CHAPTER 9

2.2K 139 0
                                    



Kepalaku terasa amat pening, seakan ada kupu-kupu berterbangan di sekelilingnya. Aku berusaha membuka mata dan menyadari bahwa aku terbangun diantas dada bidang justin.

Seluruh tubuhku seakan remuk pasca kejadian semalam, aku tak menyangka jika hubungan ku dengan pria tolol pemegang kendali yang kini dadanya menjadi bantal tidurku sudah sejauh ini. Menguatkan badanku untuk bangun, tetapi ada lengan yang menahanku.

"Justin please." Aku mengerlingkan mataku saat lengannya masih mengilit perutku.

Baru ku sadari ternyata aku tidur dengan keadaan topless, ah persetan dengan itu. Aku segera melepaskan tangannya karena kini cacing di perutku sudah berdansa dengan hebohnya.

"Go back, love. We can cuddle." Sahutnya dengan mata masih tertutup. Dasar mesum, ia pikir setelah meremukkan badanku aku masih kuat cuddle dengannya lagi.

"No, idiot. I'm hungry." Jawabku sereya beranjak dari ranjang mencari pakaian. Ah ya, aku baru ingat jika ini rumah justin, jadi aku mencari-cari pakaian justin yang bisa ku kenakan.

Pilihanku jatuh pada T-shirt super transparan yang hanya ada di lemari pakaiannya. Tak perlu banyak berfikir, aku langsung memakainya walau saat dipakai bagian lehernya jatuh ke salah satu bahuku dan dadaku hampir terlihat.

Tak ada celana atau hot pants, jadi aku cukup memakai t-shirts ini saja sudah terlihat seperti dress.

Aku langsung berlari kecil mencari di mana letak dapur karena jujur rumah ini amat luas. Akhirnya aku berhasil menemukan dapur dan memasak bacon untuk sarapan.

Aneh, rumah sebesar ini tak ada pembantu satupun.

Mataku melotot seketika setelah alarm kalender ponselku bergetar bertuliskan "Its your cover coming now❤" segera aku mencari televisi karena mungkin sebentar lagi, photoshoot cover issue Maybelline ku akan tampil dalam komersial break di televisi.

Mengecilkan api dalam kompor agar baconku tak hangus, aku berlari kegirangan menyalakan televisi terdekat yang ada di sekitar dapur dan mengencangkan volumenya.

Norak memang, tetapi mendapat pekerjaan sebagai model dalam brand terkenal di amerika ini tak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh perjuangan yang panjang, bahkan karirku sudah 4,5 tahun dalam per-model-an belum mampu membuatku sangat terkenal.

"Yuhuuuu..." Seruku sambil berdansa di dapur setelah iklan photoshoot ku sudah tampil ditelevisi.

Menggerak-gerakkan bokongku ke kanan dan ke kiri terus mengulangnya. Lagi ke depan dan ke bel-

Belum bokongku bebas mengarah kebelakang, rasanya seperti ada yang manabrak bokongku. Seketika aku terdiam dan akan berbalik.

PLAK

Oh my god, bokongku di tepuk sangat keras. Aku mendelik seraya memutar tubuhku ternyata orang itu justin.

"Kau tau, teriakanmu membangunkanku." Suaranya serak dan dalam yang berada tepat di depan tubuhku.

"Sorry, I'm too excited." Nyaliku seketika ciut bercampur malu, berarti sedari tadi Justin sudah memperhatikanku berdansa layaknya orang tolol.

"Hmm, smells good." Dia berhasil mengubah topik pembicaraannya. Ah dia sepertinya mampu membaca pikiranku.

"I'm cooking bacons." Senyumku sangat lebar.

" Great! Daddy is hungry." Senyumnya seraya mencubit ujung hidungku dan beranjak pergi ke meja makan.

Aku hanya tersipu malu dan melanjutkan kegiatanku memasak. Akhirnya masakanku matang dan membawanya ke meja makan, terlihat justin sedang duduk dan memegang ponselnya.

Kami pun makan bersama dalam hening.

"You aren't wearing bra, eh?" Katanya menatap lurus ke dadaku.

Fuck, seketika tenggorokanku tercekat mendengar perkataannya. Ya memang aku tidak pakai bra, tetapi bisakah dia hanya bersikap biasa dan mewajarinya.

Aku hanya mengangguk dan melihat kearah dadaku. Memang sangat terlihat dan terbentuk apapun yang ada di balik baju sialan ini.

Dan justin hanya cekikikan. Kamipun selesai sarapan, justin menonton televisi di ruang keluarga, sedangkan aku mencuci piring kotor sisa sarapan. Oh, aku lupa. Aku seharusnya mengintrogasi tentang kekasih baru Austin kepada Spece.

"Hang on dude, aku harus kembali ke apartment. Oh tidak, you better drive me to Spece."

"Anything love" setelah aku berkata, justin langsung mematikan televisi dan berlari ke arahku yang ada di tangga. Ia merangkul pundakku sambil berjalan bersama ke kamar.

.

"Sebaiknya kau mengantarku ke apartment ku dulu, lalu kita bisa pergi ke apartment Spece." Kataku dalam perjalanan. Aku menoleh beberapa detik ke arah justin dan kembali menatap ponselku. Aku sedang bertukar pesan dengan Nash.

Lama-lama berkencan dengannya sama saja mengencani hantu atau bahasa umumnya "dating with you it's like dating a ghost"

"Bukan masalah besar, love."

"Satu lagi, bisakah kau tidak memanggilku dengan sebutan "love" saat berada di apartment Spece nanti? Gila saja, dia tau jika aku sedang berpacaran dengan nash dan kau memanggilku seperti itu." Omelku kepadanya.

"Ya, tetapi dengan satu syarat."

"What?" Alisku mengernyit tak suka.

"Tinggal di rumahku untuk beberapa hari. Deal?" Katanya sangat amat santai sambil menyetir tak menoleh ke arahku sedikitpun.

"What?! Nope." Kurasa mataku sudah setengah keluar mendengar ucapannya.

"Kalau begitu, aku akan tetap memanggilmu love." Aku memutar kedua bola mataku sebesar mungkin di depan wajahnya. Seenaknya saja dia mengaturku.

"Dan sekarang kau memancingku untuk menyetubuhimu."

"Maksudmu? Aku hanya memutar bola mataku saja, apa urusannya denganmu?" Menaikkan salah satu alisku, kinda sarcasm.

"Itu tidak sopan, love. Dan setiap kau melakukannya, secara otomatis kau membuatku boner."

"Haha, screw you!" Aneh, bisa saja aku hanya memutar bola mataku bisa membuat penisnya menegang. Tak masuk akal.

"So, bagaimana keputusanmu?"

"With heavy heart, aku akan menginap lagi dirumahmu. Tetapi hanya satu malam." Kataku yang berhasil membuat justin tersenyum. Dapat kulihat ujung bibir seksinya menekuk ke atas pertanda gembira.

"Yess. I love you, Rebecca Simpson."

Haha, bersenang-senanglah dulu Justin Bieber. Aku akan melakukan misi balas dendamku, tunggu saja. I'm getting wild, baby.

.

"Speceeee." Sorakku setelah gadis manis dengan cat rambut biru laut bercampur langit itu membuka pintu apartment nya.

"Beccaaaaa. Ow, Justin?" Wajahnya yang semula antusias berubah menjadi tak tertebak.

"Hmm, yeah. Its Justin."

.

Vote and comment are my fave!😋😘
#KeepStunning

DAMAGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang