.
.
.Tiba di Hamelin, Eric tak menahan Jeno yang memesan kamar hotel, mungkin dia ingin istirahat dulu sebelum memenuhi janji temu mereka dengan Miyeon nanti malam. Sampai di hotel, Eric berjalan lurus ke arah jendela lalu menatap keluar.
"Kak Miyeon bilang dimana mahasiswa itu bunuh diri?" Tanya Eric.
"Nggak." Jawab Jeno merebahkan diri di atas kasur. "Ngomong ngomong, Ric. Lu tadi baru menceritakan 4 Muse ke gua. Masih kurang satu, siapa itu namanya.. Melpomene?"
Eric mengangguk, "Melpomene lah, yang bikin gua mau ngajak Kak Miyeon kerja sama."
Jeno menaikkan sebelah alisnya, "kenapa?"
"Tusukan pisau di dada sang korban. Melpomene mewakili tragedi, Jeno. Pemukul atau pisau dilambangkan untuknya. Bukan kebetulan seorang mahasiswa pergi ke Hamelin, dikejar oleh sosok yang tak diketahui, bunuh diri, meninggalkan pesan berupa nama Polihimnia dan ketika ditemukan dia mendapat tusukan di dadanya. Sangat aneh memanggilnya kebetulan." Jawab Eric.
"Seandainya gua bisa melihat keadaan mayatnya ketika ditemukan, gua bisa tau apa yang mungkin terjadi beberapa saat sebelumnya." Lanjut Eric sambil mengambil pulpen dan kertas yang ada di atas meja hotel.
"Kita bukan lagi Klub 513 yang diijinkan mendekati mayat ataupun mengambil posisi untuk memimpin penyelidikan. Lu harusnya sadar itu sebelum memutuskan buat bantuin Miyeon tadi." Jelas Jeno.
Eric tertawa garing, "kayaknya lu lupa kalo kasus terakhir kita sebagai Klub 513 cuma sedikit ngelibatin polisi. Dan gua berhasil rampungin itu."
"Iya, karena pelakunya ingin kita menangkap dia, Ric. Ini beda." Balas Jeno.
"Kalau seumpama pelaku emang pingin perang dunia ketiga pecah. Jelas dia ga bisa melakukannya semudah itu di era kayak gini. Sekarang tiap Negara punya masalah mereka masing masing. Jikalau ingin memecah perang dunia, dia harus membuat kerusakan yang besar. Fitnah yang bisa membuat ada dua kubu besar. Lantas bagaimana dia melakukannya ketika isu kelaparan dan kemiskinan jauh lebih penting daripada mengurusi masalah politik negara lain? Kalopun dia punya koloni besar buat menjajah sebuah negara, jelas dia dan koloninya akan kalah." Kata Eric membuat pola abstrak di atas kertas itu.
"Fitnah memang punya damage besar. Tapi mengadu domba dua negara adidaya dan adikuasa lebih mengerikan lagi." Kata Jeno tertawa.
"Gua rasa kehancuran yang Rusia dan Amerika buat tak akan memuaskan mereka. Mereka tak akan mendapat keuntungan apapun karena jika dua negara ini berselisih, maka negara lain akan ikut kalang kabut." Ucap Eric.
"China dan Amerika, mungkin?" Tanya Jeno.
Eric kembali menggeleng, "gua yakin bukan itu yang dia harapkan dari perang dunia. Seperti yang kita tau, salah satu penyebab perang dunia pertama terjadi adalah karena pembunuhan putra mahkota Austria di Sarajevo. Pembunuhan itu sebagai bentuk protes terhadap Austria-Hongaria yang memiliki kendali atas wilayah itu. Serbia ingin mengambil alih Bosnia dan Herzegovina sehingga menyebabkan Austria-Hongaria mendeklarasikan perang terhadap Serbia. Atau bagaimana jika ini adalah gerakan Anarkisme, Jeno?"
"Gua lumayan kenal Anarkisme karena Kak Juyeon cerita banyak soal itu. Mereka ingin menciptakan dunia 'tanpa pemerintahan' dan untuk mewujudkannya mereka harus menghapus negara yang menentang paham politik itu. Tak peduli seberapa banyak jumlah nyawa yang harus dikorbankan, mereka hanya ingin dunia yang tak memiliki strata sosial." Jelas Eric melanjutkan shuudzon-nya. Namun Jeno tak merespon karena dia tertidur, enak banget soalnya dengerin Eric ngebacot. Gayanya kayak lagi mendongeng gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | Universe | Ep.1 : Ajisaka
FanfictionJeno : "Sumpah Eric, sampai kapan kita harus ada di posisi sialan kayak gini?" Eric : "SAMPAI MATI!!" * Setelah pindah ke Rusia, Jeno dan Eric sangat yakin jika hidup mereka akan kembali damai. Tanpa kegiatan yang mengancam nyawa dari Klub 513 a...