Fated

775 47 36
                                    

Tahun 2016


"Yang paling penting adalah kalian berdua sudah sangat yakin dengan keputusan ini."

Setelah terdiam cukup lama, Tuan Jayeng akhirnya membuka mulutnya jua sambil menatap lekat-lekat tubuh Dyo yang kini tengah duduk dan menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Dyo menegakkan tubuhnya, wajahnya berseri tak tertahankan. Membuat Tuan Jayeng kembali bertanya-tanya di dalam hatinya, apakah dugaannya yang ia yakini adalah benar ternyata memang salah?

Atau mungkin benar, namun bukan Aji tetapi Dyo. Begitu?

Kepalanya mendadak terasa sungguh sakit.

"Aku mampu tanggung jawab atas Lingga, Ayah..."

Bukan itu, 'Nak... Bukan itu...

Tuan Jayeng mati-matian menahan dirinya untuk bertanya. Melihat kesungguhan Dyo saat ini terasa membantahkan segalanya.

Mungkin memang benar bahwa dirinya lah yang salah menduga.

"Ayah tau... Walau sedikit kurang yakin, tapi Ayah mengerti, dan Ayah paham kemauanmu, Hanindyo..." Jawabnya dengan suara yang khas karena usia. "Lingga sudah menjadi tanggung jawab Ayah setelah kedua orang tuanya meninggal, jadi Ayah rasa kamu mengerti harus bagaimana setelah ini."

"Kalau begitu, Ayah restui?" Tanya Dyo mencoba memastikan sekali lagi bahwa pernyataan Ayahnya barusan memang sudah final demi keinginannya terpenuhi.

Tuan Jayeng menarik nafas beratnya sekali lagi. Bukan ia tidak suka, tapi ia tahu sekali siapa sebenarnya yang Lingga cintai.

Tahu sekali?

Ah...

Ia malah kembali menelan dugaannya bulat-bulat. Ia belum sempat mencari tahu tentang ini namun sudah keburu ditimbun dengan kenyataan yang ada di hadapannya sekarang.

Lingga memang sangat dekat dengannya, bahkan keinginan Lingga akan ia penuhi tanpa banyak ambil pikir. Namun hal ini juga menyadarkannya bahwa ia tidak pernah mengenal Lingga luar dan dalam, sama hal-nya ia tidak pernah mengenal Dyo.

Padahal sejenak Beliau begitu angkuh karena sudah menjadi seorang Ayah yang baik.

Tuan Jayeng menatap kedua mata Dyo. Mencari celah omong kosong namun tak ia temukan. Beliau kembali teringat bahwa Dyo tidak pernah meminta apapun selama ini kepadanya. Semua keinginan Dyo selalu dihadapi dengan baik oleh sang Istri, bahkan Aji dan Lintang pun begitu.

ORBIT Management menjadi salah satu bukti nyata bahwa Dyo melakukan segala sesuatunya seorang sendiri bahkan tanpa meminta pendapatnya terlebih dahulu, walau pada akhirnya Adhiwangsa ikut menyumbang sejumlah saham setelah Agensi milik Dyo tersebut memasuki fase stabil. Belum lagi segenap Properti yang Dyo miliki atas namanya sendiri.

Ini pertama kalinya lah Dyo meminta secara langsung kepadanya.

Apakah ia memiliki alasan untuk menolak?

Mungkin memang Tuhan sudah berkehendak, maka Tuan Jayeng menganggukkan kepalanya sebagai sebuah jawaban.

"Tapi tunggu Mas Aji pulang dari jadwal terbangnya, dan Lintang yang sedang mengurus perusahaan kita di Surabaya," kata Beliau pada akhirnya.

Dyo menganggukkan kepalanya dengan sangat bersemangat.

See, Lingga? I can do whatever he can't.


***


3 bulan kemudian...


"Lingga Nareswara, aku mengambil engkau menjadi pasanganku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus."

Semua hadirin yang merupakan keluarga dekat Adhiwangsa terlihat menahan napas ketika Dyo mengucapkan kalimat janjinya kepada Tuhan, ikut berbahagia.

Sepasang pengantin di hadapan mereka kini salah satu contoh bahwa jodoh yang diberikan Tuhan terkadang merupakan orang paling dekat.

Bahkan sangat dekat...

"Hanindyo Adhiwangsa, aku mengambil engkau menjadi pasanganku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus."

Keduanya saling berbalas senyum penuh makna.

"Kedua mempelai dipersilahkan untuk saling berciuman."

Suasana kemudian terdengar sangat ramai. Gemuruh tepuk tangan saling bersahutan, dan bersorak bahagia. Menaburi jalan sepasang itu dengan kepolak bunga berwarna-warni.

"Selamat, Mas Dyo...!" Lintang memeluk Kakak keduanya itu dengan hangat, juga Lingga, cinta pertamanya yang lambat laun berubah seiring berjalannya waktu mereka tumbuh bersama, menjadi perasaan selayaknya kepada seorang Adik kandung.

"Selamat, Kak Linggaaaa... Mas Dyoooo..." Dea yang bertugas sebagai Wedding Organizer pada hari yang sangat sakral ini, memeluk erat Lingga dengan wajahnya yang turut berbahagia.

Kedua mata Lingga seolah mencari sesuatu yang sedari pagi tidak kelihatan batang hidungnya. Padahal ia yakin sekali laki-laki itu tidak mungkin membiarkan Ayah mereka seorang diri.

Lingga tiba-tiba teringat sesuatu.
Ia kemudian berjalan perlahan, mengampiri seseorang yang ia hormati setelah kedua orang tuanya. Meninggalkan sang Suami, Lintang, dan juga Dea yang kembali saling menggoda tentang petuah malam pertama.

Dengan sebelah tangan yang berpegangan erat-erat pada bilah tongkatnya yang terbuat dari kayu jati, terlihat begitu kokoh menopang tubuhnya yang ringkih, matanya yang sayu menatap lamat-lamat pada seorang laki-laki yang selalu dianggapnya masih kecil, dan sepertinya akan terus begitu, padahal usianya sudah sangat dewasa.
Terbukti bahwa hari ini adalah hari pernikahannya.

"Ayah..."

Tegur Lingga lembut, kemudian mereka berdua berpelukan dengan sangat erat dan hangat.

Seperti berbagi perasaan.

Entah perasaan apa, hanya mereka berdua lah yang tahu.

"Lingga bahagia. 'Nak?" seutas pertanyaan keluar begitu saja dari bibir yang sudah memiliki guratan halus sedemikian banyak.

"Semoga..." Lingga berusaha sekali menjawab pertanyaan itu dengan senyumnya yang lembut.

Semoga...


*

*

*



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Glimpse of Heaven : Fate - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang