Promise

194 27 23
                                    

Riuh tepuk tangan masih terdengar sangat berisik di kedua telinga Dyo yang sudah berdiri pada perbatasan pintu ruangan yang sedang ditempati oleh Lingga khusus untuk acara malam ini.

Ia mendapati sebuah buket bunga yang sudah terpajang begitu apik, ada di situ seolah memang disengaja demi mengalahkan buket bunga miliknya.
Hanya sebuah pikiran yang diakui Dyo cukup kotor untuk ukuran seseorang yang baru saja sempat meluangkan waktunya untuk datang malam ini, padahal acara tersebut tidak sampai menyita setengah waktu bekerjanya, namun Dyo cukup merasa terasingkan dengan sebuah dugaan yang ia buat sendiri dengan sengaja.

Buket itu dihiasi bunga berjenis sama dengan miliknya, juga berwarna merah, namun entah mengapa Dyo begitu tidak terima, apalagi setelah ia mencari tahu siapa pengirimnya.

Namun begitu, Dyo mencoba menahan perasaan tak sukanya yang timbul karena sebuah kenyataan kalau Lingga telah menerima buket bunga itu lebih dulu ketimbang buket bunga yang sengaja ia siapkan di dalam perjalanannya menuju ke sana.

Ada sesuatu yang perlahan menyelusup di dalam dadanya...

Tidak sepantasnya ia merasa sakit hati setelah apa yang telah ia perbuat atas pernikahannya bersama dengan Lingga, namun hatinya kian digerogoti oleh perasaan cemburu yang tak kuasa ia bendung karena hal di atas tadi.
Hal yang mungkin dinilai sangat remeh oleh orang lain.

Satu hal yang mengalahkan perasaan bersalahnya, yang sempat membuatnya ingin mengalah, lalu memutuskan untuk melepas Lingga, demi seorang laki-laki yang ia akui sangat rapuh hanya karena hubungan mereka yang sedarah.

Tak berapa lama kemudian, Dyo buru-buru membalikkan tubuhnya berlawanan arah, berjalan tergesa-gesa ke luar dari ruangan itu, lalu langsung masuk ke dalam sebuah toilet yang terletak di luar dan tak jauh dari ruangan tersebut, setelah didengarnya ada beberapa suara ketukan sol sepatu yang saling susul-menyusul satu sama lain, sedang berjalan tak jauh dari sebuah belokan lorong panjang, dan mengarah ke ruangan Lingga.

lagipula, ia perlu menenangkan hatinya terlebih dahulu.
Kalau tidak, bisa saja ia mengulangi pertengkaran mereka seperti terakhir kali. Maka dari itu Dyo memutuskan untuk berpura-pura baru saja tiba di sana ketika nanti beranjak menghampiri Lingga setelah ini.

Dyo menyeka wajahnya menggunakan kucuran air segar yang keluar dari keran wastafel, memperhatikan pantulannya yang kusut dan tak berdaya. Mencoba melenyapkan sebuah kegundahan yang selalu muncul kalau sudah menyangkut Lingga.
Sebuah perasaan yang kalau boleh jujur tidak begitu ingin ia pikirkan. Karena memang seharusnya tidak akan pernah timbul kalau saja Lingga tidak mengetahui hubungan sembunyi-sembunyinya bersama dengan Hasi.

 Karena memang seharusnya tidak akan pernah timbul kalau saja Lingga tidak mengetahui hubungan sembunyi-sembunyinya bersama dengan Hasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dyo menghabiskan beberapa detik kemudian dengan termenung...

Sebelah tangannya lalu meraba helaian rambutnya yang berwarna pirang, warna yang sempat terang-terangan tidak disukai oleh Lingga, dengan alasan karena ia mengubahnya tanpa meminta izin Lingga terlebih dahulu. 

Glimpse of Heaven : Fate - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang