CHAPTER 8

2.7K 135 0
                                    

[warning: sexual content]

"Tetap diam!" Seru Justin seraya mencengkram pergelangan tanganku. Dia masih mengunci pintu kamarnya.

Aku hanya bisa bergeming dengan badan yang bergetar hebat. Isak tangisku sengaja aku kendalikan agar tak membuat Justin semakin kesal.

Sepersekian detik, ia meraup tubuhku dan membuka baju yang kukenakan. Aku pasrah sangat pasrah. Membiarkan Justin melakukan apapun yang dia mau.

"Ini hukumanmu, love." Bisiknya

Justin dengan gerakan tenang berhasil membuka pakaian yang ku kenakan dan menyisakan underwear. Kini hanya nipples ku yang tertutup oleh rambut blonde.

Justin mengikat kedua tanganku ke atas dan menyankutkannya di sebuah pengait yang menempel ke tembok. Kurasakan nipplesku bergejolak serta menggantung. Justin menatap tubuh topless ku secara seksama seraya melepas satu demi satu pakaian olah raganya.

Justin kini tubuhnya hanya tertutup boxer bertuliskan Calvin Klein. Dapat ku lihat ia sudah boner sedari tadi. Ia memajukan tubuhnya dan merapatkan ke tubuh topless ku. Aku tak berani menatapnya.

"Aku sudah menyuruhmu untuk menjauhi jalang itu. Kenapa kau masih melanggarnya?"

Tubuh justin sudah mendarat di depan tubuhku, aku tak menjawabnya.

"Jangan takut love, aku tak akan menyakitimu."

"Lie." Dengan gugup aku memberanikan diri untuk menjawab.

"No, i don't. Ini hanya hukuman untuk gadis nakalku." Tangan justin perlahan membelai wajahku dan menyelipkan sebagian rambutku yang menutupi wajah ke selah-selah telingaku.

"Please no." Tanganku yang terikat membatasi pergerakanku, aku hanya meresapi setiap sentuhan yang justin berikan.

"Aku tak akan mengambil virginitasmu sebelum kau mengizinkannya, love." Desahnya. Justin mencari-cari spot yang mampu membuatku mabuk. Dia menjilat belakang telinga dan leherku.

Tak sebatas itu, tiba-tiba kini lidahnya sudah memilin nipple kananku.

"Ahh...." Aku mendesah tak mampu menahan sentuhannya.

Justin tetap menghisap nipples ku secara bergilir. Menyedot, menjilat, meremas, menggigit dan melalukan apapun yang bisa dilakukan oleh lidahnya. Aku hanya bisa menggelinjang sambil memainkan kakiku ke depan dan mengenai kaki justin.

Tangan Justin juga tak tinggal diam, dia menangkup bokongku dan meremasnya perlahan. Ini yang dikatakan siksaan nikmat. Jika saja tanganku tak terikat, aku sangat ingin membelai penisnya.

Selama kegiatan itu berlangsung, semua anggota tubuh justin beriringan bekerja, penisnya juga ikut-ikutan membelai vaginaku yang berbatas kain.

"Fuck" gerutu justin saat ku lihat boxernya sudah membasah dan bonernya semakin menjadi jadi.

Napasku sudah tak beraturan, aku ingin ini berhenti sebelum berjalan ke langkah selanjutnya. Sisi batinku ingin ini menjadi lebih, tak sebatas pelecehan seksual seperti ini. Tetapi satu sisi naluriku ini sudah masuk kategori cheating, berselingkuh dari Nash.

"Enough justin, please." Suaraku parau

Aku yakin kini tubuhku penuh dengan keringat yang mengalir, pergelanganku juga rasanya sudah tak mampu menahan bobot tubuhku. Terasa sakit sekali pergelangan tanganku, tolong lepaskan benda sialan itu, sisi batinku menjerit.

"T...this is h..hurt." Tambahku

Setetes air mataku mengalir, aku tak bisa merasakan apa yang kini aku rasakan. Pasrah, kesakitan, kecemasan, takut, dan tubuh yang bergetar mengisi seluruh relung jiwaku. Semua itu tercampur dan menjadi satu bertabrakan di saat yang bersamaan.

"Pssshh, love." Wajah justin mendekat ke arahku dan mencium singkat bibirku yang bergetar.

Tangannya bergerak ke atas hendak melepaskan ikatan yang ada di pergelangan tanganku, setelah melihat air mataku mulai mengalir. Dasar brengsek, better he do it before.

Tak sampai semenit ikatan tali sialan itu lepas dari tanganku yang sudah lecet dan memerah. Tubuhku langsung terhempas lunglai ke tubuh justin, justin dengan sigap menangkap tubuhku dan membawa tubuh topless ku ke ranjang tidur.

Posisiku persis seperti anak koala yang terlelap di pelukan induknya dengan kaki dan tangan yang terselungkup di tubuh induknya. Justin menidurkanku perlahan. Aku dapat merasakan justin mencium bibirku cepat lalu beralih ke kedua dadaku dan terakhir berhenti di keningku. Dalam keadaan menutup mata, kurasakan kehangatan yang mengalir dari justin melalui kecupannya.

"I'm sorry, love. I don't wanna lose you."

Sepersekian detik tubuhku menengang setelah mendengar bisikan dari justin. Betapa manisnya dia. Dan kurasakan ranjang tempat tidurku bergerak pertanda justin merangkak naik dan menarik selimut yang menutupi tubuhku dan tubuhnya.

Justin pun mengkondisikan kepalaku yang tertidur di atas dada bidangnya dan ia memainkan sedikit rambutku.

.

Vote and comment are my fave!😋😘
#KeepStunning

DAMAGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang