Bab 7

1K 117 10
                                    


Have fun!!!^^

Jika ada penyamaan alur cerita secara tidak sengaja. Maka saya tidak akan melanjutkan cerita ini dan menghapusnya, jangan lupa vote ya!










Tepat hari ini, skors Noya berakhir dan dia kembali ke sekolahnya menjalani pelajaran seperti biasa, Noya ingin mengunjungi gym yang sudah lama tak ia kunjungi ia rindu dengan bola voli nya.

"Dukk!" Suara service bola terdengar hingga luar gym membuat Noya semakin tertarik untuk segera memasuki gym, Noya mendapati dua murid kelas satu yang berada di gym. Laki laki bersurai hitam dengan tinggi 180 cm melakukan service dan satunya lagi anak laki laki yang sepertinya tinggi Noya dengan anak itu sama, ia memperhatikan service yang dilakukan anak bersurai hitam itu. 

"Duakk!!"

Bola melambung kelangit langit, membuat kedua anak itu terkejut, 'Cara terima yang sempurna' batin anak laki laki bersurai hitam yang bernama Kageyama Tobio dengan tinggi 180cm. 

"Lebih pendek dariku..."

"APA??!! KAU MAU KUPUKUL??!!"

Noya menatap tajam kearah anak yang mengatakan jika ia lebih pendek darinya, Hinata Shoyo. Laki laki bersurai jeruk itu meminta maaf.

"Namaku Nishinoya yu, dan pacarku adalah Azumane Asahi dia seorang ace hebat"

Sore ini latihan selesai dengan cepat karena adik kelas satu mereka ada ulangan harian besok, Asahi duduk di pinggir gym memperhatikan Noya yang berbincang ria dengan adik kelasnya.

"Benar kan ucapanku, Nishinoya akan akrab dengan adik kelasnya kau tak perlu mengkhawatirkan dirinya" Ucap Suga membuyarkan kefokusan Asahi, ia tertawa pelan dan mengacak rambutnya. "Sepertinya ada seorang raja yang menggantikan posisiku sekarang" Bisik Suga pelan.

"Dan anak berambut jeruk itu bertekad sepertimu" Ucapan Suga membuat Asahi melirik ke Hinata yang berbicara dengan Noya, ia merasakan ketenangan karena melihat Noya tersenyum lebar karena sejak kejadian dirinya sakit Noya dan diketahui Asahi dia jarang sekali tersenyum, walaupun Tanaka selalu membuatnya tertawa dengan paksa. Tetapi kali ini, Noya tersenyum dan tertawa dengan tulus sejak berbicara dengan Hinata.

 Tetapi kali ini, Noya tersenyum dan tertawa dengan tulus sejak berbicara dengan Hinata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Cumil ya gaes?^^)





Malam hari mereka pulang bersama dan Noya berencana menginap di rumah Asahi karena ibu Noya sedang berpesta dengan laki laki di rumah, Asahi khawatir jika asma Noya bakal kambuh. Rumah itu belum clear dari bau asap rokok. Asahi menggendong Noya karena dia kelelahan terlalu bersemangat latihan bersama Hinata dan teman temannya.

 "Hei sayang" bisik Noya di bahu Asahi, sang empu yang dipanggil pun menoleh ke sumber suara. "Ada apa?" Asahi mengelus pipi Noya, ia menguap dan mengeratkan pelukannya di leher Asahi. "Aku mencintaimu, jangan tinggalkan aku" Ucap Noya dan tertidur di punggung Asahi.

Asahi tersenyum dan menghela nafasnya pelan, ditatapnya sang Auristela di langit mereka berkelap kelip indah seakan turut senang melihat keromantisan Asahi dan Noya. "Will Never, suatu saat namamu akan menjadi Azumane yu dan bukan lagi Nishinoya yu" Asahi memperhatikan gelang yang ia pakai, ya itu pemberian sekaligus hadiah sweet couple dari Noya sebagai bukti mereka akan selalu terikat dan tak akan pernah meninggalkan satu sama lain.



Asahi membuka kunci pintu rumahnya dan masuk kedalam, ia tutup kembali pintu depan dan menuju lantai atas untuk membaringkan Noya dahi lembut itu ia cium dan menggantikan seragam Noya dengan baju tidur.  Asahi menenggelamkan wajahnya di bathup yang sudah berisikan air dan sabun, samar samar ia mendengar suara yang menghantuinya.

"Dia anak sampah, kenapa kau tertarik dengan anak sampah itu?! aku menyesal telah melahirkannya, bawa saja dia ke manapun,ke neraka pun tak apa..."

"kau?! kekasihnya?! huh, ternyata anak sepertimu sudah mengerti cinta" Wanita hanya dengan memakai dalaman itu memukul anak laki laki yang terpojok di ujung ruangan dengan tongkat.

"Ibu,,, tolong jangan sakiti Asa- arghh" 

"Arghh... pergi!! pergi kau!! jang-jangan kau makan paru paruku" Asahi terlonjak dari lamunannya ia mendengar suara Noya yang kesakitan, ia segera memakai handuk di pinggangnya dan berlari menghampiri kekasihnya. "H-hei Noya ada apa sayang, bangunlah ini aku, Asahi" Asahi mengguncang tubuh Noya yang mengeluarkan begitu banyak keringat ia menendang ke segala arah dan tangannya meremas ke dada.

Asahi memeluk Noya dengan erat, "Tidak... hiks ja-jangan sakiti aku, a-aku i- hiks ingin bersama Asahi hiks s-san" tangan Noya berhenti memberontak dan menangis sesenggukan, Asahi membiarkan Noya yang mencakari bahu kanannya, ia tahu kekasihnya sedang ketakutan.

"Calm down darling, i'm here" Bisik Asahi mengelus punggung Noya lembut, ia masih menangis di pelukan Asahi.

"A-asahi san..." Noya perlahan terbangun ia mengusap air matanya di dada bidang Asahi, "Bentar... Asahi san kenapa tidak memakai baju?" Wajah Asahi merona melihat pipi Noya yang menggembung di dada bidangnya. Asahi tak tahan melihat keiumatan di depannya, ia langsung menciumi wajah Noya dengan ganas. "He-hweiii.... Asahi sann itu ahahahh gelwiii"

"Ahahaha hei hentikan itu Asahi san..." Asahi membaringkan Noya menciumi setiap jengkalnya dan kembali ke bibir Noya, "Look at this, my libero is lying gracefully on my bed" tangan Asahi berhenti di tangan Noya dan menciumi nya. "Setiap jengkal tangan ini bagaikan dewa penjaga"

"Dan Ace yang sebenarnya, tengah menguasaiku di ranjang ini"

"You're like dumplings"

"it's my favourite food, baby"

"Kita lihat siapa yang menang"

"Baiklah, aku duluan yang mulai"





"A-ahh...nghh... perih..."

"Sudah kubilang kalau mukul make bantal di dapur itu pelan pelan, kena pisau kan" Asahi menuangkan betadine di lengan Noya yang terluka, saat mereka main perang bantal, Noya tidak sengaja menyenggol pisau di meja dapur, ya akhirnya membuat lengan Noya terluka.

"Maafkan aku..." Noya menunduk menyesali perbuatannya, Asahi tersenyum lembut, ia mencium bekas luka di lengan Noya dan mengelus rambut Noya halus.

"Iya gapapa, tidur yuk sudah jam sembilan. Ga baik begadang buat remaja" Asahi merapikan kotak P3K dan menyimpannya di rak, setelah itu ia menggendong Noya menuju kamar. Dibaringkannya Noya dan Asahi menyusul tidur mendekap Noya di pelukannya, "Good night dear, sweet dream" bisik Asahi mengelus kepala Noya.

"Night too"









Haii guys ^^

Terima Kasih sudah mau mampir dan membaca fanfic AsaNoya ini jika ada kesalahan pengetikan (typo) dan alur yang tidak jelas, kalian boleh ngasih kritik dan sarannya love you all ❤️❤️❤️

Surrender [[AsaNoya]] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang