So High

328 34 42
                                    

Jalanan Ibu Kota pada penghujung minggu akan selalu ramai.

Lingga bukan tidak suka, namun kemacetan merupakan salah satu hal yang ia hindari apalagi harus menyetir seorang diri seperti kali ini.

Indra meminta jatah cutinya mulai kemarin, karena ada satu dan lain hal yang bersifat mendesak dan harus segera diselesaikan oleh laki-laki itu. Permasalahan keluarga, mungkin. Lingga belum ingin terlalu banyak bertanya. Tidak pantas juga, rasanya. Terkecuali kalau Indra yang bercerita sendiri.

Tapi mungkin nanti Lingga akan mencoba bertanya, bisa jadi sebenarnya Indra ingin bercerita banyak, namun waktu mereka yang belakangan memang jarang sekali senggang bisa jadi merupakan alasan Indra tidak memiliki kesempatan untuk bercerita kepadanya.

Saking padatnya, Lingga bahkan hampir lupa bahwa ia sudah bersuami, saking ia malas sekali hanya untuk bertukar kabar via aplikasi pesan hijau.

Lingga betul-betul hanya ingin fokus, sama seperti Dyo yang fokus dengan hidupnya, tanpa ada Lingga di dalam situ.


***


Setelah hampir satu setengah jam perjalanan, Lingga akhirnya tiba di dalam pekarangan Rumah Adhiwangsa. Rumah megah itu terasa begitu sunyi. Entah Lintang sudah kembali dari kantor atau belum. 
Membuat Lingga melirik ke dalam jam tangannya sekilas, dan mendapati waktu sudah menunjuk hampir tengah malam.

Namun Lintang tetap lah Lintang.

Passion laki-laki itu memang bekerja, maka tidak ada yang merasa dirugikan dari kedudukannya sebagai satu-satunya penerus Adhiwangsa Group.

Malam ini Lingga hanya ingin segera merebahkan tubuhnya yang sudah mulai linu, sembari mengingatkan dirinya sendiri untuk mengkonsumsi vitamin sebelum tidur. Besok masih banyak yang harus ia kejar untuk persiapan Pameran, dan semoga saja Indra bisa lebih cepat kembali bekerja, sebelum waktu yang diperkirakan.

"Mas Lingga."

Lingga yang tengah melangkahi undak demi undak dengan perlahan terdistraksi sebentar dengan sebuah sapaan. Seorang Pekerja rumah tangga kemudian mendekatinya dengan membawa sebuah nampan berukuran sedang, dengan di atasnya sudah tersaji secangkir kopi hitam yang masih mengeluarkan kepulan hangat.

"Mas Lingga mau saya buatkan minum juga?"

Dahi Lingga terlihat mengerut heran. Namun sebelum Lingga kebingungan lebih jauh, si Pekerja menambahkan lagi, "tadi Mas Dyo minta dibuatkan kopi, mungkin Mas Lingga mau saya buatkan teh hangat, seperti biasa?"

"Dyo pulang??"

Wanita paruh baya yang menggelung rambutnya begitu rapi itu kemudian menganggukkan kepalanya dan tersenyum lembut. Sedikit banyak mungkin ia mampu meraba apa yang tengah terjadi di dalam hubungan Lingga dan Dyo, maka senyumnya sungguh tulus melihat perubahan air muka Lingga yang kentara sekali bahwa Lingga bahagia.

"Baru aja, mungkin sekitar setengah jam yang lalu, Mas Lingga."

Lingga menganggukkan kepalanya begitu bersemangat. "Aku enggak perlu dibuatin apa-apa, tapi ini aku yang bawa aja. Terima kasih banyak, Bu..." Kata Lingga sopan sedetik kemudian.

Maka setelah wanita Pekerja itu kemudian mengangsurkan nampan yang tadi ia bawa kepada Lingga, wanita itu memilih kembali turun ke lantai bawah, sebelum akhirnya sebuah suara kemudian mengalihkan perhatiannya.

Kepalanya menoleh, senyum tuanya kemudian kembali terkembang, sama seperti yang ia berikan kepada Lingga.

"Selamat malam, Mas Aji."

Glimpse of Heaven : Fate - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang