-Part 16

267 53 10
                                    

"KAU DITERIMA?!" Jisso refleks berdiri dari kursinya, membuat perhatian pengunjung cafe tertuju ke arahnya, pipinya memerah lalu segera membungkung sebagai permintaan maaf. Jisso kembali duduk, sementara Jennie terlihat menahan tawa di depannya. "diam kau, tadi aku refleks." Ketusnya sedikit kesal.

"Memalukan, pfft." Jennie ikut menunduk malu. "Ya, aku diterima, mereka mengabariku tadi pagi lewat sms. Aku senang sekali, tapi di sisi lain Yoongi sepertinya masih tidak suka jika aku bekerja." Hembusan napas pelan keluar. Jennie meminum minumannya sejenak sebelum Jisso menjawab.

"Yang terpenting dia sudah mengizinkan, itu cukup. Nanti kau hanya perlu membagi waktu saja. Aku sepertinya iri, aku juga ingin masuk ke perusahaan itu seperti kau, jika ada celah untuk masuk, kabari ya." Ujar Jisso, dia ikut senang mendengar kabar Jennie tadi.

"Pasti, aku juga berharap bisa satu kantor bersamamu, ya ga jauh beda seperti-" perkataan Jennie terpotong saat ponselnya berdering lirih. Terlihat nama Yoongi di layar yang menyala itu, menandakan kalau ia harus segera berpamitan pada Jisso. Sebelum itu pandangannya menengok ke arah dinding kaca yang berada di dekat pintu masuk cafe, terlihat Yoongi sedang menunggunya di luar mobil dengan wajah kesal.

Pandangan mereka bertemu. Yoongi segera mengisyaratkan agar wanita yang sedang memperhatikannya itu cepat keluar. Jennie mengerti.

"Sudah dulu ya, Yoongi sepertinya mulai kesal di luar sana, minuman saat ini sudah aku bayar semua anggap saja sebagai traktiran karena aku diterima kerja keke." Ucap Jennie sebelum pergi terlebih dahulu dari hadapan Jisso.

"Baiklah, kabari aku ya jika sudah senggang." Jisso memperhatikan Jennie dari posisinya. Sepertinya tadi ada yang janggal dari ucapan Jennie, sebentar, Yoongi ada di luar? perkataan Jennie tadi langsung membuatnya terkejut lalu kakinya melangkah begitu saja untuk menyusul Jennie.

Dari kejauhan Jisso dapat melihat yang dimaksud Jennie, seorang Ahn Yoongi yang sesungguhnya, yang kemarin ia lihat hanya sebuah boneka porselen yang sangat sempurna. Sosoknya tidak jauh beda dari rupa bonekanya, sangat di luar akal pikiran. Namun pria itu terlihat pucat, seperti tidak pernah tersentuh sinar matahari. Jisso masih mematung di tempatnya.

Tepat saat Yoongi memandangnya balik, Jisso tersentak dan langsung pergi dari area itu, bibir Yoongi justru tersenyum kecil.

"Kau menyukainya?" tanya Jennie terdengar malas.

"Tidak juga, dia hanya lucu."

"Ya, sampai kau melupakan kekesalanmu. Dia memang cantik, aku akui itu." Entah kenapa moodnya mendadak berubah, Jennie melenggang, membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya tanpa suruhan ataupun tanpa menunggu tanggapan Yoongi.

Yoongi segera menyusul. Sadar kalau wanita yang sedang bersamanya saat ini tengah kesal. "Kau sepertinya tidak suka ya jika aku memandang wanita lain." Yoongi menoleh, memandang lekat wajah Jennie yang sedang berfokus pada layar ponsel.

"Aku juga bisa melakukannya." Lirih Jennie pelan seraya mengalihkan pandangannya ke jendela mobil agar ekor matanya tidak melihat sosok Yoongi.

Mimik muka Yoongi langsung berubah. Tidak suka dengan ucapan Jennie tadi. "Jujur, aku tidak akan menyukainya." Yoongi mulai menyalakan mesin mobilnya lalu tanpa menunggu lama mobil itu keluar dari area parkir dan kini bergabung ke jalanan yang cukup besar.

Keadaan menjadi hening, Jennie masih menatap ke jendela, melihat deretan pemandangan yang terpangpang. Sebentar, sepertinya jalan yang sedang di laluinya itu mengarah ke tempat yang biasa ia kunjungi. Jennie menoleh Yoongi, mata pria itu hanya berfokus pada setir dan jalanan. "Kita ingin ke mana?" tanyanya, dalam hati ia sudah menyiapkan tebakan yang mungkin benar.

Yoongi tidak langsung membalas, masih terasa enggan untuk bersuara. Di sisi lain jalanan yang tengah dia lalui adalah belokan, dia memutar setirnya, membuat mobil itu berbelok ke arah kanan. Jalanan kali ini terlihat agak sepi. Tidak seramai tadi. Hanya terdapat beberapa kendaraan yang lalu lalang.

"Aku ingin mengunjungi makam Ibumu."

Jelas jawaban itu membuat Jennie kaget. Banyak pertanyaan yang muncul di benaknya. "Untuk apa? dan, bagaimana kau tahu daerah makamnya?" sambaran pertanyaan itu keluar begitu saja.

Yoongi tidak menjawab sampai mobilnya berhenti melaju. Terlihat tidak jauh dari mereka, area pemakaman yang sepi namun ter-urus. Dia menoleh, melihat ekspresi Jennie yang masih kebingungan, tangannya secara tidak sadar mengelus puncak kepala wanita itu. "Temani aku ya." Setelah itu dia keluar untuk mengambil buket bunga berwarna pink dari bagasi mobilnya. Dia menghirup aroma bunga itu sejenak, ada perasaan sedih dan senang secara bersamaan. Dia langsung menghampiri Jennie yang kemungkinan sudah ikut keluar setelah tadi telinganya sempat mendengar suara pintu tertutup.

Momen ini adalah momen yang sudah Yoongi tunggu. Salah satu tangannya menggenggam tangan Jennie, menarik pelan wanita itu untuk mengikuti langkahnya. Sementara Jennie sendiri tidak menolak, melihat ekspresi Yoongi yang beda dari biasanya membuat hati dan pikirannya seolah menyikirkan dahulu kebingungan yang muncul.

Mereka berdua berjalan memasuki area makam, langkah demi langkah, makam demi makam sudah mereka lalui, hingga mereka akhirnya berhenti di salah satu makam yang sangat Jennie kenali, Yoongi benar-benar membawa Jennie ke makam Ibunya. Mata Jennie terasa pedih, ia tidak dapat menahan tangisnya lagi saat melihat batu nisan bertuliskan nama Ibunya itu. Yoongi tersenyum sendu, menaruh buket bunga bawaannya di makam itu kemudian menarik Jennie untuk masuk ke dalam pelukannya.

"Lebih baik kita berdoa untuk dirinya." Bisik Yoongi tidak jauh dari telinga Jennie.

Jennie perlahan lepas dari pelukan Yoongi, mereka berdua berjongkok di samping makam itu lalu bersamaan menyatukan kedua tangan dan mulai berdoa. Suara tangis Jennie masih terdengar lirih di sela ucapan doanya.

"Terima kasih karena sudah mempertemukan dan menyatukanku dengan dia. Terima kasih juga untuk semua jasamu, aku akan menjaga dan merawat Jennie sama seperti janjiku di masa lalu. Semoga anda tenang di alam sana, dan semoga saja orang tua saya mengucapkan rasa terima kasih juga untuk anda. Aku sudah bersama Jennie dan selama mungkin akan tetap bersamanya." Tanpa sadar air mata Yoongi ikut keluar. Gambaran sosok Ibu Jennie langsung terlintas di pikirannya bersama kenangannya.

Jennie sudah lebih tenang, ia menoleh, melihat Yoongi masih di posisi doa nya. Sudut mata pria itu mengeluarkan air mata yang membuat Jennie penasaran. Namun hatinya terenyuh, setelah Yoongi selesai dan menghembuskan napas panjangnya Jennie segera memeluk pria itu. Entahlah, mungkin itu hanya refleks belaka.

Mata Yoongi melebar, sedikit terkejut, tapi tubuhnya tidak bisa menolak pelukan hangat wanita itu, dia memeluk balik, dan lebih erat. Wajahnya dia sembunyikan di ceruk leher Jennie, berusaha menahan isak tangisnya yang bisa saja keluar. Yoongi dapat merasakan kehangatan tangan Jennie yang sedang mengelus punggungnya, sangat nyaman.

"A-aku ingin mengunjungi makam orang tuaku juga." Lirih Yoongi yang masih enggan melepaskan Jennie.

"Boleh, aku akan temani."

-•Bersambung•-

hallo gess, nnti jangan kaget sama endingnya yaa, hehe🗿 masih lama kok.

[23.11.2022]

Married With A Porcelain DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang