-Part 15

265 51 13
                                    

Jam berapa ini? Kenapa ia masih merasa ada yang sedang memeluknya? Matanya segera ia buka, ternyata benar, itu Yoongi. Jennie bangun langsung melihat jam dinding. Pukul 06:56 pagi. Seharusnya Yoongi sudah kembali ke bentuk boneka. Tangannya segera menggoyangkan tubuh Yoongi dengan cepat. "Yoongi! Bangun! Yoongi!" Jennie sedikit berteriak. Pria itu belum juga sadar.

Jennie kesal sendiri, Yoongi sepertinya susah sekali dibangunkan. Hingga ide mesum tiba-tiba terlintas. Jennie dengan jari tangannya menyelusup ke dalam jubah mandi Yoongi, awalnya hanya mengelus perut kotak milik pria itu, namun lama-lama tangannya merambat turun ke bawah, mencapai titik terlemah Yoongi dan disitulah Yoongi mulai menggeram pelam. Jennie mendekat ke telinga pria itu, sementara tangannya terus bergerak dengan tempo menghanyutkan. "Yoongi, bangun..." Suaranya terdengar penuh nafsu dan horny, Jennie sengaja menirunya untuk segera membuat pria itu bangun.

Tidak lama kemudian akhirnya Yoongi terbangun dengan heran. Menyadari Jennie sedang memuaskan adik kecilnya membuat dia malas untuk bangun. "A-apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya di sela desahan yang tidak bisa ditahan. "Lebih cepat." Yoongi menengadah nikmat saat tubuhnya baru bisa disenderkan.

Jennie mengangkat tangannya, pria itu langsung menatap tidak suka. "Tujuanku hanya ingin membangunkanmu. Kau tidak sadar? Kau tidak berubah menjadi boneka sekarang!"

Yoongi memutar mata malas, "aku tahu, hari ini adalah hari dimana aku tidak berubah."

"Kenapa?"

Ck, padahal tadi hampir saja dia akan menuju puncak kenikmatannya, tapi Jennie sudah terlebih dahulu melepaskannya. Menyebalkan. Dia menidurkan tubuhnya lagi, kali ini mengambil posisi membelakangi Jennie. "Aku tidak tahu, itu kadang terjadi di hari sabtu. Sudah. Jangan ganggu aku."

Jennie tahu pasti pria itu sedang kesal. "Mau aku pijat lagi?"

"Tidak perlu, dia sudah tidur."

"Benarkah? Coba aku lihat."

"Sudah sana mandi saja."

"Mau bermain di bathtub?"

"Aku ngantuk, tidak tertarik."

"Kalau begitu di sini saja."

"Tidak tertarik."

"Aku akan memakai lingerie dengan high heels."

"Zzz."

"Dia benar-benar sudah kesal denganku."

Jennie memegang pundak Yoongi, berniat membuat pria itu berbalik menghadapnya.

"Jangan menggangguku."

Dia berbicara saat sedang tidur?



Yoongi membuka minuman kalengnya, lalu menenggak isinya dengan posisi sedikit menengadah. Udara segar di pagi hari dapat ia rasakan kembali, sedikit menyakitkan, membuatnya teringat oleh sesuatu yang jika di gali lebih dalam akan membuat kepalanya pusing.

Belum saja Yoongi menghabiskan minumnya, dari arah belakang Jennie bersenandu kecil mendekat. Yoongi tetap diposisinya, sama sekali tidak berbalik untuk melihat wanita itu.

"Kau benar-benar tidak berubah jadi boneka itu ya?" Jennie melengos dan hadir di indra penglihatan Yoongi. Pria itu masih sedikit kesal, terlihat dari alisnya yang langsung bereaksi saat Jennie tiba. Dia terus menghabiskan minumannya sembari mencari posisi lain agar tidak melihat Jennie.

Jennie memanyunkan bibir. Ia dapat mendeteksi itu. "Kau ingin sarapan apa hari ini? Biar aku buatkan." Tawarnya yang langsung bergerak memasuki dapur yang tidak terlalu luas di dekatnya. Jennie menaruh ponselnya di atas meja makan, lalu ia terlihat menguncir seluruh rambutnya ke belakang —kunciran itu tidak sempurna dan memberikan kesan berantakan.

Tangan Yoongi meremas botol kaleng yang sudah kosong. "Terserah kau saja." Kemudian dia melenggang pergi dari dekat Jennie seraya membuka pakaian atas yang sedang dipakainya. Ya, dia ingin membersihkan diri.

Jennie mulai melakukan kegiatan rutinnya, membuat sarapan tapi kali ini dengan 2 porsi. Beberapa menit berlalu, hampir menghabiskan waktu setengah jam. Jennie sudah selesai dengan kegiatannya. Kini sedang membersihkan peralatan dapur yang kotor di sink. Beberapa makanan sudah terhidang di meja makan dengan aroma yang mungkin sudah menyebar.

Sosok Yoongi kembali muncul. Dia tanpa berkata-kata langsung mencicipi makanan yang sudah ada lalu duduk untuk menyantap lebih banyak lagi. Jennie menoleh, menyadari kehadiran Yoongi, ia segera menyelesaikan pekerjaannya lalu ikut duduk di kursi yang berhadapan dengan pria itu.

"Selamat makan." Jennie terlebih dahulu mengatakan itu sebelum menyatap, berbeda dengan Yoongi yang terlihat langsung melahap dengan ekspresi sedikit senang.

Tidak ada yang bersuara, hanya terdengar suara kunyahan dari mereka. Sampai makanan pun ingin habis, dan ponsel milik Jennie tiba-tiba bergetar dan berdering sekilas. Jennie bisa mengetahuinya karena ponsel itu tidak terlalu jauh dari jangkauannya. Ia segera mengambil ponselnya lalu membaca satu pesan yang baru saja masuk. Raut wajahnya langsung gembira, ia hampir tidak percaya dengan apa yang sedang dibacanya sampai-sampai ia membaca pesan itu secara berulang-ulang.

Melihat itu, Yoongi mengerutkan alisnya. Tanpa dia berkata, Jennie terlebih dahulu angkat suara sembari menunjukkan layar ponselnya di depan wajah Yoongi. Pesan itu jelas jelas dari perusahaan yang kemarin Jennie ceritakan.

"Aku lolos dan diterima!" Jennie terlihat sangat bahagia, seperti anak kecil yang diberi permen. Kebalik dari itu, justru pria di hadapannya menunjukkan wajah datar, sedikit tidak senang namun dia segera membuang wajahnya menunjukkan bahwa dia tidak tertarik. "Aku harus memberitahu Jisso tentang ini!" sambungnya tidak memperdulikan ekspresi Yoongi lalu didetik berikutnya Jennie mulai fokus pada layar ponselnya.

Hal itu tentu saja membuat Yoongi kesal. Cepat-cepat dia menghabiskan makanannya lalu mengambil beberapa cemilan untuk dinikmatinya sambil menonton tv. Jarak dapur dan tempat di mana dia sedang menonton tv itu tidak jauh, jadi dia sesekali dapat melihat ke arah Jennie yang masih sibuk menatap layar ponsel.

"Sesenang itu?" gumamnya lirih

Tidak lama kemudian, Yoongi yang sedang asik menonton merasakan kehadiran seseorang di sampingnya. Siapa lagi kalau bukan Jennie. Wanita itu saat ini duduk di samping Yoongi, menatap wajah Yoongi cukup lama sampai membuat pria itu sendiri risih. "Wae?" ketus Yoongi membalas tatapan itu.

"Kau sudah mengizinkan aku buat kerja bukan?" Jennie memastikan ulang.

Yoongi memutar bola matanya, beralih ke layar tv lagi. "Ya." Jawabnya singkat dengan intonasi suara yang terdengar malas.

"Lalu, kenapa tanggapanmu begitu saat aku menunjukkan pesan dari Sejin company?"

Yoongi sedikit berdecak. "Memangnya tidak ada topik lain ya selain membicarakan tentang itu, aku malas membahasnya." Ucapnya dengan intonasi suara yang sama. Wajahnya sama sekali tidak melirik ke arah Jennie.

Jennie sedikit bingung, namun ia tahu kalau ia hanya perlu meyakinkan pria berkulit pucat itu saja, pria itu hanya takut dirinya berpaling —kurang lebih begitu bukan?— tangan Jennie memegang tangan besar Yoongi, membuat pria itu sontak menoleh. "Aku tidak macam-macam, aku tidak akan menggoda pria lain selain kau dan aku juga tidak akan tergoda oleh pria lain kecuali kau." Jennie mulai meyakinkan lagi.

Ada sedikit perasaan senang yang tiba-tiba muncul di benak Yoongi saat wanita itu berkata demikian. Terdengar meyakinkan. "Sudah ku katakan bukan, aku mengizinkanmu, jadi lakukan saja." Ya, lagipula dia masih bisa mengawasi kan? Jadi sepertinya memang tidak apa-apa jika Jennie ingin mencoba sesuatu yang baru —selama itu tidak aneh.

Bibir Jennie tersenyum senang lagi, kali ini mendaratkan satu kecupan ringan di pipi Yoongi secara tiba-tiba, "gomawo." Katanya setelah berhasil membuat Yoongi tersentak dan memerah.

Semoga saja wanita ini menempati perkataannya.

-•Bersambung•-

sorry for slow update and typo.

[22.11.2022]

Married With A Porcelain DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang