Rindu yang Bertegah (2)

6 2 0
                                    


Sebab mengulik rerentet kenanganku bersamamu. Aku jadi alpa akan waktu yang saat ini berlabuh. Ah, aku mengingatmu lagi. Dalam rindu yang bertegah.

Kau baik-baik saja kan dengan isterimu? Semoga dikarunia momongan yang sholeh sholehah yang sepertimu. Putera-puterimu tak lepas dari ajaranmu yang begitu taat kepadaNya. Kau tahu kekagumanku saat itu merasuk dalam seluruh jiwa. Kau sangat mengagumkan. Kataku..

Entah dari mana dan kapan kita bersua, nyaris beradu pandang, bahkan sempat bercengkerama. Kau begitu sulit untuk ku definisikan. Apakah aku yang linglung ataukah kau yang luar biasa beruntung?
Aku mencoba menelisik jarum jam yang kian berputar di sepersekian detik. Ku punguti lagi memori yang tersisa. Antara kau dan aku dulu. Sebelum kau melepas masa lajangmu saat itu.

Ku tahu Tuhanlah yang mempertemukan kita. Aku dan dirimu. Aku dan sosokmu. Bahkan aku dan jutaan ceriteramu. Beberapa kisah darimu masih tersimpan di memori. Begitupun buku syahdu pemberian darimu. Masih tersimpan rapi. Serapi kenanganku berjejer mengikuti rindu padamu.

Kau tahu aku sempat alpa tanpamu. Tapi aku harus kembali ke jalan yang benar-benar menyatakan aku harus berada di situ. Belum ku sebut namamu. Aku masih belum siap menyebutnya lagi.
Hai, Kau. Berbahagialah selalu.

BUIH (Kumpulan Puisi Segala Rasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang