Rumah Adhiwangsa

432 48 30
                                    

Tahun 2019


"Good morning, Capt!"

"Hello, Capt!"

"How are you, Capt?"

"Have a great flight, Capt!"

Berbagai macam sapaan selalu diterima oleh Aji, tepat setiap kakinya menginjak bandara dan bergegas masuk ke dalam ruangan berukuran lumayan besar, yang merupakan bagian dari Indonesia Airlines tempatnya menjadi salah satu Pilot sejak beberapa tahun yang lalu.

Langkahnya ringan.
Juga lengkap dengan senyumnya yang ramah.

Siapa yang tak kenal dengan laki-laki tegap, berambut hitam legam, bernama lengkap Liam Aji Adhiwangsa?
Selain merupakan salah satu Putra kebanggaan seorang Pengusaha paling terpandang di Tanah Air, Aji juga merupakan seorang Pilot tipe Airbus, yaitu merupakan pesawat berdiameter besar dengan lorong ganda dan mampu menampung lebih banyak penumpang dibandingkan tipe pesawat lainnya.

Dari sedikit Pilot yang mampu mengudara menggunakan jenis pesawat tersebut, Aji merupakan salah satu yang dinilai sangat mumpuni.

"Good morning, Captain!" Sapa seorang pria kepada Aji yang terlihat mengenakan pakaian seragam serupa dengannya, namun berbeda pada beberapa badge yang dikenakan laki-laki itu saja.

"Tumben udah nongol? Biasanya harus gue telepon dulu." Tanya Aji dengan intonasi yang datar kepada Co.Pilot-nya yang satu itu, sambil membuka balutan jaket Bomber berwarna hitam yang dari tadi belum lepas ia kenakan, juga seutas kacamata hitam.
Kemudian Aji menggantungkan jaket tersebut pada tempat yang memang telah disediakan, sembari menyimpan kacamatanya ke dalam kotak kacamata.

"Sekali-kali taat peraturan, Capt. Point-ku sudah menurun drastis dibandingkan terakhir kali saking terus-terusan terlambat memasuki gelanggang. Untungnya jadwalku hampir semuanya bareng Anda, jadi enggak keliatan jelek-jelek amat reputasiku," jawab Kresna, yang juga merupakan sahabat Aji itu penuh canda.
"Mau ku minta Renata untuk membuatkan Anda Americano Triple Shot seperti biasa?"

"Enggak perlu," tolak Aji cepat. Namun sepertinya ia berubah pikiran, karena beberapa detik kemudian Aji berkata lagi, "tapi kalau Vietnam tanpa gula dengan lebih banyak susu kental manis, boleh juga, Kres."

Kresna menautkan kedua pangkal alisnya. "Tumben? Memangnya mata Anda baik-baik saja? Enggak mengantuk, Capt?"

Aji menggelengkan kepalanya. "Gue cukup tidur tadi malam, Puji Tuhan."

"Dea menginap, ya? Makanya Anda nyenyak tidur karena ada yang nina bobo-in?" Kresna belum selesai dengan rasa ingin tahunya yang berakhir dengan menggoda Aji, maka kini ia menyebut satu nama seorang wanita yang merupakan tunangan Aji sejak beberapa waktu yang lalu.

Aji menarik sebelah sudut bibirnya.

Bahkan jauh lebih baik dari itu...

"Kalau begitu, aku boleh sarapan dulu ya, Capt?"

"Oke. Gue juga mau mengecek Administrasi penerbangan sebentar."

"Aye, Capt! Setelah sarapan segera ku lanjutkan pengecekan administrasi yang lain, kalau belum sempat Anda selesaikan semuanya," kata Kresna lagi meminta izin.

"Silahkan, Kres."

Sedetik kemudian Aji sudah melupakan sekitarnya. Tenggelam dalam kesibukan mengecek segala hal sebelum mengudara.

Tangannya meraba-raba tombol kontrol yang berada pada langit-langit Cockpit pesawatnya.

Menyalakan sistem yang mengatur posisi pesawat. Check.

Glimpse of Heaven : Fate - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang