Guilty

211 32 43
                                    

Aji dan Dea sudah tiba terlebih dahulu di Rumah Besar, tepat masuk waktu makan malam, seperti yang diminta oleh Lintang. Keduanya tampak sangat serasi dengan pakaian yang tidak terlalu formal.

Seperti yang ditakutkan oleh Lintang, Tuan Jayeng tampaknya tidak begitu tenang kalau tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan ketiga buah hatinya secara lengkap. Maka dengan alasan itu lah Lintang meminta kedua kakak tertuanya untuk datang malam ini. Sekedar makan malam, dan mengobrol santai.
Semoga saja beneran santai, ujar Lintang di dalam hatinya.

Sesekali Lintang akan menolehkan kepalanya ke arah pintu utama. Seolah berjaga-jaga kalau seandainya Dyo dan Lingga juga sudah tiba.

Malam ini merupakan malam pertama mereka kembali bertemu dan berkumpul dengan lengkap setelah lumayan lama berselang, tepatnya sejak Dyo dan Lingga memutuskan untuk menikah.

Seharusnya yang merasa gugup adalah Aji. Namun Lintang juga tidak mampu membohongi perasaannya yang memang terasa sangat tidak tenang.

"Dyo dan Lingga sudah di mana, 'Nak?"

Kini Lintang ganti menolehkan kepalanya ke arah Tuan Jayeng, sang Ayah. "Sudah di jalan, Yah." Jawabnya dengan melirik sekilas ke arah Aji. 

Sebenarnya Lintang juga tidak begitu yakin dengan jawabannya barusan, karena dirinya pun hanya berbekal jawaban Lingga tadi siang yang mengatakan Dyo akan pulang ke Studio terlebih dahulu, dan mereka berdua akan berangkat bersama-sama ke Rumah Besar malam ini.

Semoga saja benar...

Lintang tidak ingin membayangkan akan seperti apa kecewanya Tuan Jayeng setelah mengetahui keadaan rumah tangga para buah hati kesayangannya itu, kalau Lingga memutuskan datang seorang diri malam ini.
Tanpa Lintang sadari, bahwa orang tua mereka satu-satunya tersebut bahkan sudah tahu lebih dulu.


***


Lalu, setelah hampir lima belas menit kemudian, beberapa Pekerja rumah tangga terlihat lebih sibuk dibandingkan sebelumnya, dan penyebabnya sudah dapat dipastikan oleh Lintang sendiri. 

Akhirnya Lintang mampu bernapas lebih lega, setidaknya untuk saat ini. Perkara makan malam di atas satu meja nanti, akan ia coba tidak ambil pusing.

"Selamat malam, semuanya." Sapa Dyo dengan raut wajahnya yang riang, pun tak ketinggalan dengan Lingga sendiri. 

Lingga langsung mendekat ke arah Tuan Jayeng, memeluk tubuh tua itu dengan sangat erat. Tampak sekali bahwa ia rindu dengan sosok hangat Tuan Jayeng, karena bagaimana pun Beliau lah yang menjadi orang tuanya kini.

"Kamu sehat?" Tanya Beliau penuh perhatian, yang dijawab oleh Lingga dengan sebuah senyuman yang sangat manis, juga begitu lebar. Lingga benar-benar tidak mampu menyembunyikan perasaan rindunya untuk sang Ayah.

"Ayah sehat?"

"Ayah sehat, 'Nak. Tapi besok pagi Ayah harus pergi kontrol seperti biasa." Kepala Tuan Jayeng lalu menoleh ke arah Lintang sebentar. "Tadi Ayah sudah minta tolong Dwi untuk buat janji dengan Om Damaris, 'Nak. Bantu Ayah untuk ingatkan Dwi kembali."

"Baik, Yah." Jawab Lintang patuh sambil bergegas menghubungi Dwi menggunakan ponselnya.

Lingga sedikit lupa dengan gejala stroke ringan yang diderita oleh Tuan Jayeng saking tak pernah didengarnya sang Ayah mengeluh kesakitan.

Atau mungkin karena dirinya sendiri yang tidak tahu menahu?
Mengingat dirinya juga baru-baru ini kembali ke rumah ini. Namun rasanya Lintang tidak mungkin menyembunyikan suatu hal penting macam berita kesehatan orang tua mereka itu.

Glimpse of Heaven : Fate - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang