresh otakku dan sebagai salah satu cara untuk runaway dari nash, justin atau semacamnya. Ya, mungkin lari dari masalah bukanlah jalan keluar tetapi bersembunyi sementara isn't a big deal.

DAMAGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang