CHAPTER 20

1.9K 119 4
                                    


Ponselku bergetar mengeluarkan bunyi alarm yang tadi sempat aku pasang sebelum terlelap, aku mengambil ponsel untuk menghentikan bunyi yang sebernarnya tidak terlalu mengesalkan. Aku menatap jam yang ada diponsel dengan setengah sadar, baru pukul 12 siang dan untungnya tadi pagi aku sempat sarapan sebelum justin datang.

Berbicara tentang justin, dia masih terlelap disampingku; naked. Tangannya secara posesif memelukku yang juga naked. Aku harus segera bangun jika tidak ingin terlambat untuk casting. Segera aku bergeser tetapi berusaha untuk tidak membangunkan justin, dia begitu letih, dia bercerita banyak kepadaku sebelum kami terlelap. Semacam pillowtalk after sex, katanya semalam ia terjaga setelah kembali dari Australia dan mengantarku ke apartement, dia tidak benar-benar beristirahat sebab akhir akhir ini mungkin orang-orang naik derajat menjadi lebih kaya atau mungkin orang-orang terlalu lelah dengan kehidupan nyata mereka yang menyebabkan kunjungan tamu datang ke casino milik justin meningkat; dan itu membuatnya hanya tidur selama dua jam. Meskipun ia mempunyai bawahan untuk melakukan segala urusan yang tidak seharusnya ia kerjakan; tetapi siapa yang mau rugi?

Hanya itu alasan yang terdengar sangat tidak logis menurutku, tetapi apapun itu bukan kapasitasku untuk terlalu mencampuri. Justin sudah dua puluh dua tahun; tahu yang seharusnya ia tahu. Aku hanya tak mau dia terlalu keras pada dirinya sendiri, apakah itu suatu keinginan yang luar biasa berlebihan bagi seorang perempuan yang peduli dengan lelakinya?

Aku mengangkat kepalaku dan terduduk, mataku memandang pantulan wajah justin yang begitu tenang saat tertidur. Aku menunduk sedikit untuk mengecupnya, lagi-lagi tak ingin membangunkannya.

Lalu aku beranjak dan melangkah ke kamar mandi. Setelah sekitar dua puluh menit aku mandi, pun aku membuka pintu kamar mandi masih lengkap dengan handuk kimono dan handuk kecil yang melilit dikepalaku.

"You awake?" Justin tersenyum kecil kepadaku.

"Yeah, how's your sleep?" Tanyaku seraya berjalan ke arah lemari pakaian.

"Never feel relaxed before." Katanya sambil kembali jatuh ke tumpukan bantal.

"Im glad to hear that" Jawabku.

"You look so much exited, babe." Kata justin.

"Am i? I'm gonna casting for fashion show this noon." Jelasku.

"Fashion show?" Tanyanya, mulai antusias dengan topik pembicaraan.

"Yep! The Chanel one." Semangatku.

"You'll get it, babe." Sahutnya begitu yakin.

"Oh no! Don't say that you have related with that fucking exspensive brand?" Aku berbalik menatapnya dengan mata yang sedikit melotot.

Aku membuka handuk kimonoku dan mulai memakai bra, aku bisa melihat justin sedang memandang lekat lekat kearahku. Don't get me wrong, justin saw me naked like plenty times so do i must shy? Oh holy pig no.

"Don't look at me like that, fucking answer me."

"Uh ... Uhm, i don't know y-your boobs are bigger i thought?" Aku mengerutkan kedua alisku dan memberinya tatapan 'are you serious right now?'

"Ya, ya, ya Ana Wintour is Pattie's close friend." Justin mengangguk sambil menganggkat kedua tangannya di udara "in surrender" .

"Oh seriously?" Tanyaku yang sekarang giliran antusias.

"Yeah." Jawabnya.

Aku hanya mengangguk dengan perasaan lega bercampur gugup dan melepas handuk kecil yang melilit kepalaku.

DAMAGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang