6. Ukiran di Atas Seruling

4.2K 1K 329
                                    

.
.
.

    Setelah puas mentertawakan Bunda yang pasti sedang kesal karena kena prank dan setelah Jeno selesai menghabiskan makanannya, Eric menyodorkan layar hpnya dan buku catatan Seonghwa Moran pada Jeno. Dengan seksama Jeno menatap layar hp dan kertas buku itu bergantian.

  "Lu tau gunanya nama nama ini buat apa?" Tanya Eric.

  "Buat nuntun kita ke pelakunya, kan?" Tanya Jeno balik.

    Eric mengangguk, "pertama adalah Kalliope, dia merupakan Muse puisi kepahlawanan, dilambangkan dengan mahkota emas di kepalanya. Artinya cukup simpel, Kak Hwa Moran belom aneh aneh bikin petunjuk, pelakunya punya kedudukan tinggi, entah itu di pemerintahan atau organisasi, yang penting dia orang yang berpengaruh. Kedua adalah Kleio dan petunjuknya udah mulai ngadi ngadi."

  "Ngadi ngadi gimana?" Tanya Jeno ikut was was.

    Eric tak menjawab dan hanya menunjuk halaman ke empat belas dari buku itu. Tepatnya di sebuah kalimat yang berbunyi "terkadang angka bisa lebih baik dalam menyampaikan sesuatu, katanya."

  "Jangan sampai kita suruh ngitung tetes air di samudra buat nyariin pelakunya -_-" Kata Jeno.

    Eric ketawa, "awalnya gua mikir gitu juga. Gila kalo kita disuruh ngitung berapa banyak pasir di bumi, tapi ternyata kalimatnya punya arti kalo pelakunya suka main angka. Gua sadar pas baca 'katanya' ini pasti merujuk ke pelakunya."

  "Gua sekarang paham kenapa Kak Lino sama Kak Seonghwa jadi bestie. Pada bucin angka semua. Kasihan masa mudanya ga buat bucin cewek." Kata Jeno.

  "Mulut lu gaada akhlak, Jen. Jangan samain mereka ama lu yang bucin kaum hawa." Balas Eric.

  "Lah? Berarti kan gua normal. Kalau gua bucin kaum adam, berarti gua kelainan, anjir." Kata Jeno.

    Eric menahan emosi, "Gatel banget mulut gua pingin misuhin lu."
 
 
  "Jadi petunjuknya orang yang suka angka, gitu? Siapa aja bisa kali. Jangankan kriminal, gua kalo ditawarin uang yang jumlah nol-nya banyak juga mau mau aja. Makhluk planet mana yang ga suka uang?" Tanya Jeno.

  "Itu bukan jumlah uang, Jeno abang gantengnya Eric yang Masyaallah pingin dipukul palanya, maksudnya tuh, pelakunya kemungkinan ngasih petunjuk ke 'pengikutnya' pakai susunan angka." Eric menjelaskan dengan sabar.

  "Oh gitu, bilang dari tadi makanya." Kata Jeno.

  "Sumpah Jen, gua mulai bertanya ke dunia kenapa nggak gua aja yang keluar duluan?" Kata Eric.

  "Takdir. Jadi yang Kleio petunjuknya itu, terus selanjutnya Erato, kan? Petunjuknya apa?" Tanya Jeno.

  "Nah, kalo ini cuma lu yang bakal paham petunjuknya." Kata Eric bertepuk tangan, "Erato mewakili puisi cinta. Dia digambarkan dengan 2 burung merpati yang sedang memakan biji bijian di kakinya. Soal puisi cinta, gua pernah denger dari nenek itu kalo kesedihan terbesar manusia selalu atas nama cinta, di saat yang bersamaan gua inget dosen gua bilang kalau kejahatan terbesar di dunia selalu atas nama cinta. Cinta pelaku adalah akar dari masalah ini, apa yang dia cintai?"

  "Tentang balas dendam untuk keluarganya?" Tanya Jeno.

  "Bisa jadi. Cinta uang dan tahta juga masuk akal. Gatau juga sih, ini kita yang shuudzon atau emang manusianya gabisa di husnudzon. Gua sebagai Klub 513 kebiasa shuudzon ama orang orang yang gila kekuasaan soalnya." Jawab Eric.

    Jeno membaca halaman itu lagi, dia merasa familiar pada kalimat "Dua burung merpati yang sedang memakan biji bijian di kakinya" Dia kayak pernah denger tapi dimana? Karena mengira Jeno tak tau, Eric merampas buku itu. Jeno terkejut lalu menatap Eric dengan kesal. Hampir aja dia mau melayangkan protes, dia menatap sampul merah buku itu dan langsung teringat sesuatu.

[✔] Klub 513 | Universe | Ep.1 : AjisakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang