Some Distraction

262 29 37
                                    

Lingga menghembuskan nafasnya berkali-kali, mencoba bersabar dengan tingkah memuakkan Dyo yang entah keberapa kalinya.

Laki-laki itu pulang, seperti yang dijanjikannya. Namun jam-nya saja yang meleset, yaitu pukul 9 pagi, pada keesokan harinya, yaitu pagi ini.

Apakah Lingga marah?

Tidak. Mengingat bahwa ini bukan untuk yang pertama kalinya.

Kecewa?

Tidak juga. Karena Dyo bahkan sudah sangat hapal di luar kepala bahwa dirinya kecewa.

Namun rasanya Lingga ingin menyerah saja kali ini.

Emosi Lingga sudah sampai ujung, keadaan hatinya juga sudah lebih dari hancur. Namun laki-laki yang dengan tanpa diduga memiliki penampilan yang baru, yang diketahui Lingga sedetik setelah Dyo menginjakkan kedua kakinya di dalam kamar mereka pagi ini, lagi-lagi hanya mampu memohonkan maaf.

"Alasanmu apa lagi?" Tanya Lingga penuh sabar, dengan memberikan jarak di antara tubuhnya yang berdiri dan sudah ingin bersiap-siap pergi ke Studio, dengan Dyo yang baru saja membuka jaketnya yang berwarna biru, dan meletakkan benda tersebut di atas tempat tidur mereka.

"Banyak yang harus ku selesaikan di kantor." Jawab Dyo, lengkap dengan wajahnya yang memang sudah sangat lelah, dan butuh tidur.

"Dengan enggak kasih kabar? Ngebiarin aku nunggu kayak orang sinting?" Tanya Lingga sekali lagi, tentu saja karena lagi-lagi harus menghadapi kenyataan memang dirinya tidak pernah penting bagi laki-laki itu.

Kali ini Dyo mencoba untuk lebih tenang, padahal nada suara Lingga tidak terdengar naik satu oktaf pun.

"Aku minta maaf, Lingga..."

Lingga menurunkan kedua bahunya yang memang sudah lemah. "Aku nunggu, Dyo..."
Tatapan kedua mata Lingga menanar, lalu ia berucap lagi, "aku punya kamu, tapi kayak enggak punya. Ngerti, enggak?"

"Aku ngerti kamu sibuk, tapi memangnya sesibuk itu sampai-sampai lupa ada aku? Atau gimana, sih, Dyo? Coba kasih tau aku, deh... Biar aku ngerti, dan mungkin bisa bikin aku enggak perlu nungguin kamu lagi..."

Dyo terkesiap, kedua matanya membulat, dan sungguh ia tidak menyangka akan ada kalimat seperti itu yang ke luar dari mulut Lingga. Dyo paham ia sudah sangat keterlaluan kali ini, namun memang ada sesuatu yang tidak bisa ia tinggalkan begitu saja.

Sesuatu yang tidak mungkin ia katakan dengan jujur sekarang ini.

"Ini yang terakhir." Dyo kembali berjanji seperti yang sudah-sudah.

"Bullshit." Potong Lingga total menolak mempercayai janji laki-laki itu.

Keduanya terdiam begitu saja, seolah sama lelahnya dengan segala perdebatan mereka.

Lingga mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk karena mencoba menghalau tatapan Dyo yang selalu mampu membuatnya luluh. Kedua matanya menyusuri surai pirang Dyo yang baru.

Bahkan Lingga tidak tahu menahu tentang niat laki-laki itu untuk mengganti tatanan rambutnya seperti ini.
Menambah kerisauan Lingga tentang makna dirinya untuk Dyo.

Apakah dirinya masih berarti untuk Dyo seperti saat pertama kali mereka memutuskan untuk bersama?

Apakah dirinya masih memiliki Dyo sebagai seorang pasangan yang sah?

Mengingat begitu banyaknya kegiatan laki-laki itu yang tidak pernah ia ketahui. Padahal dulu, bahkan dirinya lah yang membantu Dyo bersiap-siap ketika harus memenuhi jadwal modelingnya.

"Aku bahkan enggak tau lagi kamu itu siapa..."

Percaya lah, bukan hanya Lingga yang tersakiti dengan kalimat barusan.

Glimpse of Heaven : Fate - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang