-Part 17

287 54 9
                                    

Yoongi menuntun pelan Jennie. Tidak ada yang memulai percakapan setelah acara pelukan tadi. Seusai mengambil dua buket bunga dari bagasi, Yoongi memasuki area makam lagi bersama Jennie, secara ga langsung memberitahu bahwa makam orang tuanya juga di makamkan di daerah yang sama.

Wajah Jennie sedikit mendongak, menatap pundak belakang Yoongi, pria itu masih menunjukkan wajah sedihnya. Sebenarnya ada cerita apa di balik raut wajah itu? Jennie sangat penasaran, berharap suatu saat nanti Yoongi akan menceritakan sesuatu yang merupakan jawaban dari seluruh pertanyaannya. Ia saat ini sedang membawa salah satu buket bunga, sementara satu tangannya yang lain tengah digenggam Yoongi dengan lembut.

Langkah Yoongi perlahan terhenti, tepat di hadapan kedua makam yang bertuliskan nama Ahn Hyungsik dan Park Yunji. Jennie langsung bisa mengambil kesimpulan bahwa kedua makam itu adalah makam orang tua Yoongi.

Hembusan angin terasa. Yoongi masih berdiri di hadapan makam itu, mematung sembari menunduk. Lalu dia melepas genggaman tangan Jennie. "Letakkan bunga itu di sana." Lirihnya, tatapan matanya terlihat menunjuk ke arah makam bertuliskan Park Yunji.

Tanpa lama Jennie langsung menuruti pria itu, meletakkan buket bunga secara perlahan lalu menghampiri Yoongi setelah pria itu memberi kode untuk mendekat. Jennie berjongkok di samping Yoongi, membacakan doa lagi sama seperti yang di lakukan sebelumnya. Tidak lama kemudian, ia mendengar isak tangis dari sebelah, cepat-cepat ia menuntaskan bacaan doanya dan segera menoleh. Sosok Yoongi sudah menangis, berusaha menutup wajahnya —dengan tangan yang menggenggam— dari Jennie.

Lagi, pria itu menunjukkan sisi lemahnya, membuat hati Jennie ikut merasakan kesedihannya.

"Mianhae." Yoongi berbicara lirih, Jennie langsung mendekapnya lagi untuk menenangkan.

Banyak hal-hal yang baru Jennie ketahui hari ini. Dan hal-hal itu membuatnya merasa lebih dekat dengan sosok Ahn Yoongi.

Untuk Yoongi, banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul.



"Kenapa menatapku begitu?" sentak Yoongi tiba-tiba, tatapan Jennie di depannya sangat tidak nyaman. Wanita itu langsung menggeleng pelan lalu fokus pada makan siangnya.

Tanpa mereka ketahui, dari kejauhan terlihat seseorang yang diam-diam memotret ke arah mereka. Dia menggunakan kameranya untuk mengambil gambar sebanyak mungkin, dan objek utama dari lensa kameranya adalah wajah Ahn Yoongi.

Mereka berdua diam, suasana rumah makan yang sedang mereka tempati tidak terlalu ramai, hanya terdapat beberapa orang yang sedang melakukan hal yang sama. Jennie mengambil ponsel, belum sempat membuka layar, dari pantulan layar ponsel itu Jennie melihat seseorang yang mencurigakan. Ia segera berbalik, menyadari orang itu sedang memasukkan kameranya ke dalam tas dan bersiap ingin pergi.

Penguntit?

Jennie berdiri, Yoongi mengernyit bingung saat Jennie tanpa pamit pergi begitu saja. Namun entahlah, Yoongi tidak berniat mengejar wanita itu, pikirannya menebak kalau wanita itu hanya ingin pergi ke toilet.

Tidak ada. Bermaksud untuk menegur pria misterius tadi, Jennie malah kehilangan jejaknya saat pria itu berhasil melewati pintu keluar. Apa yang sebenarnya pria itu inginkan? Jika ia tidak salah lihat, pria itu jelas-jelas memotret ke arah Yoongi tadi.

Jennie kembali ke tempat duduknya. Terlihat Yoongi sudah menghabiskan makan siangnya dan kini tengah memainkan ponselnya, entah apa yang sedang pria itu lakukan dengan benda pipih di depannya, yang pasti Jennie segera duduk lalu melanjutkan makannya lagi.

"Aku ingin pulang."

Jennie menoleh, "baiklah, habis ini kita pulang."

"Bukan, bukan ke apartemen, tapi ke rumah ayahmu."

Married With A Porcelain DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang