Ironic

186 26 17
                                    

"Cere???"

"Sssttt! Berisik ngana!"

Nathan menangkup mulutnya yang memang terdengar sembarangan dan tidak tahu tempat, setelah Indra membekap mulutnya dengan sangat kasar.
"Mainnya kasar lo, Ndra..."

"Diem, makanya! Enggak lucu kalau ada yang enggak sengaja denger di sini, apalagi nanti ada Lingga. Pasti orang-orang mikirnya langsung ke dia."

"Ya pasti lah! Masa ke gue atau lo? Enggak lucu..."

"Lo juga enggak lucu!"

Nathan tertawa terbahak-bahak walau tak lama. "Dyo udah tau?"

Indra menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, "belum."

"Belum?"

"Iya," Indra membetulkan letak duduknya sebentar. Mereka tengah mengobrol di sebuah area basement yang terletak pada salah satu gedung perkantoran di mana Lingga bertemu dengan kuasa hukum-nya.
"Ini agak mendadak, soalnya."

"Gila, cere bisa dadakan gitu, ya?" Nathan kemudian menyentil perlahan ujung bara tembakaunya, sebelum akhirnya kembali menyesap benda tersebut dengan sangat khidmat.
"Jadi inget, dulu nikahnya juga mendadak."

"Iya..." Indra menghembuskan nafasnya kuat-kuat. Kembali membayangkan situasi kala itu mau tak mau juga membuatnya sedikit bernostalgia.
Lingga yang penuh senyum, ramah, dan selalu terlihat bahagia, berganti menjadi sosok yang masih penuh senyum walau tak sesering dahulu.
Masih sangat ramah walau kebanyakan resah.
Dan entah kalau yang namanya bahagia, Indra tidak berani menduga.

"Gimana Om Jayeng, ya?" Gumam Nathan, sedikit banyak merasa khawatir akan keadaan seorang tua yang selalu berperilaku hangat bahkan kepadanya yang jarang sekali bertemu dengan Beliau, dan dapat dikatakan bukan salah seorang kerabat yang dekat-dekat amat.
"Beliau lagi sakit, kan?"

Indra kembali menganggukkan kepalanya, "setelah ini Lingga minta dianter ke Rumah Sakit-nya Om Damaris, mau cari tahu soal keadaan Om Jayeng."

"Separah itu?"

Kali ini Indra memilih mengangkat kedua bahunya, menandakan dirinya juga tidak terlalu paham untuk urusan yang satu itu.

"Lingga cere dari Dyo, terus Luxus gimana, Ndra?"

Iya, gimana dengan Luxus?
Terlebih, bagaimana dengan dirinya?
Apakah Lingga masih membutuhkannya setelah itu?

Indra menerawangkan kedua matanya. Kepalanya menengadah, memandangi langit-langit basement yang gelap. Ia lalu menyeruput minuman hangatnya yang tadi memang sengaja dibawakan oleh Nathan ketika mereka memutuskan bertemu di sini.

"Kalau Lingga berkenan, gue mau tetep ikut dia aja. Ke manapun..."

Iya, ke manapun... 

Karena hingga detik ini, hanya Lingga yang terasa seperti benar-benar keluarga bagi Indra. Mungkin karena nasib mereka yang tidak terlalu berbeda. 
Lingga seorang yatim piatu.
Sedangkan dirinya yang masih memiliki kedua orang tua yang lengkap namun malah terasa yatim piatu.

"Ke manapun?"

Indra tidak menyahut apa-apa.

"Lingga ada rencana pergi dari Rumah Besar?" Tanya Nathan masih sangat ingin tahu.

Ya tentu ada, Nathan, pikir Nathan sambil kembali menelan pertanyaannya sendiri.
Tidak mungkin Lingga mau hidup di sana terus-terusan dengan seorang mantan suami dan juga seorang mantan pacar.

"Kenapa, emang?" Indra membalas pertanyaan Nathan dengan sebuah pertanyaan.

"Enggak, gue cuma pengen tau aja."

Glimpse of Heaven : Fate - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang