Solitude

241 33 17
                                    

"Kalau dibilang Liam memanfaatkan situasiku dan Dea waktu itu, ya... Enggak apa-apa." Arsa menolehkan kepalanya ke arah Dea, seolah meminta persetujuan kekasihnya itu atas kalimatnya barusan. "Karena yang aku dan Dea rasakan malah bersyukur, Liam mau membantu kami, selalu ada untuk kami. Terlebih lagi untuk Dea."

"Cuma memang aku akui kalau ini termasuk keputusan yang gegabah, yang Liam ambil waktu itu, apalagi di tengah keadaanku yang kritis." Lanjut Arsa lagi.

"Aku sempat ngobrol sama Dea, becanda aja gitu ngomongnya buat godain dia." Arsa tertawa lagi, padahal tak ada sesuatu yang lucu terdengar di telinga Lingga.
"Kalau seandainya aku benar-benar enggak ada harapan, kamu bisa lanjut beneran sama Liam, lho, yang..."

Sepasang kekasih itu kembali tertawa bersama. Dan seperti tadi, Lingga masih tidak paham di mana letak lucunya, namun yang ia pahami malam ini adalah, sejauh penglihatannya, Arsa dan Dea baik-baik saja dan sangat bahagia.

"Tapi enggak..." Dea menyambung kalimat Arsa.
"Aku enggak bisa menyerah soal Mas Arsa, juga enggak mau semakin memperkeruh keadaan." Imbuh gadis cantik itu lagi. "Berita pertunanganku dan Mas Aji saja sudah cukup bikin Ayah dan Lintang enggak percaya dan sangat murka, kalau kamu tau, Kak. Karena waktu itu enggak ada satu pun orang yang tau keadaan Mas Arsa sebenarnya, terkecuali aku dan Mas Aji. Dan mereka beranggapan kalau Mas Aji merebut aku dari Mas Arsa, maka Mas Arsa tiba-tiba menghilang dari peradaban."

"Mas Aji sampai bilang ke Om Damaris juga waktu itu, supaya jangan sampai keceplosan soal ini ke Ayah atau Lintang, atau mungkin kamu dan Mas Dyo." Dea menjeda kalimatnya sebentar.

Lalu Dea kembali menjelaskan segalanya dari sudut pandang-nya agar Lingga lebih mengerti, "aku juga enggak mungkin bisa menggantikan kamu untuk Mas Aji, mengingat harus sebegitunya ia berlagak baik-baik saja untuk menghadapi pernikahanmu dan Mas Dyo, kalau memang yang dibilang Mas Arsa soal kemungkinan aku beneran lanjut sama Mas Aji kalau akhirnya Mas Arsa enggak tertolong."

"Mas Aji cinta sekali sama kamu, Kak... Aku sendiri terkadang enggak bisa percaya kalau ada laki-laki yang enggak bisa sedikit saja mengubah perasaannya walau sudah bertahun-tahun lamanya." Dea menatap Lingga lekat-lekat seolah memberitahukan bahwa tak ada satu pun kalimatnya yang mengada-ada. "Tapi setiap kami bertemu untuk sekedar berbagi kabar soal Mas Arsa, atau ketika Mas Aji menyempatkan ke sini untuk sekalian bertemu dengan Mas Arsa, yang dia ceritakan hanya soal kamu saja..."

"4L." Timpal Arsa dengan air muka yang jenaka, "Lingga Lagi, Lingga Lagi."

Setelah beberapa menit ketiganya terdiam, akhirnya Lingga mencoba mengutarakan maksud kedatangannya ke sini, walau sempat terdistraksi dengan begitu banyaknya cerita mengenai Aji yang diungkap oleh Arsa dan Dea tanpa ia ingin tahu terlebih dahulu.

Sempat membuatnya hatinya begitu membuncah...

Kembali membisikkan nama Aji di dalam hatinya...

Walau suara bisikannya masih sangat sendu, juga sengau...

"Aku ke sini mau minta maaf, Mas Arsa, Dea..."

Kalimat Lingga sontak membuat raut wajah Arsa dan Dea berubah menjadi sangat muram.

"Sedikit banyak aku yang jadi penyebab sesuatu yang seharusnya enggak terjadi. Aku malah sempat menjauh dari Dea disebabkan oleh hal-hal yang seharusnya enggak perlu kupikirkan. Aku ngerasa canggung waktu itu, dengan bayanganku yang hampir sama dengan Lintang dan Ayah, dan lain-lain."

Arsa menghembuskan nafasnya dengan perlahan, seolah mampu merasakan betapa berat perasaan Lingga saat ini, mengingat segala sesuatunya pun sangat berat kalau ia coba lihat dari sisi Aji.

Glimpse of Heaven : Fate - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang