Malam ini aku bermalam dengan memori lama yang mengisahkan kau dan aku. Ya, kau dan aku saat itu. Sempat sesingkat itu bertemu.
Waktu di rumahmu sama tidak dengan di rumahku? Tiba-tiba waktu di sini berhenti berputar. Entah apa yang menenggelamkanku lagi pada kenangan kita yang kelam?
Hai, kau harus berbahagia tanpa atau ada aku. Malah ku tahu kau lebih bahagia sebab menemukan cinta sejatimu. Aku bahagia juga kok melihatmu dengannya. Meskipun hanya airmata yang mampu menangkap kesyahduanmu dengannya. Kau tak perlu risau dan sedih lagi bukan? Sebab cinta yang kau tunggu sudah menghampiri dan menjadikanmu lelaki sejati bahkan imam yang dipuji-puji.
Kau baik. Kau sangat bijaksana. Kau dewasa. Kau membahagiakan.
Beruntunglah sang bunga yang mendapatkanmu. Pasti kau mengajaknya diskusi tentang semesta dan seisinya bukan?
Semua yang ada di dunia pasti akan menujuNya. Bahkan kita.
Ah diskusi denganmu mampu menepis waktu yang tidak begitu syahdu menjadi sangat syahdu. Kau memang benar-benar yang terbaik yang pernah sesingkat yang lalu ku punya.
Aku tak berharap apapun padamu lagi. Biarlah aku menyimpan rapat segala kenangan denganmu pada lubukku yang paling dalam dan kelam.
Selalu ku tegaskan. Berbahagialah dengan isterimu tersayang. Sayangilah selalu tanpa menoleh dan menengok segala penjuru.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUIH (Kumpulan Puisi Segala Rasa)
PoesíaGoresan aksara yang memuat warna-warni rasa kehidupan. Suatu ketika kita berada di titik terendah maka aksaralah yang menjadi jembatan pengungkapan segala rasa. Mungkin kita diguyur kebahagiaan, aksara yang merekamnya menjadikan sebuah memori yang b...