-Part 19

173 31 7
                                    

Remang-remang cahaya pagi mengintip dari balik tirai. Jennie menggeliat, setengah sadar ia mengubah posisi tidurnya membelakangi silau dari mentari pagi. Namun ia menyadari sesuatu, kehadiran seseorang yang menemaninya semalam tidak ia rasakan. Tangannya mulai meraba-raba ke sekitar, tapi hasilnya sama membuatnya mendecak pelan.

Perlahan ia membuka kedua matanya, terbangun dari tidurnya dengan perasaan kesal. Benar, Yoongi tidak ada di kamar. Kakinya turun dari ranjang, ia keluar dari ruangan itu untuk mencari keberadaan Yoongi yang entah ke mana.

Tepat di salah satu ruangan, Jennie akhirnya menemukan apa yang sendari tadi ia cari. Di sofa panjang berwarna coklat gelap, Jennie melihat sosok Yoongi yang sudah berubah wujud menjadi boneka pucat itu. Tanpa lama Jennie langsung menggendongnya dan berjalan menuju kamarnya lagi.

Sesampainya di dalam kamar, tidak sempat berpikir apapun tiba-tiba ponselnya berdering. Jennie menaruh Yoongi di atas ranjang lalu mengangkat panggilan suara dari gadis bernama Jisso. "Nee?" celetuknya malas.

"Kau di mana! bukankah ini hari pertamamu? aku tadi mampir ke apartemenmu, tapi kau tidak ada. Kau baik-baik saja kan?" Jisso langsung bertanya dengan cepat.

Jennie terdiam sesaat, "aku baik-baik sa-" Napasnya tercekat, ia baru menyadari sesuatu. Secepat kilat ia menggendong lagi Yoongi, merapikan barang-barangnya ke dalam tas dan berlari menuju mobil miliknya. Ia lupa hari ini adalah hari pelatihannya.

"Mian, kita bicara lainkali saja, aku sedang buru-buru."

Tutt. Panggilan itu langsung Jennie putus saat mesin mobilnya menyala. Semoga saja ia masih sempat.



Jennie merasa tidak nyaman dengan high heels yang sedang di pakainya. Bahkan tadi beberapa kali ia tertangkap oleng saat kehadirannya sudah berada di depan pintu kantor.

Untungnya ia masih sempat untuk bersiap-siap di apartemen tadi, untungnya waktu yang tersisa sangat pas walau ia pagi ini menaiki bus umum. Dengan pakaian yang simple, Jennie melangkah pasti masuk ke dalam kantor. Mungkin lainkali saja ia berangkat menggunakan mobil pribadi.

Ia sempat menyapa pegawai-pegawai yang melintas bermaksud ingin menciptakan kesan yang baik untuk hari pertama. Sesampainya di lift, Jennie masuk seorang diri, menuju ruang kerjanya yang sebelumnya sudah di tunjukkan. Jantung berdebar namun semangatnya belum padam.

Belum saja lift tertutup, seseorang menghentikannya dengan menunjukkan tangannya, perlahan lift itu terbuka kembali. Jennie mengernyit, bisa-bisanya orang itu melakukan hal berbahaya tadi. Namun tanpa di duga, ternyata itu adalah Jeon Jungkook. Jennie segera menunduk pelan, sementara pria itu tersenyum tipis. "Kita bertemu lagi."

Jennie menegakkan kepalanya lagi, lalu mengangguk sembari tersenyum kikuk. "Sepertinya begitu." Tanpa basa basi ia segera menuntaskan obrolannya dengan cepat.8

Pintu lift tertutup, tidak ada pembicaraan lagi, mereka berdua hening. Perhatian Jennie tiba-tiba berfokus pada pantulan dinding lift, Jeon Jungkook ternyata memang lumayan jika di perhatikan, ucapan Yoongi seketika melintas. Jennie memalingkan wajahnya berusaha tetap fokus. Hingga akhirnya pintu lift itu kembali terbuka.

Jungkook keluar mendahului Jennie, membuat Jennie sedikit terkejut karena ia tahu ruangan Jungkook bukanlah di sini. Namun ia juga tidak terlalu peduli, ia memantapkan langkahnya menuju tujuannya tanpa memperdulikan hal yang lain.



Setelah memperkenalkan diri ke anggota timnya, Jennie mendapatkan feedback yang baik membuat moodnya semakin membaik di hari pertama.

Di tim Jennie terdapat 4 anggota, termasuk dirinya. Lee Taehyung –selaku ketua tim. Lalisa Park, dan Jeon Yerin –selaku anggota yang lain. Mereka terlihat senang dengan masuknya anggota baru di tim.

"Aku akan tunjukkan meja kerjamu." Lalisa menyela, Jennie mengangguk mengiyakan.

Setelah Taehyung dan Yerin duduk di meja nya masing-masing, Lisa diikuti dengan Jennie berjalan menuju meja yang di maksud.

"Kau duduk di sebelahku, jadi jika kau perlu bantuanku, bilang saja. Sementara ketua tim Taehyung, dia duduk di sana, dan tidak jauh dari mejanya itu kau akan melihat meja Jeon Yerin." Jelas Lalisa masih bersemangat, Jennie lagi-lagi mengangguk mengerti.

Ruangannya sangat rapih dan bersih, benar-benar membuat Jennie nyaman.

"Ruangan itu," Lalisa menunjuk ke salah satu bilik ruangan yang berada cukup jauh, "jika kau ingin menyeduh kopi, di sana." Lanjutnya sembari menarik kursi di samping Jennie.

"Terima kasih untuk bimbingannya, aku sudah mengerti."

Dan beberapa saat kemudian keduanya di sibukkan oleh pekerjaan masing-masing. Hari pertama ini tidak terlalu buruk, semuanya berjalan lancar tanpa ada kendala besar. Jennie di tempatkan pada posisi yang tidak terlalu berat, pekerjaannya mampu ia kuasai dengan sangat cepat berkat bimbingan dari Lalisa.

Walaupun kedengarannya sulit berkerja di sini, tapi ternyata setelah di lalui tidak terlalu buruk.



"Hujan ya..."

Menjelang malam itu Jennie terpaku di depan pintu kantor, matanya menatap rintikan air hujan yang turun tidak deras dengan ekpresi muram. Pikirannya menebak-nebak apa yang akan terjadi jika ia pulang terlambat. Yoongi tidak akan cemas kan jika mengetahui ia belum pulang?

Di lirik kanan kiri dari kejauhan kelihatannya taksi pun jarang melintas. Ya.. sepertinya ini akan sulit. Tadi pekerjaannya cukup banyak di hari pertama, itulah yang membuatnya terlambat pulang, sementara teman kantornya —yang ia kenal— kemungkinan sudah pulang semua.

Jennie menghela napas sejenak, memundurkan tubuhnya ke belakang agar pakaiannya tidak terkena cipratan air hujan.

Jarum jam terus berjalan, entah sudah berapa lama Jennie menunggu, tapi terlihat ia sudah bosan. Sesekali Jennie berdecak, kadang menghela. Tanpa di sadari, mobil hitam melaju mendekatinya, menembus rintikan hujan lalu berhenti tepat di hadapan Jennie. Jennie jelas tersentak, ia pikir mobil itu milik salah satu tamu yang datang, namun saat kaca jendela mobil itu perlahan turun ternyata yang mengemudi adalah atasannya, Jeon Jungkook.

"Butuh tumpangan?" terdengar suara Jungkook dari dalam mobil, meskipun suaranya menyatu dengan suara air hujan Jennie masih dapat mendengarnya dengan baik.

Jennie segera menggeleng pelan, "ah tidak perlu, saya akan memanggil taksi saja jika sudah reda." Tolaknya sedikit berteriak agar pria di dalam mobil itu dengar.

"Akan lama jika menunggu reda, lagipula sulit untuk memanggil taksi di jam dan kondisi seperti ini bisa-bisa keburu larut malam, bagaimana?"

"untuk kali ini tidak apa-apa kan, ditambah cuaca tidak mendukung untuk pulang sendiri." Jennie segera menghampiri mobil bercat hitam itu, membuka pintu belakang dan dengan segera masuk ke dalamnya. Ia tidak ingin pakaiannya terlalu basah untuk duduk di kursi mobil itu makanya ia melakukan gerakan gesit tadi.

"Terima kasih, Pak." Jennie tersenyum formal sebagaimana harusnya.

"Tidak masalah, nanti kau arahkan saja jalannya." Jungkook tampak memperhatikan Jennie dari pantulan kaca, ucapannya tadi mendapatkan anggukan kecil dari wanita itu.

Mobil mulai berjalan kembali di bawah rintikan hujan. Tidak ada percakapan lagi setelahnya. Jennie memperhatikan jendela mobil, sesekali memeriksa layar ponselnya barangkali Yoongi menghubungi. Sementara Jungkook di depan sana juga terlihat santai. Aroma khas pewangi yang menyebar di dalam mobil itu pun mencuri perhatian Jennie, wanginya sangat khas hingga membuatnya tubuhnya rileks sejenak dari penat.

Mungkin wangi itu akan Jennie ingat sebagai kesan pertamanya terhadap Jungkook.

-•Bersambung•-

wehh aku ketar ketir sma covernya, tdi ga sngaja kehapusss. hikss..

[27.05.2023]

Married With A Porcelain DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang