-Part 11

727 92 5
                                    

Konten dewasa!
[Mohon bijak, ya.]

-••-

"Ughh, yeaaahh, kau selalu memuaskan, baby." Yoongi mengecup leher Jennie yang sudah dibasahi oleh keringat karena perbuatannya. Sementara di bawah sana, dia masih terus memompa dengan ritme yang tidak terlalu cepat.

Tentu saja mereka melakukannya di dalam kamar. Yoongi memang awalnya berniat untuk melakukannya di ruang tamu, tapi Jennie selalu memberontak dan tidak setuju. Ya... Karena sumber kenikmatannya hanya dari Jennie, jadi Yoongi pada akhirnya mengalah dan menggendong tubuh wanita itu untuk masuk ke dalam kamar. Jennie juga sudah pasrah, memilih untuk menerima semuanya padahal pizza yang ia pesan belum dihabiskan.

"Pelan-pelan, Yoongi. Ughh, ahh, kau bisa melukaiku lagi." Jennie semakin mempererat pegangan tangannya dipundak pria itu, menciptakan goresan yang indah menurut Yoongi di sana. Ini adalah ronde terakhir yang diminta oleh Yoongi, setelah mereka berdua saling mengeluarkan cairannya bersama, maka semua sudah selesai. Napas Jennie semakin memberat, begitu juga dengan Yoongi yang sedang menatap wajahnya. Keringat sudah membasahi seluruh tubuhnya, terkadang menetes ke bawah untuk menandakan seberapa lelah dan nikmatnya permainan mereka berdua. Jennie juga tidak bisa mengelak kalo sebenarnya ia juga sangat menikmati permainan Yoongi.

Yoongi semakin brutal. Wajahnya kini dibenamkan diceruk leher Jennie. Menjulurkan lidahnya untuk menyapu lalu menghisap permukaan kulit itu, membuat Jennie memejamkan kelopak matanya dengan deru napas yang tidak beraturan. "Hahh, hahh, kau masih lama, hm?" Napas berat Yoongi menerpa wajah Jennie yang sedikit mendongak.

"Sedikit lagi." Balas Jennie sebelum menggigit bibir bawahnya lantaran Yoongi langsung beralih mempermainkan kedua dadanya dengan lembut. Ia merasakannya, gelombang itu, gelombang yang sejak tadi ditunggu-tunggu.

"Kau mau keluar, hm? Together." Satu kecupan mendarat dikening Jennie, bersamaan dengan cairan mereka yang ikut keluar. Yoongi mendongakkan kepalanya ke atas, ini sangat nikmat, ia bahkan tidak bisa mengatakan apapun selain mendesah panjang.

Jennie juga merasakan hal yang sama. Tangannya terjatuh, meremas kuat kain yang membungkus kasurnya sampai berantakan. Hingga gelombang itu mulai mereda, tubuhnya langsung terasa sangat lemah, tulangnya terasa dipatahkan oleh sesuatu, dan setelahnya, Yoongi langsung menghujami pipinya dengan kecupan ringan.

"Aku sangat menyukainya, terima kasih. Kau memang tidak pernah mengecewakan."

"Hentikan! Kau membuatku geli!" Jennie menutup sebelah matanya, tangannya mencegah pria itu, bibirnya berhasil tersenyum geli namun secara tiba-tiba, "akhhh! YAAK, Yoongi!" Pria itu membuatnya tersentak lagi, karena mendadak mencabut kejantanannya dari bawah sana tanpa berkata-kata dahulu.

Yoongi tidak memperdulikan tepukan kasar didadanya sebagai tanpa protes dari Jennie. Ia menjatuhkan tubuhnya di samping Jennie, kemudian menarik pelan tubuh gadis itu untuk masuk ke dalam pelukannya. "Kau pasti lelah, tidurlah." Setelah Jennie sudah berada dipelukannya, ia menarik selimut tebal sampai menutupi dada wanita itu. Kemudian jemarinya bergerak, menyusupkan anak rambut wanita itu yang basah ke belakang telinga.

Jennie tersenyum tipis, menatap tubuh Yoongi dengan seksama, sangat berkeringat, namun ia malah menyukainya. Yoongi terlihat berbeda. "Apa kau akan menjadi boneka lagi?"

"Tentu saja, seperti biasa." Kini Yoongi mengelus-elus kening wanita itu, senyumnya tergambar. Ia ingin sekali menghabiskan sepanjang harinya hanya untuk menatap mata Jennie, namun sepertinya tidak bisa. Takdir sudah menentukan jalan lain untuknya.

Married With A Porcelain DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang