9. Daun Lambang Kesetiaan

3.4K 1K 355
                                    

.
.
.

    Setelah ditanyai oleh para polisi, Eric menghampiri Jeno yang juga barusan ditanyai oleh polisi Hamelin di depan laboratorium itu. Eric meminta Jeno untuk mendekat dan Eric membisikkan sesuatu di telinga saudara kembarnya.

  "Kita ga boleh keduluan." Ucap Eric.

  "Keduluan gimana?" Tanya Jeno.

  "Siapapun yang membunuh profesor itu adalah salah satu anggota dari kelompok yang melanjutkan rencana Nobert Alarich. Dia meninggalkan sebuah lambang yang sama persis dengan yang Kak Hwa Moran gambar di buku itu." Jelas Eric.

  "Itu peringatan?" Tanya Jeno.

  "Kurang lebih kayak gitu." Jawab Eric.

  "Tapi kenapa profesor itu yang diincar?" Tanya Jeno. Soalnya dengan kematian profesor, artinya jumlah orang pintar di dunia telah berkurang.

    Eric menatap Jeno dengan muka kesal, "gua kira lu udah langsung tau. Yang bunuh Hongseok itu profesornya sendiri."

  "Hah?!" Jeno terkejut. Respon yang udah sering Eric liat ketika SMA dan Kuliah.

  "Kenapa nggak lu kasih tau polisi itu langsung? Ga guna banget lu nyuruh polisi nyariin paspornya." Lanjut Jeno.

  Eric berdecak kesal, hampir memukul kepala Jeno tapi ga jadi, ga berani dia. "Ya, lu pikir aja kalo gua langsung ngasih tau, yang ada kita keliling Jerman nyariin informasi tentang Nobert Alarich, anjir. Kalo lu lupa, kita cuma manfaatin mereka buat memastikan kalo tebakan gua ga salah. Ntar kalo kita udah dapet infonya Nobert Alarich ama kepastian kalo dia itu pergi ke Turki, kita kasih tau siapa pembunuhnya Hongseok... eh—"

  "Turki?" Tanya Jeno.

    Eric menghela nafas berat, hampir menapuk mulutnya karena keceplosan. "Iya, Turki."

  "Kok Turki?" Tanya Jeno.

  "Iliad." Jawab Eric.

  "Nggak paham." Ucap Jeno.

  "Pengarang Iliad, Jeno. Dia Homeros. Kelahirannya ada di Ionia. Sekarang Antalya, Turki." Jawab Eric.

    Jeno jadi emosi, "hanya karena Muse-nya Kak Hongjoong itu Polihimnia dan alasannya karena Iliad, lu nggak bisa langsung ambil kesimpulan itu berhubungan ama Iliad dan pengarang-nya, Eric. Lu gila, hah?"

    Eric menunjukkan halaman ke delapan belas dari buku harian Seonghwa Moran.
 
 
"Dia mencintai matahari. Dia suka mendengar alunan lira. Dia menanam banyak pohon salam semasa hidupnya. Dia mencintai tumbuhan ivy lebih dari siapapun. Setiap pagi menyenandungkan paian. Dia memelihara gagak daripada merpati, dan dia mencintai sosok yang memimpin sembilan dewi yang bernyanyi."
 
 
  "Lu tau kenapa Seonghwa Moran menuntun kita lewat sembilan Muse itu sekarang, Jeno." Ucap Eric.

    Jeno diam.

  "Karena Seonghwa Moran mengetahui jika Nobert Alarich terobsesi dengan sesuatu. Apakah sesuatu itu? Dia adalah Apollo. Lima Muse ada di kita, artinya, empat Muse lainnya akan menjadi petunjuk berwujud apakah rancangan Seonghwa Moran.. dan bagaimana kita menangkap mereka yang terlibat dengan Nobert Alarich."  Lanjut Eric.

  "Ngapain Hongseok ke Turki? Gua masih nggak paham. Kalo cuma karena Homeros, harusnya itu nggak mungkin—"

    Eric tertawa kecil, memotong ucapan Jeno, "ini lu yang lemot atau lu yang nggak mau ngakuin kebenarannya? Turki bakal jadi papan catur, Jeno. Rencana apapun yang Nobert Alarich dan antek anteknya ini buat, bakal dilaksanakan di Turki."

[✔] Klub 513 | Universe | Ep.1 : AjisakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang