-Part 6

810 121 10
                                    

Pukul 08:45 pagi, kediaman Jennie.

"Hei, bangun! Kim Jennie! Kau kesiangan!" Pria paruh baya itu terus saja menggoyangkan pundak Jennie, tidak akan berhenti sebelum gadis itu membuka kedua matanya dengan sungguh-sungguh.

Jennie mendecak kesal. Memalingkan tubuhnya dari hadapan pria itu seraya menarik selimutnya sampai ujung kepala. Ia masih mengantuk. Masih tidak ingin bangkit dari kasurnya, namun pria itu terus saja mengusik membuatnya mau tak mau langsung terduduk dengan kedua mata yang sedikit terpejam. "Aishh, Appa! Tidak bisakah aku tidur beberapa menit lagi? Aku masih mengantuk." Keluh Jennie mencebikkan bibirnya pertanda kesal.

"Tidak bisa! Cepat pergi mandi lalu susul Appa di bawah." Setelah mengatakannya dengan suara keras, pria itu meninggalkan Jennie seorang diri. Dia sama sekali tidak memperdulikan Jennie yang sedang mengoceh kesal. Hingga pintu di kamar itu kembali tertutup dengan kasar.

Jennie mendengus kesal sambil memukul-mukul permukaan kasurnya, Ayahnya itu sangat menyebalkan, tidak bisa diajak negosiasi sedikitpun. Setelah puas, dengan terpaksa ia berjalan menuju kamar mandinya untuk membersihkan tubuh.

Ia tahu kalo hari ini adalah hari pernikahannya dengan boneka itu. Tapi, tidak bisakah Ayahnya bersikap santai sedikit saja? Rasanya pria paruh baya itu sangat bersemangat dan tidak sabar melihatnya untuk segera menikahi boneka aneh itu.

Lihat saja Jennie, bahkan ia tidak menunjukkan ekpresi lebih di hari ini.



"JENNIE, CEPAT!"

Jennie menambah kecepatan langkah kakinya, menuruni beberapa anak tangga sampai akhirnya menemukan pria paruh baya itu yang sedang berdiri diambang pintu. Jennie hanya memakai pakaian biasa dengan celana jeans yang panjang sampai mata kaki. Ayahnya mengatakan kalo ia tidak perlu repot-repot memakai gaun pengantin sendiri karena ia akan dibantu oleh beberapa wanita saat sampai di tempat acaranya nanti, sekaligus wajahnya akan dihiasi.

"Aku sudah selesai, ayo!" ajak Jennie ketika tatapan pria itu berpapasan dengan manik matanya.

Pria itu sedikit mendecak kesal. Saat Jennie sudah didekatnya, barulah mereka berdua berjalan bersama mendekati mobil hitam yang sudah disiapkan tidak jauh dari pintu keluar. Mobil itu terlihat mewah menurut pandangan Jennie, juga bersih.



Pintu kayu besar menuju aula terbuka. Jennie melangkah pelan, digandeng lembut oleh Ayahnya dari sisi kanan. Bibirnya sejak tadi terkatup tanpa ada hiasan senyum sedikitpun. Matanya beredar, menatap seisi ruangan yang sepi dan sunyi, tidak ada siapapun kecuali Ayah dan Pastor yang sedang menunggunya di depan sana. Ia mengenakan gaun berwarna putih tanpa lengan, seketika menimbulkan kesan anggun dan elegan saat Jennie memakainya dengan sangat baik. Sepasang sapu tangan transparan berwarna putih terlihat juga membungkus telapak tangannya sampai siku, ditambah kesempurnaannya dengan sepatu high heels yang tidak terlalu tinggi berdesain seperti sepatu kaca yang terdapat difilm dongeng. Jennie terlihat sangat cocok memakai semua itu.

Wajahnya hanya dihiasi oleh sapuan tipis make up, rambutnya tersanggul longgar ke belakang dengan anak rambut yang dibiarkan berantakan. Bagian bawah gaunnya jatuh hingga mengenai lantai, namun semua itu tidak membuat Jennie kerepotan. Hingga akhirnya ia sudah sampai dihadapan Pastor yang tengah memegang sebuah boneka pria. Ayah Jennie terlihat mengelus lembut punggung putrinya sebelum melangkah pelan ke belakang. Jennie menajamkan matanya lalu menghela napas pasrah. Boneka itu adalah boneka porselen milik Ayahnya yang sudah dihiasi layaknya seorang pengantin pria.

Dan Pastor itu mulai berucap untuk meresmikan hubungan yang akan Jennie jalani. "Mari kita mulai sekarang." Ucap Pastor itu diiringi senyum tipis.

"Kau, Ahn Yoongi, bersediakah engkau menjaganya seumur hidup dalam keadaan susah dan senang, sakit dan sehat, miskin dan kaya." Ucap Pastor itu lagi yang ditunjukkan untuk boneka yang sedang duduk di atas meja kayu.

Married With A Porcelain DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang