Have fun!!!^^
Jika ada penyamaan alur cerita secara tidak sengaja. Maka saya tidak akan melanjutkan cerita ini dan menghapusnya, jangan lupa vote ya!
"Hei Asahi san, apakah aku terlihat cantik memakai ini?" Noya menunjukkan baju khusus operasi nya kepada Asahi yang tengah duduk meminum kopinya. Laki laki bersurai coklat gelap itu tersenyum, tangan besarnya mengelus pipi kurus Noya.
"Kau selalu cantik memakai baju apapun itu" Asahi menarik Noya kepelukannya, sudah jelas tubuh Noya kelelahan memikul semuanya. "Jangan menyusul ayahmu ya"
"Aku sudah berjanji kepada Asahi sa-..." Asahi menghentikan ucapan Noya dengan mendekapkan kaki ramping Noya di paha Asahi.
"Panggil aku dengan sebutan sayang"
Walaupun tertutup ventilator, wajah Noya tetap terlihat merona dan manis di mata Asahi."S-sayang..." Noya menunduk malu saat mengatakan itu, wajahnya merona karena Asahi menggodanya dengan mencium pipi Noya.
"Heee... Aku tidak mendengarnya, tolong ucapkan sekali lagi" goda Asahi.
"A-aku mencintaimu sayang" Kali ini yang saling adalah Asahi, ia membuka ventilator Noya dan mencium bibir keringnya dengan tulus.
"Noya san, apakah kau sudah siap masuk ruangan operasinya?" Seorang suster memanggil dari luar ruangan.
"Tolong dua menit lagi ya..." Asahi menyahut panggilan suster tadi.
"Baiklah... segera ya..."
Asahi masih memeluk tubuh mungil Noya di tubuhnya yang kekar, Noya hanya membalas pelukan Asahi dengan melingkarkan tangannya di leher Asahi.
"Cepatlah sembuh, akan kubuatkan bubur ayam yang banyak... dan akan kubelikan bakpao kesukaan mu. Menikmati ladang bunga dandelion bersama, dan melihat pantai..." Suara Asahi terpotong karena ia menangis, ia tak ingin kehilangan sosok satu satunya orang di hidupnya.
"Hei cupu giant , aku sudah berjanji padamu kan?" Kali ini Noya membuka ventilatornya, ia tersenyum manis kepada Asahi yang masih meneteskan air mata.
"Aku tidak akan meninggalkanmu, kamisama selalu mendengar setiap ucapan kita... harusnya kau tersenyum karena aku akan segera sembuh dari penyakit ini..."
Senyum, senyuman itu....
Kali ini berbeda dari hari harinya, senyum dari Nishinoya Yuu seperti Auristela yang menghanyutkan."Berjanjilah padaku, buatkan aku bubur ayam dan bakpao dari tangan mu sendiri" Noya turun dari pangkuan Asahi dan melepas pelukan Asahi.
"Aku pasti bisa..."
"Tuan Nishinoya?"
Seorang suster mendorong kursi roda Noya, Asahi mengikuti dari belakang mereka. Setelah menyusuri lorong selama 15 menit, mereka sampai di depan ruang operasi.
"Sebentar suster..."
Kursi roda itu berbalik menghadap Asahi yang masih dengan wajah murungnya.
"Cupu giant, tersenyumlah, aku benci seseorang yang selalu murung...."
"Jangan panggil namaku cupu giant, aku ini Azumane Asahi..."
"Ahahahaa baiklah, jaane Asahi san..." senyum Noya tenggelam memasuki ruang operasi yang sunyi, lampu tanda operasi dimulai menyala secara diam.
'Engga...tolong jangan masuk...Yuu... Aku ga mau...'
Asahi selalu berpikir bahwa dirinya akan egois jika menyuruh Noya kembali padanya dan tidak usah melakukan operasi, "daijobu... orang seperti aku tidak akan pernah menyerah Asahi san, aku akan segera sembuh walaupun hidup dengan satu paru paru, jadi tersenyumlah jika tuhan masih menyempatkanmu untuk tersenyum. Aku hanya operasi kok ^^"
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender [[AsaNoya]] (END)
FanfictionSemua karakter disini adalah milik Haruichi Furudate, saya hanya meminjamnya. Karena jarang banget ada yang bikin fanfic AsaNoya, jadi aku bikin aja. Maklumi jika ada typo atau kesalahan kata, karena saya amatiran. "Between Ace and perfect Libero" H...