-Part 8

890 112 3
                                    

"Kau menyebalkan! Aku membencimu! Sangat membencimu! Lepaskan aku! Kau sangat menjijikkan! Hikss, Eomma." Jennie mendorong dada bidang pria itu saat tubuhnya dipeluk dengan paksa dari depan. Ia merasakan tubuhnya bergesekan lembut dengan tubuh pria itu yang sudah dibanjiri oleh peluh karena dia baru saja berhenti dari kegiatannya. Keadaan Jennie tidak berbeda jauh dari pria itu, wajahnya merah padam dengan keadaan yang sudah telanjang.

Pria itu tetap menarik tubuh Jennie untuk masuk ke dalam pelukannya. Hingga Jennie sudah benar-benar kehabisan tenaga lalu menerima pelukan hangat dari pria itu dengan perasaan terpaksa. Jennie masih menangis tersedu-sedu sambil berbisik memanggil Ibu kandungnya. "Sudahlah. Jangan menangis. Lagipula ini adalah hakku, dan sudah merupakan kewajibanmu." Tangannya bergerak ke atas untuk mengelus surai Jennie yang sudah berantakan.

"Kau... Kau kejam! Kau mengambilnya dengan kasar! Kau sama sekali tidak memperdulikan perasaanku dan kesakitanku. Kau hanya peduli dengan dirimu sendiri. Aku tidak peduli siapa kau! Mau kau itu Yoongi atau bukan, tapi aku akan tetap membencimu!" sungut Jennie tidak berani mengangkat wajahnya untuk bertatapan dengan pria itu. Wajahnya menunduk dalam, kedua tangannya tergenggam menjadi satu di depan dada. Ia berusaha agar tubuhnya tidak menempel dengan tubuh pria itu.

"Maaf. Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku sendiri, aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Tapi kau harus mengingat sesuatu bahwa aku adalah Ahn Yoongi, pria yang sudah menikahimu lewat boneka porselen itu."

"Kenapa kau tidak menikahiku langsung?" tanya Jennie yang tidak dijawab cepat oleh pria itu, "dan... Bagaimana bisa kau menjadi sebuah boneka? Apa kau terkena kutukan." Sambungnya sesegukan.

"Aku tidak bisa. Aku juga tidak tahu, sejak awal aku sudah menjadi sebuah boneka dan aku akan menjadi manusia disetiap malam ketika sinar matahari terbenam berganti dengan sinar bulan." Tutur pelan pria itu sembari menundukkan wajahnya untuk menatap kepala Jennie.

Jennie mencegah pergerakan tangan pria itu yang menarik pinggangnya untuk lebih memperdalam pelukannya. "Kau menjijikan. Lepaskan aku! Aku..."

"Eommamu yang pertama kali menemukanku di pinggiran jalan besar. Dia memungutku lalu membawaku ke rumahnya, dan dia sudah mengetahui semua tentang diriku, oleh karena itu dia menginginkan agar aku menikah denganmu." Potong pria itu membuat Jennie mendongak dengan mata yang membesar.

"Geureyo?"

Pria itu mengangguk. "Mulai sekarang, aku yang akan menjagamu. Eommamu sudah menitipkanmu untukku. Kau mengerti? Sekarang, jadilah wanita yang baik." Lalu satu kecupan ringan mendarat dikening Jennie.

"Ta-tapi, kau menyebalkan! Aku tidak mau--" Seolah-olah terhipnotis, tiba-tiba Jennie merasakan kantuk berat yang muncul dikelopak matanya. Perlahan ia terpejam lalu tertidur didekapan pria itu.

Pria itu mengelus kembali surai Jennie kemudian mendekatkan mulutnya dengan telinga wanita itu. "Jaljayo, Jennie ~ya. Mulai detik ini, kau harus memanggilku Yoongi. Dan sekarang kau adalah tanggung jawabku." Dia berbisik sebelum Jennie benar-benar terlelap masuk ke dalam mimpi.



Pagi hari —masih terlalu gelap untuk dikatakan pagi oleh sebagian orang.

Wanita itu menggeliat di dalam selimut tebalnya. Namun tidak lama, dia langsung terperanjat kaget saat merasakan nyeri yang menghantam selangkangannya. Sejenak dia hanya bisa merintih dan berharap kalo nyeri itu akan segera hilang, karena itu sangat menyiksanya. Dia sudah cukup tersiksa saat melakukan hubungan itu, dan sekarang? Apa dia juga akan tersiksa setelah selesai melakukannya? Ayolah, dia ada janji dengan seseorang hari ini, tidak mungkin dia harus membatalkannya.

Married With A Porcelain DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang