-Part 24

194 29 10
                                    

Jennie memanyunkan bibirnya, alisnya berkerut kesal, ia sengaja melempar pandangannya ke luar jendela mobil agar tidak melihat Yoongi. Kedua tangannya bersedekap di depan dada. Ia memasang wajah cuek meski Yoongi berkali-kali minta maaf sendari tadi.

"Baterai ponselku habis, makanya aku tidak bisa memberitahumu. Tadi ada urusan mendadak ke luar kota, aku tidak bisa menundanya, jadi secepat mungkin aku membereskan urusan itu dan langsung pulang menjemputmu." Jelas Yoongi sesekali ekor matanya melirik ke Jennie yang masih sama. Dia menghembuskan napas panjang. "Aku tidak macam-macam, setelah selesai aku langsung kemari." Sendunya kali ini memelankan nadanya.

Masih tidak mau merespon dahulu. Jennie mengambil ponsel dari dalam tasnya lalu bermain dengan layar itu hingga tanpa sadar mereka sudah sampai.

Jennie menoleh ke kaca, menyadari mobilnya sudah berhenti, ia segera turun sendiri tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Yoongi yang masih di kursinya hanya bisa menunduk lesu lalu turun menyusul Jennie yang kemungkinan sudah masuk.

Pintu apartemen terbuka, Yoongi masuk ke dalam kemudian menutup pintu itu. Dia langsung beredar mencari keberadaan Jennie yang ternyata sedang bersiap-siap di dalam kamar untuk membersihkan diri.

"Besok sepertinya aku akan sibuk, jadi jika kau sudah pulang langsung kabari saja, mungkin aku hanya menjemputmu lalu pergi lagi." Ujar Yoongi sebelum Jennie masuk ke kamar mandi.

Wanita itu tidak merespon. Ada sedikit perasaan sedih yang tersirat saat wajahnya tidak sengaja terlihat. Yoongi menghela napas untuk kesekian kalinya kemudian memutuskan langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

Beberapa menit berlalu.

Jennie sembari mengeringkan rambutnya berjalan keluar kamar. Menyadari tadi tidak ada Yoongi yang terlihat pastinya pria itu sedang berada di ruangan lain.

Dugaannya benar. Aroma yang sedap ini, suara alat dapur yang terdengar tadi, sosok Yoongi tertangkap sedang memasak dari kejauhan. Jennie menaruh handuk bawaanya di kepala kursi, terduduk di sana dengan salah satu tangan yang menopang wajah.

Yoongi masih belum menyadari kehadiran wanita itu. Sampai semua masakannya selesai dan hendak menaruhnya di atas meja, di situ dia baru sadar sosok Jennie sudah menunggu.

Suasana hening terjadi. Keduanya fokus dengan santapannya masing-masing tanpa saling menoleh ataupun berbicara. Yoongi sedang berpikir keras untuk kerjaannya besok, sedangkan Jennie kelihatannya tambah kesal karena Yoongi berhenti membujuk.

"Kalau kau sibuk sekali tidak usah menjemputku, aku bisa pulang sendiri." Celetuk Jennie segera mungkin memalingkan wajahnya agar Yoongi tidak melihat.

Yoongi menoleh cepat, wanita itu sedang berpaling menatap ke samping. "Aku akan tetap menjemputmu mau apapun kesibukanku." Tukasnya dengan penekanan yang terdengar. "Jadi jangan berpikiran untuk pulang sendiri atau meminta bantuan orang lain."

Jennie membuang napas singkat. Bibirnya melengkung ke bawah dengan alis yang mengernyit kesal. Ia beranjak dari kursi, menaruh piring kotor miliknya untuk di cuci lalu melenggang pergi bermaksud ingin menjemur handuk bawaanya. Ia tidak memperdulikan Yoongi memperhatikannya atau tidak, tapi rasanya kesal, pria itu seperti merahasiakan sesuatu, kesibukannya itu menyebalkan.

Selesai menjemur handuknya di luar, Jennie masuk ke dalam. Dengan wajah yang menunduk lesu ia tidak sadar kalau Yoongi berdiri di depannya dan tabrakan dahi itu tidak bisa di hindari. Jennie meringis bermaksud mau mundur tapi tangan pria itu justru memegang punggungnya agar ia tetap di posisi itu.

Jennie mendongak kesal. Semakin lama Yoongi perlahan menarik tubuhnya untuk lebih dekat lagi. Wajah pria itu tampak kelihatan jelas karena rupanya sendari tadi memperhatikan sambil menunduk. Sial, ini bukan waktu yang tepat untuk pipinya memerah.

Married With A Porcelain DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang